Sandrina terengah-engah setelah Bastian melepaskan pagutan bibir mereka, dia tidak menyangka kalau pria itu akan memulainya dengan begitu kuat dan menggebu-gebu
"Haa..." Sandrina terkesiap kaget saat Bastian tiba-tiba mengangkat tubuhnya. Terlihat pria itu bahkan tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengangkat Sandrina yang berbobot ringan
"Ah!!" kembali suara Sandrina terlepas saat Bastian menghempaskan tubuhnya keatas ranjang
"Kapan terakhir kali kamu merayu, kenapa wajahmu terlihat begitu polos sekarang?" tanya Bastian dengan jemarinya yang menelusup menggoda di paha Sandrina. Wajahnya tersenyum penuh dengan kelicikan
"Jika kamu ingin melarikan diri, sebaiknya menyerah lah sekarang." ucap Bastian dengan tangan yang terhenti ketika ingin menjelajah lebih jauh pada tubuh Sandrina. Bagaimanapun dia tidak ingin dianggap sebagai pria brengsek yang memperkosa. Mereka harus melakukannya atas dasar suka sama suka
Beberapa saat terdiam, Sandrina sama sekali tidak melakukan pergerakan, entah itu untuk menolak ataupun akan melanjutkan. Bastian kembali tersenyum sembari berkata
"Diam kuanggap iya. Kau tidak keberatan" Bastian kembali melanjutkan aksinya yang sempat terhenti karena sedikit moral dalam diri. Bagaimanapun dia bukan binatang, tapi sepertinya malam ini dia akan berubah mejadi lebih liar dari binatang sekalipun
Bastian memegang ujung dress yang Sandrina kenakan, sembari menatap pada wajah sang gadis yang kemerahan lalu...
Sreekkk...
"Ah!" pekik Sandrina terkejut seraya menggenggam erat seprei ditangan, dia takut, tentu saja! Tapi keputusan telah dibuatnya, bukan?
Dress merah menggoda itu sudah koyak, rusak, menampilkan sebagian tubuh bagian bawah Sandrina. Indah! Tentu saja. Bahkan Bastian harus meneguk ludahnya dengan susah payah terhadap apa yang tersuguh di hadapannya
Hanya berselang detik ketika akhirnya Bastian meloloskan kain penutup ditubuh Sandrina, menyisakan sepotong kain segitiga yang menutupi area pribadi, membuat gadis itu tampil dalam keadaan polos dan menggoda. Bastian tersenyum tipis sebelum akhirnya dia bergerak mulai menciumi kulit Sandrina yang meremang
"Ngh...!" lenguh Sandrina saat Bastian dengan sengaja memposisikan wajahnya tepat dihadapan area sensitif Sandrina.
Sandrina yang bahkan tidak memiliki pengalaman apapun tentang apa yang akan mereka lakukan menjadi takut dan ragu, apalagi dia tahu kalau Bastian digambarkan sebagai pria yang memperlakukan wanita seperti orang bodoh yang sama sekali tidak berguna dihadapannya. Lalu, sekarang apakah dia wanita bodoh itu?
"A-apa yang kamu lakukan!" tanya Sandrina dengan suara yang bergetar saat Bastian dengan sengaja mengecupi pinggangnya yang polos
"Lemaskan kakimu!" alih-alih menjawab, pria itu mendongak diantara kaki Sandrina dan memberi perintah. Sandrina membulatkan matanya kaget
"Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat!" Bastian melanjutkan ucapannya seraya membenamkan wajahnya tepat ke segitiga Sandrina yang sontak membuat gadis itu menggeliat geli dan malu. Sedang rasa awam yang diterimanya menghantam bersamaan
"Ahh...! Haa..." Sandrina mende sah dan melenguh secara bersamaan sedang si pria sama sekali tidak berhenti dari perbuatan nistanya
"Manis" satu kata komentar yang keluar dari mulut Bastian menyentakkan Sandrina
"Tidakkk! Ini gila! Apa yang telah ku lakukan? Aku telah memilih lawan yang salah sejak awal.." batin Sandrina yang menampilkan wajah ketakutannya dengan begitu jelas
"Ini tidak akan berjalan baik jika kau terlihat takut seperti ini. Aku tetap tidak akan bersikap lembut" ujar Bastian yang kini mulai merangkak menindih tubuh mungil Sandrina. Pria itu jelas tidak dapat di provokasi. Salah sendiri, siapa suruh Sandrina menggodanya
Batin Sandrina bergejolak antara keinginan untuk menghentikan kegiatan gila ini sama tekad untuk menuntaskan apa yang sudah dimulainya
"Tidak, aku tidak bisa berhenti disini hanya karena aku takut." batinnya menguatkan tekad yang sudah terpatri sejak awal
"Si-siapa bilang aku takut?" Sandrina berucap menantang tapi getaran dalam suaranya sama sekali tidak dapat berbohong. Bastian terkekeh kecil dan ingin kembali menggoda gadis polos di bawahnya
"Jadi begitu?" ujar Bastian sedang suaranya tenang dengan intensitas suara yang dalam
Pria itu melepaskan jasnya lalu kembali memfokuskan diri pada segitiga penutup aset pribadi Sandrina. Dengan senyum licik yang tersungging, Bastian menarik kasar kain segitiga itu hingga robek menjadi dua. Entah kekuatan tangan Bastian yang luar biasa atau pakaian dalam sandrina yang murahan, intinya kain penutup itu sudah menjadi seonggok kain yang tidak lagi berguna.
"Tu-tunggu.." kata itu hanya mengambang di udara saat Sandrina sangat terlambat mengajukan protesnya. Kain penutup tubuhnya yang terakhir juga telah robek
"A-apa kau orang yang suka merusak pakaian?" tanya Sandrina seraya merapatkan kakinya malu. Dia telanjang bulat dihadapan pria yang menjadi incarannya
"Yah! Kadang-kadang" jawab Bastian acuh terkesan cuek. Pria itu dengan santainya melepas kemeja yang membaluti tubuhnya, memperlihatkan otot abdomen yang begitu menggoda. Otot-otot itu terbentuk dalam porsi yang pas, tidak besar dan tidak pula kecil hingga terlihat cukup indah dan menggoda, tak terkecuali Sandrina yang juga ikut tergoda
"Apa setiap kali berhubungan badan, kau selalu merobek pakaian?" Sandrina kembali bertanya sebagai sarana untuknya sedikit menghilangkan rasa malu dan gugup. Bastian kembali terkekeh kecil sebelum menunduk mendekatkan bibirnya ke telinga Sandrina yang wajahnya sudah memerah padam
"Yah, bagaimana ya? Aku hanya ingin sedikit menggodamu! Ku pikir kamu akan terlihat cantik jika menangis, jadi aku ingin mencobanya dengan menggodamu, tapi sepertinya dugaanku salah. Kau tidak selemah itu ternyata," Bastian kembali terkekeh dalam tawa jumawanya
"A-apa maksudmu---hump..." ujaran Sandrina yang kebingungan terpotong oleh ciuman yang Bastian lancarkan. Pria itu mel umat bibir mungil itu tanpa ditahan-tahan. Pertukaran saliva itu terjadi dengan begitu instens
"Ahhh!" pekik Sandrina saat jari tangan Bastian tanpa permisi menerobos aset pribadinya
"He-hentikan..! Ahh..." Sandrina menggerakkan tubuhnya mencoba terlepas dari rasa awam yang menghantam tubuhnya. Ada gelenyar panas yang mencoba menerobos keluar dari tubuhnya
"Kau terlalu sensitif dibawah sana. Apa kau akan memotong jariku?" bisik Bastian dengan kalimat tanya tanpa rasa malu sedikitpun, mengeksplorasi tubuh Sandrina dengan begitu lihainya. Entah bagaimana menggambarkannya, gadis itu terlihat begitu menggoda tanpa harus bersikap sebagai penggoda
Setelah puas memberikan penetrasi pada sang gadis, Bastian akhirnya juga mencapai batasnya untuk bertahan dari cacing alaska-nya yang memberontak dari balik penghalang kain yang dikenakannya.
"Sial! Aku tidak bisa menahan ini lagi" desis Bastian seraya membuka celananya membebaskan cacing alaska-nya yang melesak ingin keluar kandang
Mata Sandrina membulat, menatap ngeri pada benda yang mencuat gagah di antara kaki Bastian
"Tidak mungkin! I-itu terlalu besar!" batin Sandrina yang mendadak merasa takut. Perasaan punya Tommy saat dia tidak sengaja melihatnya dulu ketika bersama kakaknya tidaklah sebesar itu? Bagaimana Bastian punya rudal dengan ukuran gila itu
Sandrina menggeleng, dia mulai bergerak ingin melarikan diri. Sungguh dia merasa tidak sanggup jika harus dihantam oleh rudal super itu. Dari awal rencananya memang sudah gila dan sekarang Sandrina baru mulai merasa kalau dia sudah salah dari sejak awal dirinya memulai
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
sari
emg sebesar apa sich sandrin🤣/Drool/
jd penasaran pen lihat🥵🥵
2025-05-08
2
Adek Abang
Hhhh😂🤣
itu kayaknya senjata makan tuan 😂
2025-05-17
1