Seorang laki-laki dengan mantel panjangnya berdiri di depan Aldino. Pertemuan dadakan yang diminta Aldino membuatnya tidak bisa bersiap terlebih dahulu. Laki-laki itu setiap hari hanya bisa memperdulikan penampilannya.
"Kenapa tiba-tiba kau ingin bertemu? Lihatlah aku! Aku tidak tampan! Seharusnya kau membuat jadwal pertemuan lain kali, agar aku bisa bersiap."
"Itu terdengar menjijikkan." Aldino mengusap tengkuknya.
"Maksudku, lebih baik terlihat seperti dua laki-laki tampan sedang mengobrol kan? Siapa tau ada perempuan seksi yang menghampiri kita hahaha."
"Dasar ucapan orang berusia 30 tahun."
"Jangan sebutkan umurku Aldino! Malu sekali aaaa!"
"Baiklah Zergan, ada yang ingin kubahas denganmu. Ini penting." Aldino menunjukkan ekspresi seriusnya, tapi orang bernama Zergan itu hanya tersenyum remeh.
"Bahas apa lagi? Aku sudah memberimu perintah."
"Aku tidak setuju! Velly masih terlalu kecil. Bukankah aku sudah melaporkan perkembangannya padamu? Dia berubah menjadi anak yang berdarah dingin. Aku ingin meminta pada atasan untuk memberikannya istirahat sejenak. Dia masih kecil, perlu kehidupan yang normal!"
"Apa kau bercanda?! Saat aku memberitahu atasan tentang laporanmu, mereka senangnya bukan main!"
"A-apa?"
"Inilah yang mereka tunggu-tunggu. Akhirnya ada anak yang sudah memiliki niat dan bakat membunuh yang bagus. Ini adalah pertanda baik!"
Mereka gila. Aldino meremas tangannya dengan jengkel. Rasa marahnya hanya bisa ia pendam sendiri. Ia tidak memiliki kekuatan untuk menentang lebih jauh. Ia paham sifatnya ini terlalu pengecut.
Kenapa harus ada anak seperti Velly di dunia ini? Kenapa harus ada yang memanfaatkannya?
"Aldino."
Aldino menatap seringai mengerikan dari laki-laki di depannya. Zergan, yang dulu dikenal sebagai orang yang mengajarkan kesadisan pada anak-anak yang sudah menjadi pembunuh bayaran itu sepertinya memiliki pemikiran yang sama dengan para atasan organisasi.
"Ke-kenapa?" Aldino selalu takut ketika melihat sisi Zergan yang seperti itu.
"Jangan coba-coba menghalangi perintah. Sifat pedulimu tidak dibutuhkan sekarang. Bawa Velly ke markas utama malam ini."
Aldino mengangguk. Padahal ia mulai berpikir untuk membawa kabur Velly untuk menyelamatkan masa depan bocah perempuan itu. Tapi sepertinya Zergan melihat gelagat anehnya. Jika nekat dilakukan, akan terlalu beresiko. Jadi lagi-lagi ia hanya bisa patuh.
"Tidak usah khawatir." Zergan kembali bertingkah bodoh dan menepuk-nepuk bahu Aldino. "Anak kesayanganmu itu hanya ditugaskan untuk membunuh bos perusahaan biasa saja."
"Bos?"
"Untuk lebih jelasnya, datang bersama Velly malam ini ya." Zergan mengedipkan sebelah matanya sambil menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri.
...****************...
Hari sudah gelap. Begitupun juga bagian dalam panti asuhan. Jika sudah memasuki waktu tidur, semua lampu akan dimatikan. Velly ingin naik ke ranjangnya untuk tidur, tapi ditangga untuk menuju kasur atasnya terdapat cairan aneh.
Velly langsung melihat gadis penghuni kasur dibawahnya yang pura-pura tidur dengan akting yang buruk.
"Aku tau kau masih bangun. Cepat bersihkan itu atau kau akan menerima akibatnya." Ucap Velly dingin. Tapi gadis yang ia ajak bicara malah memunggunginya seolah tak peduli.
"Baiklah, kau yang memintanya." Velly melirik meja kecil disampingnya. Disana ada cemilan buah kupas dengan sebuah garpu.
Velly dengan cepat mengambil garpu itu, mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil menatap leher gadis itu sebagai incarannya.
Matilah!
"VELLY!!!"
Seluruh anak yang seharusnya sudah tertidur langsung terbangun saat mendengar teriakkan di ambang pintu kamar mereka. Velly yang posisinya membelakangi pintu akhirnya menoleh. Matanya langsung bertemu dengan tatapan Aldino. Disamping laki-laki itu terdapat ibu asuh yang menatapnya ngeri.
"Aaa!!!" Saat gadis yang akan dibunuh Velly itu ikut menoleh, ia baru sadar kalau baru saja berada diambang kematian. Tinggal sedikit lagi garpu itu mencapai lehernya. Akhirnya ia histeris sendiri.
"Apa yang kau lakukan hah?!" Aldino langsung merampas garpu dari tangan Velly.
Semua anak disana jadi ikut melihat tontonan malam itu.
"Ini bukan salahku." Velly berkata dengan santai sambil mengangkat kedua bahunya.
"Bagaimana mungkin bukan salahmu? Kau jelas-jelas ingin membunuh temanmu!"
"Itu salahnya sendiri karena mencoba mencelakaiku dengan memberikan minyak di tangga kasur." Velly menunjuk tempat yang ia maksud, dan disana masih ada minyak seperti seperti sebelumnya. "Jadi sebelum aku dicelakai, aku akan membunuhnya."
"Aku melakukannya karena kau tidak menolongku!!!" Sanggah gadis sebelumnya.
Aldino mengerutkan kening. "Menolong?"
"Tadi saat disekolah aku dipukuli oleh kakak kelas yang memalakku. Velly melihatku tapi tidak berniat menolongku sama sekali meskipun aku sudah memohon sambil memanggilnya."
Velly melipat tangannya sambil berdesis. "Salahmu sendiri lemah. Kau tidak pantas hidup."
Plak!!!
Kedua mata Velly membulat saat bekas kemerahan yang terasa panas tercetak diwajahnya. Aldino baru saja menamparnya dengan kuat.
"Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu pada temanmu?" Aldino menunduk. Ekspresinya tidak bisa terlihat karena terhalang bayangan malam.
"Dia bukan temanku-"
"DIAM!!!" Aldino berteriak keras membuat semua orang ikut ketakutan.
Tiba-tiba tangan Aldino meraih kedua bahu Velly. Laki-laki itu masih menunduk, tapi perlahan isakan tangis terdengar darinya. Tetesan air mata mulai terlihat di lantai.
"Kumohon... Jadilah anak normal saja seperti yang lain. Kumohon."
Malam itu, isakan tangis Aldino semakin menjadi. Semua orang melihat. Termasuk Brian dan Leon yang mengintip dari balik pintu karena mereka beda kamar. Malam menyedihkan ini akan terus membekas diingatan mereka.
Velly tidak paham. Kenapa Aldino menangis? Apanya yang menyedihkan? Apa salahnya? Dan apa maksud perkataan laki-laki itu?
Apakah suatu saat ia akan paham?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
アチ
Kamu sudah keterlaluan sih 😔
2025-05-08
1
アチ
Semoga Velly bisa bertemu seseorang yg bisa menyadarkannya, biar happy ending kayak Violet /Grievance/
2025-05-08
3
Wang Lee
Ada aja
2025-10-11
2