Setelah memesan makanan aku melihat Dimas yang duduk bersama Anggie. Ada juga mbak Ziya, Doni dan Kevin. Klub Lambe Turah perusahaan ini. Mereka duduk dimeja untuk kapasitas 8 orang. Aku melihat Dimas tersenyum kearahku. Aku duduk disamping Kevin yang tidak menyadari keberadaan ku.
"Lo tau nggak Re?" Tanya Dimas langsung seketika bokong cantikku mendarat di kursi.
"Nggak tau, kan lo nggak ngasih tau," aku menjawab dengan acuh jawaban Dimas sambil menyuap soto betawi menu hari ini.
"Ya ini mau gue kasih tau. Roman romannya nih ya, Si Arlan bakal lengser dari posisinya. Lo tau siapa yang menempati pencarian terpanas saat ini? Si bos Re, bos baru kita." Dimas langsung mendekat dengan mimik emak-emak kompleks yang ngegosip waktu lagi beli sayur.
"Kok bisa? Bukannya dia selalu jadi trending topik ya," tanyaku penasaran lengkap dengan mimik yang tak kalah sama dengan Dimas.
Maklum aku dan Dimas partner setia dalam hal menggosip. Baik itu di kampus, di Klub mahasiswa, bahkan sekarang di kantor sekalipun. Tetap yang namanya menggosip itu selalu terasa nikmat. Menggosip, bagiku menambah informasi. Hanya saja perlu saringan lebih banyak untuk info yang up to reality.
Mas Arlan ini bisa dibilang punya bibit, bebet, dan bobot yang jelas. Ditambah pula sekarang laki-laki mapan, tampan, jabatan oke, baik, ramah, dan single mulai punah. Makanya mas Arlan selalu jadi incaran cewek jomblo, butuh kasih sayang, dan kurang perhatian. Selalu aja ada gosip terbaru. Si Arlan beginilah, si Arlan begitulah.
Pernah aku tanya sama anak DK (Departemen Keuangan) kenapa sikap mereka kayak orang kesurupan kalau udah ada Si Arlan Arlan ini. And jawabannya permisa... kalau kata Rita nih ya "kalau ngomong sama mas Arlan tu pengen cepet cepet googling WO mbak, ramah tenan", atau kalau nggak kayak kata Anggie "kadang gue ngerasa asupan kewarasan gue kurang kalau udah ngadepin mas Arlan". Dan tanggapanku hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban ngaur mereka berdua.
"Iya, anak anak sekarang pada ngomongin bos baru yang hot abis. Lo bukannya juga liat dia waktu tadi rapat? Gue liat dia tadi pas keluar sama Pak Ardi, duh badannya... Nggak kayak hasil olahan gym." Seru Dimas sambil menekan nekan otot lengannya yang lentur.
"Kalau mau dibandingin sama lo ya tentu beda, badan lo bongsor begini. Perut aja yang di pikirin, angkat kertas tiga rim dari gudang aja langsung ngos ngosan lo..." seloroh Mbak Ziya yang duduk di depannya.
Dan tawa kami semua meledak. Sebenarnya badan Dimas yang sekarang nggak terlalu gemuk juga, tapi dibandingkan dengan dulu ketika dia masih berstatus mahasiswa, bedanya jauh banget. Dulu badannya proposional karena rajin latihan karate. Tapi sekarang, semua otot yang sudah di bentuk kendur di gerogot jam kerja yang tak manusiawi.
Jadi waktu itu, Kang Arbi minta tolong Dimas dan Doni buat bantuin angkatin kertas yang dibawa OB. Dimas yang bawa paling sedikit kertas malah ngos ngosan pas naik ke lantai 4. Plus dengan keringat sebesar biji jagung yang buat kemejanya hampir basah semua.
Mbak Ziya yang kebetulan ada di TKP langsung menertawakan Dimas. "Oalah Dimas, Doni yang badannya kecil lo kasih 5 rim kertas. Nah elo cuma bawa 3 rim kertas udah ngos ngosan kayak habis lari keliling lapangan bola". Makanya kejadian 'Dimas dengan tiga rim kertas' masih jadi bahan tertawaan hingga sekarang.
"Eh, jangan salah ya mbak, gue gini gini masih di lirik cewek ya. Lo kalau liat gue tiga tahun lalu klepek klepek deh lo kayak ikan koi. Ya nggak re," bela Dimas.
"Iyain aja deh, dari pada senior gue nangis, kan kaciaan." Dan terdengar ledakan tawa dari Mbak Ziya dan yang lain.
***
Berita kepindahanku ke kantor pusat santar terdengar. Apalagi di DK yang lagi sibuk sibuknya karena sebentar lagi bakal ada event tahunan perusahaan dan di ikuti acara ulang tahun perusahaan. Mbak Meli yang baru balik dari luar kota, langsung kocar kacir dengan kerjaan yang segunung.
"Re, lo sini deh. Nih, lo cek ya, harus selesai besok soalnya." Mbak Meli mengasongkan lima bundel map besar padaku.
"Mbak," rengekku. Ketika melihat kerjaan yang tak ada habisnya.
"Sorry re, lo periksa sekarang ya," titahnya, "kepala gue pusing banget nih, satu lagi nanti siang ikut gue meeting bareng panitia acara." Dan setelah meninggalkanku yang terbengong, Mbak Meli kembali keruangannya sambil memijat bahunya yang pegal.
Lembur lagi deh.
***
Aku baru selesai memeriksa tiga map yang diberikan Mbak Meli padaku. Badanku terasa remuk karena harus bolak balik memeriksa persiapan acara dan laporan yang harus diselesaikan. Karena event tahunan perusahaan berdekatan dengan acara ulang tahun perusahaan, pekerjaan yang harus diselesaikanpun menjadi berkali kali lipat lebih banyak. Karena Departemen Keuangan harus bekerja ekstra keras untuk memonitor pengeluaran yang digunakan selama acara berlangsung agar tak mempengaruhi pengeluran perusahaan secara signifikan.
Jadi disinilah aku, masih memeriksa beberapa map yang tersisa. Aku melihat keluar ruangan, masih ada Doni dan Rita yang sama sama lembur denganku. Saat aku menoleh ke ruang Mbak Meli, terlihat dia sedang bersiap siap untuk pulang. Jam di desktop komputer menunjukan pukul 8:27. Aku meregangkan tubuh. Duduk di kursi seharian membuat badanku pegal semua.
"Re, gue pulang duluan ya," suara Mbak Meli terdengar dari seberang ruangan. Aku hanya mengangguk dan Mbak Meli berlalu sambil sesekali masih terdengar ocehannya dengan Doni yang juga sedang bersiap pulang.
Aku kembali melanjutkan beberapa kerjaan yang masih menunggu untuk di selesaikan. Tiga puluh menit kemudian terdengar suara Rita yang juga pamit untuk pulang. Aku masih terkubur dalam tumpukan kerjaan. Satu jam berlalu dan akhirnya pekerjaanku selesai.
Setelah dimakamkan lebih dari 15 jam di kantor, aku bersiap untuk pulang. Keluar dengan tampang lesu, rambut dan wajah yang berantakan. Aku bahkan sudah mengganti Scarpin ku dengan Sneaker yang lebih nyaman.
Setelah sampai ditempat parkir, aku merogoh kunci mobil yang terselip di dalam tas. Ketika aku masih berusaha mencari kunci yang masih bermain petak umpet di tasku yang penuh, hidungku menabrak dada bidang seseorang dengan keras.
Hidungku terasa sakit hingga air mataku keluar menahan nyeri. Sambil mengusap hidungku, aku menggumamkan semua sumpah serapah. Ini orang kalau jalan jangan berhenti sembarangan dong. Kalau mau berhenti klakson dikit atau kasih sein gitu. Di kira gedung ini punya nenek moyangnya apa, main berhenti di tengah jalan. Kekesalanku malah bertambah saat aku masih belum mendengar permintaan maaf dari laki-laki yang dadanya sekeras beton ini.
"Mas, kalau mau berhenti jangan di tengah jalan. Parkiran seluas ini jangan berhenti di dekat jalan orang lalu lalang juga dong, udah salah nggak mau minta maaf," tandasku kelewat sebal.
Ini cowok lagi sariawan ya, makanya nggak jawab. Saat aku melirik keatas dengan sebal pada wajah 'laki laki berdada sekeras beton', wajah yang familiar terlihat. Kenapa laki laki bengis ini ada disini?
Keano. Berdiri dengan pandangan tajam. Tangannya yang dimasukan ke dalam saku celana membuatnya terlihat dingin. Dia menyorotku dengan pandangan tak suka. Celana hitam dan baju kaos berkerah yang berwarna maroon menimbulkan citra kejam dari wajahnya yang datar. Aku balas menatapnya sengit.
"Saya tau perusahaan ini punya bapak, tapi tetap aja bapak nggak boleh seenaknya berhenti di tengah jalan kayak gini". Aku kesal melihat dia masih diam ditempatnya. Aku rasa nih orang memang lagi sariwan karena kebanyakan marah marah, makanya panas dalam.
Karena tak ada tanggapan, aku kembali melanjutkan langkahku dengan sebal sambil menghentakan kaki kesal. Nggak tau apa, ini udah malam. Aku capek, mau istirahat. Tapi malah ketemu setan gila di tempat parkir. Kurang beruntung apa lagi coba. Begitu aku berjalan kearah mobil yang tak jauh dari Kean berdiri mematung. Tanganku ditarik dengan kasar olehnya.
"Apa begini caramu meminta maaf setelah sekian lama?" suaranya yang dalam dan jelas terdengar menusuk ditelingaku. Aura kejam dan dominan yang biasa diarahkannya pada orang lain terasa lebih menakutkan ketika itu ditujukan padaku.
"Kenapa saya harus meminta maaf, bukannya bapak yang berhenti dan membuat saya menabrak bapak." Aku melepaskan cengkraman tangannya yang kuat di pergelangan tanganku. Tapi tak berhasil. Kean masih menggenggam tanganku dengan kuat. Membuatku meringis karena sakit.
"Apa begini cara anda memperlakukan karayawan?" tanyaku kesal.
Kean mendorongku ke salah satu mobil yang ada disebelah kami. Membuatku terjebak karena terkurung antara tubuhnya dan mobil yang ada dibelakangku. Tanganku yang digenggamnya berubah menjadi keunguan dan kesemutan karena Kean menggenggamnya dengan kuat.
"Dengar Micha, jangan berani berani memprovokasiku untuk bertindak lebih kasar." Suaranya berubah menjadi tajam dan deru nafasnya yang menahan amarah terasa di pipiku.
Tatapannya tajam. Matanya penuh bahaya. Aku menahan nafas gugup dibawah tatapannya. Tak berapa lama Kean melepaskan genggaman tanganku. Aku memperbaiki letak pakaianku yang tertarik karena tindakan Kean barusan.
"Jangan harap saya akan bersikap baik Micha," bisik Kean dengan nada rendah. Mengirimkan ancaman dan bencana yang akan menantiku.
Meskipun badanku bergetar ketakutan mendengar nada rendahnya, tapi aku tak bisa menerima sikap kasar Kean padaku. Bibirku bergetar menahan kemarahan yang meluap.
"Kamu pikir hanya hidupmu yang menderita?" tandasku begitu Kean berbalik. Hilang sudah sikap sopan yang sedari tadi aku coba pertahankan.
Dia menghentikan langkahnya. Berbalik menatapku. Aku memberanikan diri menyorot pupil matanya yang penuh kebencian.
"Menurutmu bagaimana denganku? Apa menurutmu aku hidup dengan bahagia setelah melakukannya?"
Kean masih terdiam. Berfikir dia membiarkanku untuk menjelaskan situasi kami. Aku kembali melanjutkan.
"Aku tau, salah bagiku untuk ikut campur saat itu. Tapi Kean..." sambil menyusun kalimat yang ingin kusampaikan pada Kean, laki – laki itu melangkah mendekat. Membuatku mundur dan terbentur mobil dibelakangku.
"Aku minta maaf, jika itu menyakitimu. Tapi, aku tak pernah menyesal sama sekali. Salah satu keputusan yang tak pernah aku sesali hari itu adalah mendatangi kakekmu."
Kean melangkah sekali lagi. Kali ini tak ada lagi tempat bagiku untuk melarikan diri.
"Maaf? Apa gunanya? Kamu bahkan tak menyesalinya Micha!" bentaknya. Lalu mencengkram bahuku.
"Kakekmu menyayangi mu Kean. Dia menyayangi cucu – cucunya. Begitu juga papa dan mamamu. Menurutmu bagaimana perasaan mereka saat kamu memutuskan hubungan dengan mereka? Meskipun cara mereka salah, mereka melakukannya karena pada saat itu mereka pikir itulah yang terbaik. Tidakkah kamu memikirkan pengorbanan kak Zoe? Orang tuamu dan kakekmu juga sedih karena meninggalnya kak Zoe. Meskipun mereka tak memperlihatkannya."
Kean semakin mengencangkan cengkramannya. Tapi aku tak akan berhenti disini. Sampai kapan aku bisa lari dari Kean. Dia akan menerorku terus menerus. Dan aku tak punya kekuatan lebih untuk menghadapinya.
"Jangan menyalahkan diri sendiri Kean. Itu bukan salahmu. Saat itu kamu masih terlalu kecil, tak bisa berbuat apa apa bukan kesalahan. Dan cobalah untuk mengerti tindakan kakekmu. Beliau hanya ingin melindungi kalian semua," kataku dengan sedih di ujung kalimat.
"Dia hanya ingin melindungi kami," aku mengulangnya sekali lagi dalam hati.
Benar. Papa juga melakukannya untuk melindungi kami semua. Jika bukan karenaku, akankah semuanya baik – baik saja?
Cengkrama Kean dibahuku sedikit demi sedikit melonggar.
"Bukankah kamu yang paling tau sebesar apa cintanya pada cucunya," ucapku menatapnya lembut.
Tangannya terlepas begitu saja. Kean terdiam begitu lama. Laki-laki yang sebelumnya mengancamku seperti binatang buas sekarang terluka dengan kata kataku. Dengan wajah tak berdaya.
Tapi itu hanya sesaat, sebelum tatapan tajam dan wajah dingin yang biasa terpasang kini muncul kembali.
"Itu tak ada bedanya bagiku. Kamu tetap menghacurkan segalanya Micha. Jangan harap aku akan membiarkanmu begitu saja."
Aku tau. Mengenal Kean adalah musibah. Tapi membuatnya marah adalah bencana. Dan sekali lagi, hidupku berada dalam bahaya.
***
Jangan lupa vote and comment nya ya.
Terima Kasih,
Chocomellow
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Bagus Effendik
hadir
2021-01-10
1
momnya🦆🐊Algi
apa yg terjadi di masa lalu?????
2020-10-31
2
Tiara Holika
sayang sekali tulisan bagus begini peminatnya dikit...harus ttp semangat thor
2020-10-27
1