Akbar keluar kamar mandi. Lelaki berusia awal tiga puluh itu tersenyum saat melihat pakaian yang sudah siap ia kenakan. Kirana pasti sudah menyiapkan pakaian Akbar tadi. Dan kemungkinan besar, saat ini. Wanita itu ada di dapur.
Kirana sudah menjadi ibu rumah tangga sejak lima tahun yang lalu. Wanita itu, meski masih memiliki tubuh yang indah setelah melahirkan Athaya. Ia tak pernah menjadi model lagi. Karena Akbar melarang Kirana bekerja.
Keinginan Akbar, Kirana memperhatikan dan merawat ia dan putra mereka. Lelaki itu melangkah keluar kamar setelah berpakaian. Ia lantas menuju dapur dan mengerjap heran.
Kirana tak ada di sana. Wanita itu pasti di kamar Athaya. Akbar melangkah ke kamar sang putra.
"Papa!" Bocah ceria itu tersenyum cerah saat melihat sang papa. Akbar mendekat ke arah dua orang yang teramat ia cintai.
"Cium Papa!" Athaya dengan tingkah manja dan menggemaskan menyodorkan pipinya. Akbar langsung mengecup pipi gembul itu.
"Mama?" Athaya menatap sang Papa. Lelaki itu mengerti dan mencium Kirana di dahi.
"Udah sana, sarapan aja duluan," ucap Kirana sembari tersenyum. Tangannya terus bergerak memasang seragam TK Athaya.
"Nanti aja barengan." Akbar mengambil bedak di atas ranjang Atha. Lalu memberikan banyak bedak di pipi sang putra.
Kirana tersenyum lebar, Akbar selalu seperti itu. Berusaha membantu pekerjaan Kirana di sela kesibukannya.
***
"Ini minum dulu," ucap Kirana sembari menyodorkan obat Akbar. Lelaki itu meminumnya setelah selesai sarapan. Obat imunosupresan.
Obat imunosupresan memang umum diresepkan untuk pasien transplantasi organ atau jaringan. Obat diberikan dengan tujuan menekan sistem imun agar tak reaktif menolak organ atau jaringan baru.
"Makasih yaa Sayang," ucap Akbar setelah meminum itu.
Belum sempat Kirana menyahut, Bocah mungil buah hati mereka berucap, "Kenapa ngucap makasih terus Pa?"
Athaya mengerjap bingung. Mengapa sangat sering mendengar sang papa mengucap terima kasih dan maaf.
"Loh emangnya kenapa? emangnya Atha biasanya kalau di kasih sesuatu sama orang bilang makasih gak?" Akbar malah bertanya balik. Bocah itu mengangguk spontan.
"Iya, kata Mama itu sebuah ucapan berwujud menghargai pemberian orang." Athaya masih tak mengerti. Mengucapkan terimakasih pada orang yang memberi sesuatu ia mengerti. Tapi apa yang di lakukan Sang papa. Bocah itu sangat tak mengerti. Ia berpikir bahwa perlakuan Kirana adalah hal yang wajah sebagai istri dan itu di lakukan tiap hari. Mengapa harus mengucapkan terimakasih?
"Gitu juga Papa. Mama itu ngurus kita berdua seharian. Dari pagi sampai malam. Kenapa berat buat ngucap makasih aja?" Akbar menaikkan alisnya menatap Athaya. Bocah itu terlihat bingung. Lelaki itu kemudian memutar otak agar sang putra memahami apa yang ia sampaikan.
"Denger ya Atha ...." Akbar menggendong sang putra dan membawanya berjalan menuju pintu utama. Kirana mengikuti di belakangnya.
"Ucapan terima kasih itu di ucapkan bukan hanya pada orang yang memberi kita sesuatu atau hadiah. Tapi itu juga bisa di ucapkan pada keluarga, orang tua, atau saudara yang bahkan udah capek menjaga kita."
Kirana tersenyum samar. Jika banyak suami di luar sana yang tak menghargai pekerjaan ibu rumah tangga dan mengatakan bahwa seorang IRT justru tak bekerja. Ia beruntung memiliki suami seperti Akbar yang tau bahwa pekerjaannya justru dari pagi hingga malam.
Lelah tapi mengurus keluarga kecilnya bagi Kirana sangat menyenangkan.
Terdengar dengusan kasar dari Akbar. Kirana menatap Athaya yang memasang raut wajah pusing. Kedua tangan mungil itu di kepala lalu Atha berkata, "Atha gak ngerti Papa."
"Ya udah nanti Atha juga ngerti kalau udah gede. Tapi bilang makasih dulu sama Mama. Udah jaga dan sayang banget sama Atha." Akbar menatap Athaya. Bocah itu menatap Kirana kemudian memajukan bibirnya. Akbar sedikit memajukan tubuhnya agar bibir Atha sampai ke pipi Kirana.
"Makasih Ma," ucap Atha setelah mengecup pipi Kirana.
"Sama-sama Sayang Mama," sahut Kirana sembari mengecup gemas pipi Athaya.
"Mau juga dong dicium Mama," gumam Akbar pelan dengan sorot mata berharap.
Kirana mencibir lalu mengecup pipi sang suami.
"Mau di sini!" ucap Akbar tanpa suara sembari menunjuk bibirnya.
Kirana menutup mata Athaya dengan tangan kanan lalu sedikit berjinggit untuk mengecup bibir Akbar.
"Mau juga di sini," ucap Athaya sembari menunjuk bibirnya.
Akbar terkesima sementara Kirana melongos malas. Papa dan Anak sama saja.
"Gak boleh sayang," sahut Kirana sembari mengambil Atha dari gendongan suaminya. Athaya memang sekolah di antar oleh Kirana.
"Kenapa?" tanya bocah itu sembari mengerjap polos.
"Jelasin dulu Pa," ucap Kirana sembari menatap Akbar. Ia memberikan tas kantor sang suami.
Maksud Kirana, jelaskan secara kesehatan mengapa kurang baik mencium anak di bibir. Tapi sahutan sang suami membuat Kirana justru terkesima sendiri.
"Karena bibir Mama cuma milik Papa."
****
Maaf baru up yaa😂 lagi down. Di kisah mereka sebelumnya ada yang komen katanya cerita setan😭
Dia ngehina bukan malah kritik aja 😒
Ya udah lah yaa namanya manusia. Ada ada aja 😏
Btw, satu part aja yaa. Kalian kalau di kasih tiga atau dua. Part terakhir aja yang di like 😌
Likenya tolong 😬
Biar jadi moodbooster 😶
Yang mau tau kapan aja MLH update. Bisa lihat di ig Zaraa ya. @zha_zaraa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rafa Retha
😍
2022-03-31
0
Risma Risma
g usah dengerin komentar yg menjatuhkan... ttp semangat yah💪💪💪
2022-01-21
0
Anita Devi
lanjut k zahra
makin semangat nie baca nya
2022-01-04
0