5. Kedatangan tuan Arsya

Miranda pun duduk santai menikmati sarapan paginya,setelah itu dia duduk santai di kamarnya."Lama-lama bosan juga tidak ada aktivitas lainnya." Gumam Miranda yang tiba-tiba pikirannya teralih pada sesuatu yang ingin dia beli.

  "Sepertinya aku harus beli barang itu, untuk aku jaga-jaga jika ada musuh menyerang aku." Ucap Miranda yang segera ganti baju dan tidak lupa dia membawa tas miliknya.

Setelah sudah rapi dia bergegas turun dan keluar bersama sopir pribadinya,Selama diperjalanan dia fokus ke pandangan kearah samping.Melihat situasi yang saat itu begitu ramai dengan pejalan kaki yang masuk area perkotaan.

  Akhirnya Miranda sampai juga ditempat yang ingin dia kunjungi,nampak Miranda tersenyum bahagia akhirnya apa yang dia mau terkabul juga.Dengan santai dia memasuki sebuah toko yang nampak menjual barang antik , hingga ada seorang pria datang menghampiri dirinya.

  "Selamat datang nona,apa ada barang yang anda perlukan nona?" Tanya pria itu dengan ramah.

  "Aku butuh sesuatu barang yang jarang orang beli." Ucap Miranda dengan santai.

  "Maksud anda apa?" Tanya balik pria itu.

  "kode Anggrek putih." Seketika pria itu kaget mendengar jawaban dari wanita itu.

  "Senjata?"

  "Akhirnya anda mengerti juga." Jawab Miranda dengan senyuman.

  "Darimana anda mengetahui kode itu?" Tanya pria itu dengan tatapan tajam kearah dirinya.

  "Aku berteman dengan Elizabeth,mungkin anda tak asing dengan nama itu." Jawab Miranda,yang kebenarannya Elizabeth adalah dirinya sendiri.

  "Memang,dia pelangganku,dimana anak itu sudah lama dia tak kesini." Ucap Pria itu yang sekedar bertanya tentang keberadaan pelanggannya itu.

  "Dia sudah mati." Pria itu spontan kaget dengan jawaban itu.

  "Apa kamu bilang,tidak mungkin jika dia mati.Pasti kamu bohong." Pria itu tetap tak percaya.

  "Aku berkata apa adanya, kejadian itu berawal dari penghianatan dari temannya." Miranda pun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya.Reaksi pria itu terdiam tak percaya dengan kabar itu.

 "Apa orang itu memiliki dendam pada Elizabeth?" Tanya pria itu yang tak habis pikir apa yang dilakukan oleh mereka.

  "Aku tak tahu,yang aku ketahui jika dia pelaku dari kematian Elizabeth." Jawab santai Miranda yang sebenarnya Elizabeth adalah dirinya sendiri.

  "Ternyata musuh dalam selimut." Ucap pria itu yang asal menebak tentang penghianat yang dilakukan mereka.

  "Sepertinya, aku datang kesini sekedar mencari senjata baru yang anda jual." Ucap Miranda tanpa banyak bertanya ,mendengar ucapan Miranda seperti itu pria itu langsung menganggukkan kepala.

  "Baiklah ,ikuti saya." Pria itu langsung memberikan arahan yang dimana lokasi persembunyian senjata yang pria itu miliki.Miranda pun nampak kagum dengan beberapa senjata yang dijual ditempat itu,hingga dia memilih pistol dan satu set senjata pisau yang nampak cocok dia miliki.

  "Aku akan mengambil ini." Jawab Miranda yang langsung memilih kedua benda itu.

  "Pilihan bagus nona." Jawab singkat pria itu.

  "Aku tak butuh senjata besar cukup ini saja,yang terpenting bisa melumpuhkan musuh." Jawab Miranda dengan ekspresi dingin.

  "Baiklah nona." Setelah Miranda selesai transaksi kini Miranda bergegas pergi keluar dari tempat itu.

  Perjalanan dilanjutkan yang dimana dia ingin mampir duduk santai di Cafe dipertengahan kota,Miranda pergi membeli coffe cappucino sembari duduk santai ditempat itu. Tanpa dia sadari ada seseorang yang terus memperhatikan dirinya dari kejauhan, seorang pria dengan Setelan jas biru Dongker terus memperhatikan wajah Miranda.

  Miranda pun merasakan seperti ada yang mengawasi dirinya,hingga dia menoleh kanan dan kiri dan secara tidak sengaja dia melihat seorang pria yang terus memperhatikan dirinya.

  "Siapa lagi dia." Batin Miranda yang mulai risih dengan pria yang sedari tadi terus memperhatikan dirinya.

  Tanpa banyak waktu Miranda memilih langsung pergi dari tempat itu,dia mulai risih dengan pria itu.Pada akhirnya dia memilih untuk pulang ke rumahnya, sedangkan pria yang terus menatap masih bertahan di tempat duduknya sembari tersenyum melihat kehadiran wanita itu.

  "Sudah lama kita tidak bertemu,ternyata dirimu masih sama seperti dulu." Gumam pria itu yang diam-diam begitu mengenal betul siapa jati dirinya.Bahkan pria itu nampak begitu mengagumi sosok wanita itu yang dia kenal.

  Miranda pun sampai dirumahnya, seperti biasanya dia disambut oleh bibi Ami."Akhirnya nona pulang juga." Ucap bibi Ami yang terlihat begitu lega.

  "Ada apa bi?" Tanya Miranda yang melihat aneh ekspresi dari bibi Ami.

  "Ini nona,tuan Arsya sudah pulang.Beliau sekarang berada diruang kerjanya." Jawab Bibi Ami yang sekedar memberikan informasi pada nonanya.

  "Tuan Arsya."

  Seketika mendengar nama suaminya dipanggil Miranda terlihat santai menanggapinya."Ya sudah bi,nanti aku temui ." Jawab Miranda dengan santai,ia pun memilih untuk pergi ke kamarnya.Miranda segera menyimpan senjata miliknya didalam laci khusus miliknya.

  Miranda pun turun menemui suaminya yang saat itu ada ruang kerjanya."Aku harus temui dia." Gumam Miranda,saat hendak masuk kedalam ruangan Miranda mencoba mengetuk pintu didepan.

  Miranda pun masuk dengan santai, penampakan yang pertama dia lihat diruang kerja itu ada Nita yang berdiri didepan meja dengan menundukkan kepala.

  "Ada apa lagi ini, kenapa wanita itu ada disini." Batin Miranda yang penasaran apa yang membawa wanita itu berdiri dihadapan suaminya.

  "Ternyata kamu." Ucap pria itu dengan nada dingin.

  "Ada apa ini,kenapa wanita ini ada disini." Ucap Miranda dengan nada dingin kearah wanita itu.

  "Hanya sekedar bertanya,tentang apa yang terjadi.Apa benar kamu menyiksa pelayan ini?" Tanya tuan Arsya pada Miranda yang saat itu berdiri di samping pelayan wanita itu.

  "Itu memang benar,dia beraninya melawan aku!" Jawab Miranda sembari menahan emosinya.

  "Jadi itu benar."

  "Aku hanya ingin memberikan pelajaran untuk lebih menghargai dan menghormatiku.Tapi dengan lantangnya berani membentak aku hingga aku hadiahi cambukan agar tahu diri posisi dia disini." Jawab Miranda dengan lantang dan dirinya tak bisa mengontrol emosinya.

  Tuan Arsya melirik kearah wanita itu." Baiklah,mulai besok kamu bisa keluar dari sini." Ucap Tuan Arsya yang pada akhirnya mengeluarkan pelayan itu dari tempat itu.Reaksi pelayan itu langsung lemas setelah dia dipecat dari pekerjaan.

  "Tapi tuan."

  "Aku bilang keluar." Jawab tuan Arsya dengan nada menekan.

  Dengan terpaksa pelayan itu pergi dan dia harus terima dirinya dipecat di hari itu juga.Miranda pun membalas dengan senyuman sinis.

  "Masih beruntung kamu di pecat jika tidak aku bisa melakukan hal lebih dari ini." Ucap Miranda yang secara langsung mengancam pelayan itu.

  Wanita itu terpaksa keluar dari ruangan itu dengan ekspresi sedihnya dihari itu juga dia harus dipecat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!