Prolog

"Mama!"

Kirana menarik kedua sudut bibirnya dengan sempurna. Kemudian merentangkan tangan. Tapi bocah lelaki yang berlari ke arahnya justru melewati Kirana.

"Atha gak mau di peluk Mama!"

Kirana menautkan kedua alisnya kemudian bertanya, "Kenapa?"

"Kata Melati, cowok sama cewek itu harus jaga jarak." Bocah berusia lima tahun itu melangkah cool dengan satu tangan di saku celana.

Kirana menggelengkan kepala sembari tertawa. Mengikuti sang putra yang masuk ke mobil. Wanita itu menatap Athaya yang berusaha memasang seltbelt nya sendiri.

"Jangan Ma, Atha udah dewasa." Bocah itu menolak bantuan Kirana.

"Udah sini, Mama bantuin!" Kirana berucap dengan gemas. Athaya memanyunkan bibirnya saat sang Mama sudah berhasil memasang selbelt miliknya.

"Denger yaa Atha. Bener kata Melati kalau cowok sama cewek harus jaga jarak. Tapi dalam hubungan keluarga. Gak apa-apa."

Bibir yang semula memanyun gemas itu jadi tersenyum sumringah. "Beneran Ma? Jadi Atha boleh peluk Mama?"

"Iya dong!" Kirana tertawa sembari mencium gemas pipi gembul bocah itu.

"Tapi ... kalau sama Melati gak boleh yaa!" Kirana berucap dengan nada peringatan.

"Kenapa?" tanya bocah itu dengan polos. Ia masih tak mengerti mengapa harus ada batasan antara wanita dan lelaki.

"Nanti, tanyain aja Papa," sahut Kirana. Ia mulai menginjak pedal gas sembari melirik sejenak putranya.

"Besok Minggu, jadi 'kan kita jalan Maa?"

Pertanyaan dari Athaya membuat Kirana bungkam seketika. Wanita itu bingung bagaimana cara menjelaskan pada sang putra. Bahwa Akbar ada pekerjaan mendadak dan tak bisa di tunda.

"Ehm, Papa lagi sibuk Sayang, sama Mama aja yaa?"

Mata Athaya langsung menyorot kecewa. Bocah manis itu tiba-tiba diam sembari memanyunkan bibirnya.

Kirana menghela napas. Akbar memang sibuk bekerja. Karena memang lelaki itu baru saja membangun perusahaan sendiri. Tanpa bantuan dari Ayah ataupun Abi.

Akbar bekerja keras. Tapi sayangnya, duplikat sang suami dalam tubuh berusia lima tahun sangat susah di bujuk dan dibuat mengerti. Bagaimana lagi? Athaya sama seperti anak pada umumnya. Ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tua di hari liburnya.

"Mau es krim?" tanya Kirana dengan nada menggoda. Ia tak tega melihat sang putra memasang raut wajah kecewa.

"Dua ya Ma?" Athaya mengajukan persyaratan. Kirana mau tak mau akhirnya menganggukkan kepala.

Mobil berbelok menuju cafe es krim di pinggiran kota. Tempat paling terkenal yang menyajikan es krim dengan berbagai rasa.

Saat sudah sampai, Kirana turun dengan Athaya. Hingga ucapan dari sang putra membuat Kirana terkesima.

"Itu Papa."

Kirana menatap arah telunjuk mungil putranya. Seorang lelaki dan wanita serta satu balita di gendongan lelaki itu.

"Papa!" teriak Athaya dengan girang.

Lelaki yang sudah enam tahun bersama Kirana itu nampak membeku. Manik hitam Akbar dan manik mata kecokelatan Kirana menyatu dalam satu garis lurus.

Jarak yang terpaut jauh. Namun mampu membuat Kirana menitikkan air mata. Melihat lelaki itu bersama seorang wanita dan terlihat mesra. Wanita yang wajahnya tak dapat Kirana lihat. Tapi menggenggam tangan suaminya dengan erat.

Tangan yang sering menghapus air mata dan juga menggenggam tangannya. Tangan yang menjabat penghulu dan bersaksi bahwa akan menjadi suaminya dalam suka maupun duka. Tangan dari seorang lelaki yang berkata mencintainya dan akan setia.

Detik itu pula Kirana merasa dunianya sirna.

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

abang...jelaskan ! siapa dia bang ?

2022-03-31

0

Risma Risma

Risma Risma

😭😭

2022-01-21

0

Anita Devi

Anita Devi

siapa itu thor.... hikz

2022-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!