Pertemuan Tak Terduga

Hujan belum juga reda, tapi untungnya hujan tidak sederas beberapa menit yang lalu. Petir pun tidak lagi menampakan kilatan cahayanya. Hanya tersisa gemuruh kecil yang sesekali terdengar.

Dengan perasaan yang campur aduk, Kevin menyalakan mesin motor maticnya, yang terparkir di halaman rumah. Satu-satunya harta yang bisa dia bawa, selain pakaian yang sudah berada dalam satu koper.

Di depan teras rumah, beberapa bibir menunjukan senyum kepuasan sambil menyaksikan anak muda, yang baru saja terusir dari rumah. Mereka sama sekali tidak menunjukan rasa iba meski dua diantara mereka adalah saudara kandung.

"Pergilah yang jauh dan jangan pernah kamu menghubungi keluarga ini lagi!" Teriak Vano lantang.

Kevin hanya melempar tatapan datar pada kakak pertamanya. Setelah itu Kevin langsung melajukan motornya dan pergi tanpa mengeluarkan satu kata pun.

Di sisi lain rumah mewah itu, ada beberapa mata yang memandang iba atas kepergian Kevin. Meski mereka hanya pekerja di rumah mewah tersebur, tapi mereka tahu betul bagaimana nasib Kevin selama tinggal di sana.

"Kasihan, Den Kevin, Pak," ucap seorang wanita paru baya dengan bibir bergetar. "Dia pasti bingung, mau tinggal dimana?"

Dia tidak akan kebingungan, Bu," jawab pria yang bekerja sebagai supir di rumah itu. "Den Kevin anak yang baik dan dia juga banyak teman."

"Tapi kan Tuan tidak seharusnya seperti itu. Di rumah ini, Kevin tuh kurang perhatian dan kasih sayang. Selalu kena marah. Padahal Bapak tahu, sebaik apa Kevin sejak tinggal di sini," ucap wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di sana.

"Ya mau bagaimana lagi, Mbak Dar. Dari kecil, Den Kevin sudah dibenci. Sebaik apapun yang Kevin lakukan, yang terlihat di mata mereka, Kevin tetap salah," ujar wanita lain yang bekerja di sana.

"Yah, semoga Mas Kevin baik-baik saja," ucap si penjaga rumah.

Sedangkan anak muda yang saat ini sedang menjadi bahan pembicaraan, nampak melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Karena dalam kondisi hati yang tidak baik-baik saja, Kevin terus melajukan motornya tanpa tujuan yang pasti.

Jika bisa jujur, hal ini memang salah satu yang diinginkan Kevin. Pergi dari rumah mewah itu dan menjalani hidup yang lebih tenang. Sejak Kevin sadar kalau sikap keluarganya berbeda, Kevin menjadi sosok yang cukup berbeda dari sebelumnya.

Selama di rumah itu, tidak pernah sekalipun Kevin tertawa lepas bersama keluarganya. Bahkan Kevin tidak pernah duduk bersama, menyantap makanan bersama ayah dan kedua kakaknya.

Bagi Kevin, percuma gabung dan bercengkrama dengan keluarganya. Yang ada Kevin hanya akan mendapat sindiran, makian dan kemarahan.

Kevin pun menjadi sosok yang jarang pulang. Setiap pulang sekolah atau libur, Kevin lebih memilih bermain bersama teman-temannya. Kalaupun di rumah, Kevin lebih banyak memilih diam di kamar.

Setiap kali Kevin mendapat amarah, dia sama sekali tidak melawan. Bukannya takut, Kevin hanya jengah karena sudah pasti dia yang akan selalu disalahkan meski dalam posisi yang benar.

Kevin terus melajukan motornya, menerjang rintik hujan dengan pakaian yang sudah basah kuyup. Di saat laju motornya melintas di jalan yang sangat sepi, Kevin melihat ada mobil yang sepertinya baru saja menabrak sebuah tiang listrik.

"Ada kecelakaan!" ucapnya. Kevin langsung melajukan motornya, mendekati mobil itu. Begitu sampai, Kevin segera turun, dan memeriksa mobil itu.

"Astaga! Ada orangnya di dalam!" Kevin langsung bergerak cepat. "Tuan, Tuan!" Kevin mencoba menggedor kaca mobil. "Sial! Dikunci!"

Kevin berusaha mencari pertolongan. Tapi sayang, tidak ada satu pun kendaraan yang melintas saat itu. Untuk menghubungi seseorang pun Kevin tidak bisa. Sebab, Kevin sengaja meninggalkan ponselnya di rumah.

Kevin pun tak kehabisan akal. Dia berpikir cepat untuk segera melakukan pertolongan. Mata Kevin berkeliling mencari sesuatu hingga dia melihat batu yang cukup besar. Kevin segera meraih batu tersebut.

Baru saja Kevin meraih batu itu, dia kembali dikejutkan saat melihat sesuatu di sisi lain mobil. "Ada api? Gawat!" Tanpa menunda waktu lagi, Kevin langsung bergerak dan dengan sekuat tenaga, Kevin langsung berusaha memecahkan kaca mobil.

Kevin sempat mengalami cukup kesusahan. Namun, dia tidak menyerah. Hingga tak lama kemudian Kevin berhasil memecahkan salah satu kaca mobil dan tangannya langsung bergerak untuk membuka pintu mobil tersebut.

"Dia pingsan!" Lagi-lagi Kevin bergerak dengan cepat dan berusaha sekuat tenaga mengangkat tubuh seorang pria yang sedang tak sadarkan diri.

"Sial! Apinya semakin besar!" Kevin terlihat sangat panik. Namun dengan segenap tenaga yang dia miliki, Kevin berhasil mengangkat tubuh sosok pria itu dan membawanya menjauh dari mobil.

Duarrr!

"Akhhh!" Kevin teriak kencang dan tubuhnya tumbang ke atas aspal. "Untung saja aku gerak cepat!" Ucapnya sambil menyaksikan mobil yang terbakar.

Lantas Kevin berusaha menyadarkan pria yang masih terpejam. Tapi sayang, usahanya sia-sia. "Sepertinya, aku harus membawanya ke rumah sakit."

Kevin kembali mencoba memperhatikan jalanan, tapi lagi-lagi tak ada satupun mobil yang melintas.

"Kalau begitu, aku akan bawa dia pakai motor aja," Kevin meletakan sosok pria itu di jalan sejenak dan dia langsung bangkit menuju motor yang terparkir di seberang jalan.

Dengan semua sisa tenaga yang ada, Kevin berhasil mengangkat tubuh pria itu hingga naik ke atas motor. Meskipun kesusahan, Kevin mampu memposisikan pria itu seperti orang yang sedang membonceng.

Setelah merasa aman, Kevin segera melajukan motornya menuju rumah sakit. Kevin tahu, setelah keluar dari area sepi ini, ada kota kecil dan tersedia rumah sakit di sana.

Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya Kevin berhasil membawa pria itu ke sebuah rumah sakit. Pria itu segera ditangani agar lekas tahu kondisinya.

Karena hanya Kevin yang datang bersama pria itu, dia tidak diijinkan pergi oleh pihak rumah sakit. Mau tidak mau Kevin pun menurutinya.

Selagi pria itu menjalani pemeriksaan, Kevin lantas menyempatkan diri pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya yang basah.

"Bagaimana keadaan Tuan itu, Dok?" tanya Kevin beberapa saat kemudian saat menemui dokter yang tadi memeriksa wanita yang dia tolong.

"Keadaannya baik-baik saja," jawab sang dokter. "Jika efek obat biusnya sudah hilang, dia akan segera sadarkan diri."

"Obat bius? Maksudnya, Dok?" Kevin nampak terkejut mendengarnya.

"Pasien tidak sadarkan diri, akibat menghirup obat bius dalam dosis yang cukup besar."

"Hah!" Kevin pun semakin terkejut.

Terpopuler

Comments

muhammad ibnuarfan

muhammad ibnuarfan

aku coba mampir ya Thor...semoga kelanjutan kisah nya bagus...

2025-05-08

2

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

lanjut Thor

2025-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!