Untukmu, Aku Berani Lembut
Episode 1: Gadis di tengah hujan
Pengisi suara
Dunia ini mengajariku satu hal—jangan percaya pada siapapun. Tapi hari itu… di bawah hujan dan suara langkah kaki yang gemetar… semua yang aku percaya runtuh.
Kamera menyorot jalan berlumpur desa. Sepasang kaki kecil berlari tergesa. Nafas terengah. Wajah 𝐁𝐚𝐛𝐲 dipenuhi ketakutan, matanya terus menoleh ke belakang.
Preman
Berhenti! Bocah kampung! Jangan buat kita mengejar lebih jauh!!
Tiba tiba saja baby terjatuh
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Aw...
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( Berusaha bangkit dengan tubuh bergetar )
Ia berlari lagi, masuk ke semak, menembus jalan setapak yang mulai gelap.
Di sisi lain, sebuah mobil hitam berhenti di ujung jalan. Seorang pria turun—jas hitam basah oleh hujan, sorot mata tajam menembus gelap.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 pria berdarah dingin, memegang telepon dengan tangan kiri, senjata tersembunyi di jaketnya.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Aku sudah di lokasi. Target akan datang lewat jalur belakang. Jangan buat suara.
*❄️
Namun langkahnya terhenti. Dari semak, Baby muncul tiba-tiba—basah, pucat, dan terjatuh tepat di hadapannya.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Tolong... Mereka mengejarku...
Jendra menatap gadis itu. Beberapa detik yang terasa seperti selamanya.
Suara tembakan terdengar dari jauh.
Jendra menoleh. Matanya tajam. Tapi entah kenapa… tangan yang biasa memegang senjata itu kini terulur—membantu Baby bangkit.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Berlindung dibelakang ku.
( lirih hampir tak terdengar )
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( menurut )
Baby duduk di pojok gudang yang lembab dan gelap. Pakaiannya basah kuyup, lututnya terluka, tapi matanya masih terus menatap pria asing di depannya Jendra.
Ia sedang berdiri sambil berbicara pelan lewat earpiece, bahunya sedikit tegang.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Target lain muncul. Bukan bagian dari rencana. Kirim tim penjemput ke titik tiga. Aku bawa satu orang.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( Ia memutus sambungan, lalu menoleh ke Baby )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Siapa mereka? Mengapa mengejarmu?
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Aku ga tau siapa mereka...
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
mereka datang ke rumah Om Danu, maksa cari sesuatu…
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Katanya tanah desa ini harus dikosongkan…
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( menunduk, suaranya lirih namun penuh ketakutan. )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
*berfikir
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Mafia lokal...
*lirihnya
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( melepas jaketnya )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( memberikan pada baby )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Pakai ini, agar tidak mati kedinginan.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Apa kamu baik?
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
Kenapa kamu menolong ku?
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( Menatapnya, lama. Tatapan yang biasanya dingin, kini agak goyah.)
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Entah. Mungkin karena kamu satu-satunya orang yang nggak takut aku.
Dari kejauhan, suara mesin mendekat. Jendra sigap berdiri, mengambil pistolnya.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
( Berwaspada )
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Duduk di belakang ku. Jangan keluarkan suara.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( mengerti )
Saat pintu mobil terbuka, bukannya musuh, yang turun adalah Vulwin rekan Jendra. Wajahnya bingung melihat Baby.
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Kita gak punya waktu untuk bermain menjadi pahlawan.
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Dia dibawah perlindungan ku.
𝐕𝐮𝐥𝐰𝐢𝐧
Sejak kapan mafia kayak kita punya urusan sama gadis desa?
Jendra diam. Tatapannya tajam, tapi ada keyakinan dalam nadanya.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
M_mafia?
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
*lirih tak terdengar
𝐑𝐚𝐣𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 Gauhar Astara
Sejak dia bikin aku ingat... bahwa manusia masih bisa merasa.
𝐁𝐚𝐛𝐲 Prateesa Kabyana
( menatap jendra bingung dan kagum )
Comments