Velly tidak hentinya melihat sekeliling. Ia baru pertama kali ke tempat yang seluas ini. Tidak seperti markas mereka yang berada dibawah tanah gedung perkantoran, tempat ini jauh lebih keren. Banyak lorong seperti di film dengan lampu terang benderang. Jika dilihat dari luar seperti gedung mati yang tidak mencolok. Tapi dibagian dalam memiliki kehidupan yang ramai.
Mereka mulai masuk di ruangan besar seperti lobi. Disana ada cukup banyak orang. Perhatian mereka langsung teralihkan pada Velly, seorang bocah kecil dengan gaun piyama dan jaket lusuh. Rambut berantakan dan wajah baru bangun tidurnya sukses membuat kening orang-orang itu berkerut bingung.
"Halo semua! Tamu kita sudah datang!" Zergan menunjuk Velly.
Tidakkah ini terlalu mencolok untuk perkenalan?
Velly bingung tapi kepalanya tetap menunduk memberi salam. Kemudian matanya menelisik setiap orang yang memperhatikannya.
Mereka semua membawa senjata. Apakah pembunuh bayaran lain? Kenapa seolah berkumpul menungguku?
"Harus dikenalkan pada semua orang?" Aldino juga merasakan kebingungan yang sama dengan Velly.
"Tentu saja! Mulai sekarang Velly adalah bagian dari kita!" Zergan bersorak dan yang lain ikut senang.
Bukankah aku memang bagian dari organisasi?
Meskipun masih heran, Velly tetap diam saja.
"Baiklah! Karena sudah terlalu larut untuk membahas rencana, bagaimana kalau besok saja?"
"Katanya kau ingin memberitahunya sekarang." Protes Aldino.
"Ya ampun. Apa kau tidak kasihan dengan Velly? Dia lelah, dan tidurnya terganggu. Kita harus memberikan dia waktu istirahat dulu."
Aldino melirik Velly. Ia setuju dengan kata-kata Zergan. Wajah Velly terlihat lelah. Apalagi tadi baru tidur satu jam.
"Lebih baik kau pulang saja. Velly akan kami rawat dengan baik kok." Zergan meraih bahu Velly dan memeluknya.
"Aku malah tidak tenang jika membiarkannya bersamamu." Aldino curiga.
"Kalau denganku bagaimana?" Seorang wanita seumuran Zergan mendekati mereka.
"Alexa." Aldino cukup terkejut dengan kedatangan wanita itu. Pasalnya Alexa sudah jarang menampakkan diri selama setahun terakhir.
"Lama tidak bertemu. Aku akan mengurus anak kesayangmu ini. Tenang saja! Zergan tidak akan bisa menyentuhnya." Seru Alexa.
"Aku sedikit lega." Aldino kembali menatap Velly yang tanpa ekspresi. "Tidak apa-apa kalau kutinggal?"
Velly mengangguk. Ia bukan anak kecil yang harus terus diurus Aldino. Di tempat ini malah terlihat lebih seru karena banyak orang hebat dan kuat. Daripada berada di panti asuhan memuakkan itu.
"Baiklah aku pergi. Jaga dirimu. Lusa aku akan kesini lagi." Aldino mengusap ujung kepala Velly kemudian berlalu.
"Baiklah! Bagaimana kalau aku menunjukkan kamarmu, lalu kamu bisa kembali beristirahat?" Tawar Alexa yang disetujui Velly.
Pemandangan lorong yang sama kembali dilewati Velly. Disini banyak lorong yang memusingkan. Kalau saja tidak dipandu Alexa, ia pasti tersesat. Apalagi Velly bukanlah tipe anak pintar yang langsung bisa menghafal jalan dalam satu kali lihat.
"Nah kamarmu disini." Alexa menunjuk sebuah pintu yang terlihat sama dengan pintu-pintu lain yang mereka lewati sedari tadi.
Pintu kayu dengan lubang intip itu dibuka oleh Alexa. Di dalam langsung disambut kasur single dengan meja kecil dan lampu disampingnya. Ada pintu lain di dalam, yang ternyata adalah kamar mandi berukuran kecil.
Seperti penjara.
"Tidur dulu. Untuk bajumu akan kuberikan nanti ya. Zergan sedang mengambilnya di mobil Aldino."
Velly mengangguk, dan ia langsung ditinggal sendirian di kamar itu.
Kamarnya terasa pengap karena tidak memiliki jendela ataupun ventilasi. Ditambah Velly baru sadar kalau disana tidak memiliki jam dinding. Bagaimana caranya membedakan pagi dan malam?
Velly langsung menyusuri isi kamar. Tidak lupa ia memeriksa laci meja kecil disana. Didalamnya ada gunting, obat-obatan, dan tisu.
Apa-apaan ini? Seharusnya mereka sudah menyiapkan kamar ini untukku kan? Karena mereka yang memanggilku kesini. Tapi kenapa
Kamarnya malah seperti ini?
Velly melirik pintu kamarnya yang masih terbuka setelah ditinggalkan Alexa. Ia memiliki sebuah ide. Gadis itu mengambil gunting dari laci dan menggoreskannya ke pintu. Memberikan tanda kalau itu adalah kamarnya. Sebagai antisipasi kalau ia tersesat atau lupa yang mana kamarnya.
...****************...
"Ini." Aldino memberikan tiga tas yang berisi barang-barang Velly pada Zergan.
"Baik. Jangan khawatir soal Velly juga ya. Alexa itu mudah akrab dengan anak kecil. Velly pasti akan suka padanya."
"Aku ragu." Aldino yang tahu kalau dengan ibu asuhnya saja Velly berani bicara ketus dan mengancam, apalagi dengan Alexa. Pasti tidak akan bertahan lama.
"Kau terlalu banyak berpikir haha."
Aldino menatap Zergan yang masih tertawa. Entah kenapa Aldino merasa ada sesuatu yang disembunyikan laki-laki itu.
"Zergan."
"Ya kenapa?"
"Bagaimana hubunganmu dengan kak Ergino?"
Zergan sempat berubah ekspresi kesal, tapi seketika ia tersenyum seolah ingin menyembunyikan rasa tidak sukanya. "Baik kok. Memangnya kenapa?"
"Anggota lain dan para ketua sepakat untuk menjadikan kak Ergino kepala pemimpin organisasi yang baru. Aku tahu kau tidak setuju. Tapi jangan ada dendam."
Zergan mengangguk. "Aku tahu. Aku sudah menyerah."
"Baguslah. Aku pergi dulu. Tolong jaga Velly." Aldino langsung masuk mobil dan pergi.
Zergan diam-diam menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
アチ
Zergan ternyata labil orangnya 🙂
2025-05-10
1
アチ
Anggap aja kamu disambut karena naik pangkat
2025-05-10
0
アチ
Tapi biasanya kalau diasuh sm orang yg lebih kuat darinya dia bakal patuh 👀
2025-05-10
2