Untukmu, Aku Berani Lembut
Episode 2: Markas Mafia
Baby Duduk di sofa besar yang terlalu mewah baginya. Tangan memegang cangkir teh
Masih gugup, di sekeliling pria-pria asing dengan sengaja berjalan tenang. Semua terasa asing... Kecuali satu: Rajendra.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Aku nggak ngerti... Kenapa kamu bawa aku ke sini?
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Karena tempat kamu nggak lagi aman. Dan aku benci utang budi.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Jadi ini cuma soal balas jasa?
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( menatap baby )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Awalnya... Iya
Vulwin berdiri dengan wajah serius, di hadapannya layar besar menampilkan wajah rama.
Penampilan preman lokal yang kini mulai berkerja sama dengan mafia dari luar kota.
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Rama makin berani. Tanah desa itu ternyata bukan cuma properti... Tapi juga jalur penyeludupan emas
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Lama dari zaman belanda. Mereka kejar si gadis karena dia satu satunya saksi hidup yang tahu letak dokumen asli
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( Terkejut )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Baby?
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Kamu kira dia di kejar karena cuma cantik?
Baby berbaring di ranjang besar, menatap langit-langit. Napasnya pelan tapi pikirannya kacau.
Pintu kamar diketuk Rajendra masuk, diam-diam meletakkan kotak P3K diatas meja
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Besok kita ke rumahmu, ambil semua yang kamu ingat tentang surat tanah itu.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( Tanpa menatap )
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Kamu bakal terus lindungi aku?
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( menoleh )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( mendekat )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Selama aku masih bisa bernafas... Iya.
DESA LEMBAYUNG—LANGIT MENDENG
Sebuah SUV hitam meluncur pelan dijalan desa. Baby duduk di samping jendra, wajahnya tegang. Dibelakang Vulwin memantau situasi sambil memegang senjata pendek
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Aku gak pernah nyangka bakal kembali ke desa ini... Dengan caramu. ( berbisik )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Aku nggak nyangka akan lindungi seseorang seperti kamu. ( tenang )
Baby menatapnya, namun jendra tetap fokus ke jalan
Rumah terlihat berantakan. Pintu rusak, perabotan terbalik. Baby masuk dengan hati-hati
Ia menahan napas sat melihat bercak darah di lantai.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Om danu...
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Cari dokumennya, cepat.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( membuka laci )
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( menemukan lembaran peta kusam dan selembar surat tua bertulisan )
"Tanah warisan kolonial —Jalur emas selatan."
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Ini yang mereka cari...
DEPAN RUMAH —DETIK YANG SANGAT SUNYI
Suara langkah kaki berar. Preman preman bersenjata muncul dari balik pepohonan, Rama muncul terakhir —senyum licik menghiasi wajah kasarnya
𝐑𝐚𝐦𝐚
Ku kira kamu cuma anak kampung, ternyata kamu bawa pelindung pribadi ya?
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Aku nggak suka diancam. ( dingin )
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Kontak senjata sebentar lagi. Butuh izin. ( dari balik jendela )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( tanpa kedip ) izin diterima.
Adegan aksi - singkat, cepat mematikan.
Tembakan dilepaskan jendra dan Vulwin bergerak cepat. Baby berlindung dibalik tiang rumah sambil menggenggam dokumen erat-erat, suasana kacau tapi jendra tak pernah jauh dari baby.
Rama sempat mencoba menyerang baby, namun jendra menembaknya di kaki—tepat sebelum rama menyentuh baby.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Sentuh dia lagi.. Aku tak akan mengincar kaki.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( berbisik pada rama )
Tepi desa
Api membakar rumah tua itu, polisi bayangan dari jaringan jendra mulai turun ke lokasi
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( merasa takut, tubuh bergetar )
Comments