Sean mendapati Salwa sedang berada di dapur ditemani Bi Sri. Sebelum kakinya melangkah masuk ia mendengar obrolan dua orang perempuan itu.
"Bik , yang tahu luar dalamnya seorang wanita siapa ya?" Bi Sri yang mendapat pertanyaan seperti itu terlihat kebingungan namun berusaha mencerna pertanyaan aneh majikannya itu.
"Emm, tentu saja suaminya nyonya," hanya itu yang memungkinkan, karena hanya sepasang suami istri yang saling tahu luar dalam pasangannya bukan?
"Kenapa bisa seperti itu, apa seorang teman tidak akan tahu luar dalamnya."
Bi Sri tampak mengerutkan kedua alisnya. Sungguh aneh pertanyaan majikannya itu, "Kalau hanya sebatas teman tidak akan tahu luar dalamnya, tetapi kalau teman dekat mungkin bisa."
Mendengar jawaban Bi Sri membuat Salwa semakin kesal saja. Ia memotong-motong sayuran di depannya dengan potongan-potongan yang tak beraturan.
Apa perempuan yang Leon suka itu mantan suaminya, iih.. kenapa juga Leon menyukai perempuan yang pernah menjadi kekasih kakaknya, apa tidak ada perempuan lain. Apa jangan-jangan perempuan itu dulu pernah melakukan hal itu dengan Sean sehingga Abust mengatakan bahwa Sean sangat mengenal perempuan itu luar dalam.
Pikiran-pikiran tentang perempuan yang dibicarakan Abust itu terus mengusik Salwa. Sungguh makan hati memang menjadi seorang istri mantan play boy, membuat pikiran tidak tenang saja.
Bi Sri yang menyadari kedatangan Sean ingin menyapa, namun Sean menyuruhnya diam dan meninggalkan dapur melalui gerakan bola matanya. Bi Sri pun mengerti lalu meninggalkan kedua majikannya itu untuk menjaga privasi.
Sean melangkahkan kakinya perlahan hingga tak menimbulkan suara mendekati istrinya itu yang sedang sibuk memotong-motong sayuran. Tangannya terulur memeluk Salwa dari belakang dan menghadiahi kecupan hangat di pipi kiri Salwa. Salwa pun terkejut dengan munculnya Sean secara tiba-toba.
"Mas, ada Bi Sri." Salwa menjadi gelagapan karena tidak enak jika perempuan paruh baya itu melihat adegan mesranya bersama suami.
"Sudah mas usir." Salwa menoleh ke arah kanan dan kiri mencari keberadaan Bi Sri tetapi tidak menemukannya.
"Sejak kapan mas ada disini?" Saat ini Salwa sudah membalikkan badannya menghadap suaminya itu dengan wajah yang terlihat cemberut. Sean dengan gemas mengangkat tubuh istrinya itu untuk didudukkan di atas pantry dapur, mengunci pergerakan Salwa dengan kedua tangannya yang ia letakkan di samping kanan dan kiri , perlahan ia mencubit hidung Salwa yang terlihat lucu.
"Cemburu?" Sean langsung menanyakan hal itu kepada Salwa. Ia yakin istrinya itu terusik dengan perkataan ngawur Abust.
"Tidak, cemburu untuk apa dan kenapa?" Salwa masih berkilah tidak mau terlihat konyol dengan rasa cemburunya yang tidak mendasar.
"Baiklah, jadi mas tidak perlu susah payah menjelaskannya kepadamu."
"Apa? Tentu saja mas harus menjelaskannya, ingat mas gak boleh merahasiakan sesuatu dariku apalagi tentang perempuan itu." Salwa sedikit keceplosan dengan perkataannya. Ia terlupa dengan actingnya yang pura-pura tidak cemburu tadi. Ia langsung membungkam mulutnya dengan kedua tangannya karena tersadar akan perkataannya yang terasa begitu polosnya.
Sean menahan agar tidak tertawa melihat ekspresi lucu perempuan yang sudah mengambil hatinya itu. Sean melepas bungkaman tangan Salwa yang menutupi bibir indah perempuan itu lalu memagutnya dengan gerakan lembut dan perlahan. Salwa yang tadinya masih ingin protes karena kesal seolah kehabisan kata-kata karena perlakuan suaminya itu yang selalu lembut kepadanya.
Ketika pertautan bibir itu terlepas barulah Salwa tersadar dan membuat wajahnya merona. Ia memukul perlahan dada suaminya itu yang selalu berhasil menggodanya di mana pun dan di situasi apa pun. Sehingga ia tidak pernah sempat marah kepada laki-laki di depannya itu.
"Siapa perempuan itu?" Akhirnya Salwa mengalah saja, ia tidak ingin berpikiran buruk kepada Sean dan mungkin menanyainya langsung lebih baik agar tidak menimbulkan kesalah pahaman.
"Perempuan siapa?" Sean balik menanyai Salwa berharap istrinya itu menunjukkan seberapa besar tingkat cemburunya kepada Sean.
"Yang dibicarakan Abust, ada hubungan apa mas dengan perempuan itu, kenapa Abust mengatakan bahwa mas mengenal perempuan itu luar dalam?" Sorot mata Salwa terlihat teduh namun penuh dengan pertanyaan. Sean mengusap pucuk kepala istrinya itu dengan penuh sayang.
"Kau tidak perlu mencemaskan hal itu, perempuan yang mereka bicarakan adalah Yeyen mantan sekertarisku. Abust hanya ingin menggodamu saja dengan mengatakan hal berlebihan di depanmu."
"Apa?" Salwa semakin malu saja, ia menyadari kekonyolannya sendiri. Harusnya ia tidak perlu sekesal itu bukan?
Sean menangkup wajah Salwa yang sedari tadi menunduk menahan malu sehingga saat ini mereka saling menatap bola mata masing-masing.
"Jangan terlalu memikirkan apa yang dikatakan seseorang, kita sudah melewati masa-masa kritis hubungan pernikahan dan saat ini kita tinggal menikmati kebersamaan kita tanpa ada rasa saling curiga." Sean mengusapkan ujung hidungnya ke ujung hidung Salwa membuat senyuman terukir di wajah cantik istrinya itu.
"Setelah rahimmu sehat dan siap, kita akan mulai program kehamilan lagi. Mas janji akan menjaga calon buah hati kita nantinya, memperbaiki kesalahan mas di masa lampau untuk membahagiakanmu , melindungimu dan anak-anak kita." Sean memberikan kecupan hangat di wajah Salwa yang sedang terharu bahagia mendengarkan pernyataan suaminya itu. Hatinya menghangat dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan.
Mereka saling berpelukan, merasakan cinta dan kasih sayang yang terluapkan secara emosional. Senyum bahagia tercetak jelas di kedua bibir pasangan suami istri itu karena sudah tiada halangan yang menghalangi ikatan suci pernikahan mereka.
"Ehemm, ada tamu terhormat berkunjung malah main drama di dapur." Abust yang tiba-tiba muncul langsung menyindir sepasang suami istri yang sedang berbahagia itu.
Sean menoleh sebentar tanpa melepaskan pelukannya dari istrinya.
"Pergi sana, jangan mengganggu!" Sean secara terang-terangan mengusir adik angkatnya itu yang tidak tahu malu mengganggu nuansa romantis yang sedang mereka berdua ciptakan.
"Hey Sean, kamarku yang mana. Kau tidak lihat bahwa aku terlalu lelah. Jangan terlalu kejam memperlakukan kami." Abust memasang wajah lelah yang tampak menyedihkan agar Sean merasa iba kepadanya.
"Terserah kau mau tidur dimana, asalkan jangan di kamar ku saja, karena kami mau melakukan olahraga pagi setelah ini." Salwa seketika melayangkan cubitan di perut suaminya itu setelah mendengar perkataan vulgar yang keluar dari mulut Sean.
"Hahaha... baiklah, aku mengerti." Abust mengangkat kedua tangannya lalu berlalu meninggalkan Sean dan Salwa di dapur.
"Apaan sih mas, gak perlu juga membuat pengumuman kalau kita mau ngapa-ngapain." Salwa menegur Sean dengan melipat kedua tangannya di dada. Benar-benar suaminya itu tidak malu membicarakan hal pribadi secara terang-terangan seperti itu di depan orang lain.
"Hey jangan marah. Mas hanya tidak ingin diganggu saja."
"Memang setelah ini mas mau ngapain, bukannya janji mengantarku melihat-lihat kampus dekat sini." Salwa memperingatkan Sean akan janjinya tadi malam. Salwa memang berniat untuk melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda dulu, dan Sean pun mendukungnya apalagi ia tahu bahwa istrinya itu adalah gadis yang pintar, ia tidak boleh egois dengan menyuruh Salwa diam di rumah tanpa adanya kegiatan yang berarti.
"Iya mas mengingatnya. Mas ada waktu sampai pukul sepuluh nanti, kita masih ada waktu dua jam. Segeralah bersiap, emm,jangan dandan terlalu cantik. Tidak boleh pakai lipstik, pensil alis atau yang lainnya. Mengerti?"
"Apa?" Salwa hanya mengangguk saja menuruti permintaan suaminya itu. Asalkan ia boleh melanjutkan study-nya lagi tentu saja hal seperti itu tidak terlalu penting baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
.sehuniiee
aku uda mbaca ini yg ke 3 kalinya dan tetep suka moga jadi yg terfaforit
2022-01-31
0
Mamie kembar
lanjut
2020-11-18
1
IG : Chocollacious
yah itu mah ga ush dandan sekalian deh😂
2020-11-14
1