Jangan lupa vote and comment nya ya. kontribusi pembaca sangat berharga bagi penulis.
Selamat membaca,
***
Keano Ardana Shagufta, L-Gufta Group.
Kenapa aku baru sadar sekarang???? Argggggg.
Keano. Pria bengis. Berhati dingin. Si Perfeksionis yang minta di di kunyah dengan gerigi besi. Hancur sudah ketenangan hidupku. Porak poranda lagi. Kenapa aku di pertemukan kembali dengan dengan pria kejam, berhati dingin seperti Lucifer ini.
Keano Shagufta, teman SMA-ku yang kerjaannya selalu marah marah, marah marah, dan marah marah.
Laki laki yang selalu bercokol dihatiku, berakar dengan kuat, tak mau hilang. Laki-laki egois yang suka PHP-in perempuan. Laki-laki yang bakal aku celurit pertama kali kalau hukum dan dosa di tiadakan.
Tiba-tiba telinga ku berdengung, badan ku terasa ringan dan pandanganku langsung kabur.
Lalu kilasan memori masa lalu menghampirku. Membuat badanku langsung gemetar ketakutan.
Aku harus menghindarinya. Apapun yang terjadi. Begitu rapat selesai aku harus cepat keluar dari ruangan ini. Lagian nggak ada alasan kenapa aku harus bertegur sapa dengan CEO perusahaan ini. Aku yang hanya rakyat jelata, yang beda kasta dengan nya tentu saja tak memiliki kepentingan untuk beramah-tamah.
Selain itu, aku dengar CEO yang sekarang baru diangkat. Jadi pasti banyak hal yang harus dilakukannya. Kenapa dia harus repot berurusan dengan ku.
Di tambah kantor pusat yang merupakan sarang bagi CEO, berada jauh dari sini. Artinya tak akan ada pertemua kedua, ketiga atau keempat kalinya aku dengan pria bengis, berwajah rupawan, dengan senyum menggoda iman itu.
Setelah berfikir begitu aku kembali rileks.
Kean meliriku, sesekali dia masih berbisik dengan Pak Ardi. Aku kembali fokus pada rapat, tidak kuhirauhkan sama sekali Kean yang tampak senang menggangguku.
Kevin menatapku bertanya saat melihatku resah, aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum padanya agar jangan menghiraukanku. Dan dia kembali fokus pada peresentasi di depan. Saat tiba giliranku, aku berusaha menormalkan detak jantungku dan bersikap sewajarnya.
Mulai dari getar suaraku, ekspresi wajah hingga gesture tubuhku semua normal. Sesekali aku melihat Kean yang seperti binatang buas siap menerkam mangsanya, aku bersikap acuh tak acuh, tak memperdulikan aura gelapnya yang mendominasi ruangan dan tentunya juga mengintimidasiku. Aku tak mau gemetar ketakutan seperti kelinci yang digigit lehernya oleh binatang buas bernama Kean.
Dan setelah rapat selesai, aku bergerak perlahan lahan meninggalkan ruang rapat. Tapi apa daya saat Pak Ardi memanggilku.
"Adre.. ikut saya sebentar keruangan, ada yang perlu kami bicarakan"
Aku hanya memperhatikan Pak Ardi yang bicara padaku, dan saat kata 'kami' keluar dari mulutnya aku tau yang dimaksud kami adalah Pak Ardi dan Kean.
"Baik pak," jawabku dengan senyum terpaksa.
Aku hanya bisa pasrah mengikuti langkah Pak Ardi dan Kean yang berjalan di depanku. Dengan gontai aku memasuki lift. Aku melirik kearah Kevin yang juga mengikuti Pak Ardi dan Kean, baru menyadari kehadirannya saat berada di lift. Aku membuka aplikasi chat, dan mengirim pesan ke Kevin yang ada di sebelah.
Me: lo juga dipanggil?
Kevin: ya, tapi kenapa dari tadi gue perhatiin wajah lo...
Me: Wajah cantik gue kenapa?
Me: Mascara gue luntur?
Me: Bedak gue belepotan?
Me: Atau jangan jangan alis gue yang bermasalah.
Me: Tinggi sebelah? Tebel sebelah?
Me: Yang mana? Kiri? Kanan?
Kevin: Pfffftttt... 🤣🤣 emang yang cewek, make up aja yang diurusin.
Me: terus kalau bukan karena itu, apa dong? Jangan jangan....
Kevin: Jangan jangan apa?
Me: ....
Me: ....
Me: kantong hitam di mata gue keliatan jelas ya?????
Kevin: gue kira apaan
Me: terus apa dong yang salah dari muka gue, kalau bukan itu, berarti bukan masalah besar.
Kevin: gue rasa masalah ini lebih besar dari masalah lo tadi, buktinya muka lo kayak kambing yang lagi diseret kerumah jagal 😂
Me: 😡lo mau gue keluarin jurus slending kepala?
Kevin: Bwhaaaa...
Me: wah benar benar ni temen satu.
Me: wajah lo juga kenapa gitu?
Me: kayak dunia hancur, habis ditolak gebetan lo ya?
Kevin: ini lebih dari itu, gue barusan ditampar kenyataan
Me: Pasti menyakitkan, gue turut merasa bahagia buat lo vin...
Me: jadi gimana ceritanya lo di tampar kenyataan? Kayaknya kenyataan tanggannya lebih kuat dari gue ya, sampe buat muka lo ditekuk parah gitu.
Kevin: 😑 apa lagi kalau bukan karena bos yang didepan lo noh.
Kevin: Gue dengar ya re, dia itu perfect banget.
Kevin: Auranya aja beda, udah ganteng, jabatan ok, kaya, terkenal juga di antara para cewek, gue dengar karyawati di divisi gue teriak kalau bos kita tu super hot... ini hot banget namanya, sekseh.
Chat dari Kevin masuk dengan kecepatan penuh di ponselku.
Me: Siapa pak Ardi?
Me: Ngapain lo pake minder sama pak ardi?
Kevin: Oalah Neng, otak lo di pake nggak sih, jangan jangan otak lo udah turun ke dengkul makanya nggak nyambung.
Kevin: gua kan bilang bos kita, pak Kean. Emang pak Ardi hot?
Me: yey, mana gue tau lo ngomongin si kean.
Me: Pak ardi itu bos paling hot, apalagi kalau dia marah keluar deh tu keahlian rapper yang keren abiisssstttt. 😉🤣
Lalu beberapa detik kemudian kami berusaha menahan tawa. Membayangkan Pak Ardi yang mengomel panjang dengan cepat hingga napasnya habis dan wajahnya merah. Aku dan Kevin masih saling lirik satu sama lain, mengontrol ekspresi wajah. Kean terlihat sedang berbincang dengan Pak Ardi. Mendisikusikan sesuatu.
Dasar karyawan durhaka. Semoga aku nggak dapat karma karena durhaka dengan atasan. Aamiin.
Kurasa lift ini bergerak terlalu lama, aku dengan gelisah memperhatikan gerakan lift. Dengan frustasi aku memutar jari-jariku. Memperhatikan kegelisahanku, iblis didepanku malah tersenyum nakal. Itu sangat menjengkelkan dan membuatku merasa terus diremehkan oleh nya. Aku muak dengan senyumannya. Tidak bisakan situasi ini cepat selesai.
Tak berapa lama doaku terkabul, akhirnya pintu lift terbuka dan kami segera keluar menuju ruangan pak Ardi. Banyak pasang mata memperhatikan Kean. Sudah bisa dipastikan mereka penasaran dengan CEO baru mereka. Apalagi CEO muda, dijamin berpotensi membahayakan iman.
Memasuki ruangan Pak Ardi, kami langsung duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Tak lama kulihat Mbak Ziya membawakan minuman, tak lupa sedikit senyum sebagai pemanis yang diberikannya hanya pada Kean.
Langsung deh ya, jiwa bucinnya menguar. Dasar cewek. Kalau udah liat yang bening dikit aja langsung deg deg ambyar. Aku terkekeh dalam hati memperhatikan Mbak Ziya beraksi.
Kean sama sekali tidak menggubris perlakuan Mbak Ziya, dan malah menatapku. Merasa canggung karena tertangkap basah sedang menertawakannya. Aku melarikan tatapanku pada Pak Ardi yang berada di kursi sebelahku. Setelah Mbak Ziya pergi, Pak Ardi mulai berdiskusi dengan Kevin.
Begitu Kevin keluar, Pak Ardi menatapku lekat.
"Adre," ku dengar Pak Ardi memanggilku.
"Iya pak,"
"Seperti yang kamu tau, aku sangat menyukai karyawan sepertimu. Kerena pak Kean baru diangkat menjadi CEO kita, dan membutuhkan sekretaris jadi aku merekomendasikanmu menjadi sekretarisnya."
Apa?
Apa ini karma karna aku ngomongin Pak Ardi tadi?
Aku berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut bos kesayangaku ini. Seberapa pun ia menyukaiku tidak bisakah ia mempetimbangkan orang lain sebagai sekretaris dari laki laki menyebalkan ini. Kenapa dia mengirim karyawan favoritnya ini ke medan perang penuh mala petaka? Selain itu, aku tidak pernah berpikir ingin menjadi sekretaris, terlintaspun tidak.
"Adre.. bagaimana kamu mau kan, saya sudah mengenal Pak Kean dari kecil. Ia akan mudah beradaptasi dengan pekerja sepertimu," tutur Pak Ardi.
"Mmm... jadi... saya harus bekerja menjadi sekretaris pak Kean pak, Bapak serius memilih saya?"
"Ya.. Saya serius, kamu akan bekerja dengan pak Kean sebagai sekretarisnya, saya merasa kamu akan sangat membantu. Karena Pak Kean tentu akan membutuhkan dukungan, apalagi kamu sudah berpengalaman di perusahaan, jadi saya memilih kamu. Meskipun awalnya saya menyarankan agar kamu meng-handle sementara sebelum sekretaris yang cocok direkrut. Tapi Pak Kean memutuskan untuk merekrut kamu saja."
"Apakah saya punya pilihan untuk menolak pak? " aku langsung to the point. Pokoknya aku nggak mau. Bisa bisa aku kena stroke di usia muda kalau jadi sekretrasinya setan bengis ini.
Menjadi sekretaris Kean artinya aku harus siap jiwa ragaku tercabik cabik oleh binatang buas ini. Selain itu, akan selalu ada perang saraf di antara kami. Dan itu hanya akan menambah beban pekerjaanku saja.
"Sayangnya kamu sudah nggak bisa menolak lagi Adre. Surat pindah tugasmu sudah disetujui. Meli atasanmu juga udah setuju. Ini akan bagus untukmu, guna menambah pengalamanmu." Bagaikan disambar petir, ucapan Pak Ardi seperti ketokan palu atas hukuman mati yang dijatuhkan padaku.
Kepalaku berdenyut menyakitkan, kenapa aku harus bekerja sebagai sekreteris laki laki menyebalkan ini. Dan dia terlihat sah-sah saja jika aku bekerja dengannya. Harusnya ia juga menolak, mengingat dia sangat membenciku. Aku rasa kantor baruku akan menjadi medan perang yang mengerikan. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding.
"Baiklah, sepertinya sudah dijelaskan semua jadi dalam dua minggu kedepan kamu sudah bisa bekerja," suara Pak Ardi mengembalikan ku kedunia.
Secepat itu?
Kalau begini aku bakal minta Raka buat cariin jantung tambahan. Buat jaga jaga kalau yang ini rusak. Kan masih ada cadangan.
"Saya berharap besar atas kinerjamu sebagai sekrertaris saya, Ibu Michael"
Deg
Michael...
Nama itu membangkitkan kenangan masa lalu. Aku langsung merasa pusing dan linglung. Langit terasa berputar dan suara suara mulai terdengar berdengung di telingaku.
'Micha!'
'Micha, gadis kecil papa'
Suara papa.
'Woi... Micha, bengong aja'
'Micha, sini!'
Suara Denis, dan suara... Keano.
'Itu dia yang namanya Michael'
'Itu Michael!'
Dan suara suara itu semakin lama semakin bertambrakan membuatku pusing dan sesak.
Tenang Re. Ambil nafas hembuskan, ambil nafas hembuskan. Aku mengulangnya beberapa kali. Setelah menenangkan diri, aku memandang Kean, yang sedang memperhatikanku dengan wajah berkerut sempurna. Lalu begitu aku menatapnya, wajahnya kembali datar. Tetapi ada sesuatu dari ekspresi itu yang membuatku mengingat sesuatu.
Perasaan menyesal.
Setelah terdiam cukup lama, dan menatap Kean. Tapi itu hanya membuat emosiku semakin campur aduk. Dengan wajah datar dan sorot mata yang meremehkan andalannya. Membuatku tambah kesal.
"Tentu saja Bapak Keano, semoga kita bekerjasama dengan baik," jawabku tegas.
Aku memberikan tatapan menantang pada Kean, tapi sepertinya ia tidak terpengaruh.
"Baiklah sepertinya semua sudah sepakat, karena sudah masuk jam makan siang sebaiknya kita juga bergegas mencari pengganjal perut." Pak Ardi beranjak dari sofa dan berjalan ke arah mejanya mengambil jas dan mengenakannya.
"Kalau begitu saya permisi dulu pak," jawabku. Dan langsung berdiri melangkah ke arah pintu keluar. Tapi seperti ingin berlama lama dalam perang saraf ini Laki laki yang satu itu malah mencegatku.
"Sebaiknya anda ikut kami Bu Michael, anggap ini sebagai salah satu pekerjaanmu. Kudengar anda sangat kompeten dalam pekerjaan," Kean menatapku tajam.
"Seperti yang anda katakan Pak, saya sangat kompeten terhadap pekerjaan. Karena saya baru mulai bekerja dalam 2 minggu lagi tentu saja saya tidak bisa menganggap makan siang ini sebagai pekerjaan, alangkah lebih baiknya saya menyelesaikan pekerjaan saya yang tertunda," jawabku tidak kalah tajam.
"Haha... kamu ini Re." Aku cukup terkejut dengan tanggapan santai Pak Ardi pada sikap kasarku yang reflex keluar saat bersama Kean. Beliau malah terlihat tak terpengaruh dengan urat sarafku yang akan meledak menahan amarah.
Apa pak Ardi sudah tau? Itukah sebabnya dia menyerahkanku ke binatang buas ini?
"Haha... anda benar benar pintar, tidak salah saya memilih anda sebagai sekretaris saya,"
"Kalau begitu saya permisi," aku langsung kembali melangkah kearah pintu dan meninggalkan ruangan Pak Ardi. Berlama lama disana hanya akan membuatku bertambah gila.
Kembali keruanganku dengan langkah gontai. Tenagaku terkuras setelah melihat Kean. Ketika melihat kubikel kubikel karyawan lain kosong aku langsung mempercepat langkahku. Meletakan dokumen presentasi diatas meja dan mengembil dompet. Aku akan makan siang dikantin kantor saja. Hari ini nggak ada waktu mencari makan diluar. Masih banyak pekerjaan yang menunggu.
***
Terima kasih untuk vote and comment nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Bagus Effendik
like
2021-01-10
0
momnya🦆🐊Algi
gk kebayang dah muka kean yg galak nya...😂😂😂
2020-10-31
2
Tiara Holika
keren thor, kocak novelnya..
2020-10-27
1