Malam ini Alex datang terlebih dulu ke hotel biasa ia pesan untuk sekedar bermalam dengan teman wanitanya.
Bianca tersenyum saat melihat sebuah jam tangan mahal tergeletak diatas meja. Suara gemericik air shower terdengar jelas dari ruang tengah.
Sudah dipastikan jika kamar mandi. Tak lama pintu itu terbuka. Alex keluar dari sana hanya dengan memakai handuk yang melilit di bagian bawah tubuhnya saja.
Lelaki tampan itu tersenyum simpul memandang wanita yang sedang duduk di sofa sambil mengerling nakal ke arahnya.
Alex Ferguson
Hai Warmer...
Bianca
Warmer...?
*bingung. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan jika hanya ada dia dan Alex saja
Alex Ferguson
Iya..., mulai sekarang aku panggil kamu Warmer
*tersenyum
Bianca
Maksudnya? *bingung
Alex Ferguson
Kau lebih pantas dipanggil penghangat ranjangku *tergelak
Bianca
Terserah lah ... kau menyebutku apa Alex
Bianca
Bagaimana apa kita mulai saja. Tapi, maaf hari ini aku tidak bisa melayanimu sepenuhnya. Aku sedang palang merah
*sambil meraih buah apel di atas meja ia gigit dan mengunyahnya
Alex Ferguson
Apa ...? Kenapa kamu tidak bilang Bianca
*pekiknya kesal sambil berjalan menuju sofa
Bianca
Ya ... seperti biasanya Alex, aku masih bisa memanjakan milik mu itu *terkekeh
Alex tak menjawab. Sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, memejamkan kedua matanya.
Bianca
Lex, apa ada lowongan di perusahaan?
Alex Ferguson
Memang ada apa? Kamu tanya lowongan kerja?
Bianca
Em ... aku ingin kerja di kantor mu. Apa boleh?
*sambil kedua tangannya mulai bergerilya di tubuh Alex
Alex Ferguson
Buat apa capek capek kerja di kantor. Tugasmu hanya melayaniku saja, apa uang dariku masih kurang?
Bianca
Ayolah Lex .... apa kamu kira aku tidak tahu kalau nyonya Merry memaksamu segera menikah? Atau kamu nikahi aku saja
Alex Ferguson
What...? *terkejut
Bianca
Kenapa? Kita sudah sering melakukan hubungan int*m. Wajar 'kan aku juga ingin jadi bagian dari hidupmu
Alex Ferguson
Dari awal aku sudah bilang. Hubungan kita tidak lebih dari apa yang kamu inginkan
Alex Ferguson
Bianca kami sudah membuatku kecewa. Sekarang pergi dari sini! Dan jangan menemuimu lagi
Bianca
Lex, apa kurangnya aku? Aku siap melahirkan anak buatmu
Bianca
Terserah mau 5 sampai 10 anak. Aku siap melahirkan benih milikmu
Alex hanya diam tak menjawab. Kilatan amarah menguasainya, wajahnya berubah merah menyala.
Bianca
Lex, aku pikir hanya aku wanita satu satunya yang saat ini dekat denganmu
Bianca
Aku ... mohon Lex, aku akan berubah hanya menjadi milikmu saja. Akan ku tinggalkan dunia gelapku
*sambil menangis
Alex Ferguson
Cukup ... Bianca. Aku bilang pergi dari sini. Tidak ada kerjaan di kantor maupun servis lagi darimu
Alex Ferguson
Hubungan kita selesai sampai di sini. Kamu sudah sangat membuatku kecewa
Alex Ferguson
Aku akan transfer sejumlah uang sebagai tanda perpisahan
Berdiri lalu menarik lengan Bianca mengajaknya ke arah pintu. Bianca berontak, ia tak ingin pergi. Mencoba melepas tangan
Kekar Alex.
Saking kerasnya genggaman tangan Alex, tubuh Bianca ikut tertarik dan sampailah dia di luar pintu.
Alex langsung menutup pintunya dari dalam ketika Bianca sudah berada diluar.
Menahan gemuruh di dadanya, Alex segera memakai pakaian. Ia ingin mencari kesenangan diluar. Kecewa dengan 1 wanita Alex akan mencari kesenangan dengan wanita lain.
•••
Ditempat lain. Alan mengantar Jihan sampai di depan gang rumahnya.
Gang jalan menuju rumah Jihan sangat sempit tidak bisa dilalui mobil, itu sebabnya Alan meninggalkan mobilnya di pinggir jalan. Mengikuti langkah Jihan agak jauh.
Hingga sampai Jihan di depan rumahnya, Alan langsung bersembunyi di balik pohon memastikan Jihan benar-benar masuk kedalam rumahnya.
Dugaannya benar Jihan masuk kedalam rumah kecil, sederhana. Tak lama Alan pun kembali menuju mobilnya.
Ketika Jihan baru saja menutup pintu, Lala berlari ke arahnya dengan wajah panik.
Lala
Kak Jihan, sesak Ibu kambuh lagi kak. Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi? *panik
Jihan Prameswari
Apa ...? Dimana Ibu sekarang?
Tanpa berkata lagi Jihan langsung berlari menuju kamar Ibunya.
Jihan Prameswari
Ibu ...!
*panik melihat ibunya kesusahan bernafas
Lala
Kak, obat Ibu sudah habis. Waktunya beli lagi, Kak
Jihan Prameswari
Ya Tuhan... aku harus bagaimana ini. Motorku masih di bengkel Lala
Lala
Aku coba pinjam temanku ya Kak, siapa tahu dia mau pinjami motornya
Ia pun langsung menghubungi temannya. Tak lama Lala bernafas lega.
Jihan Prameswari
Bagaimana La?
Lala
Bisa kak, biar aku aja yang beli obatnya
Jihan Prameswari
Jangan ... ini sudah malam. Kamu jagain ibu di rumah biar aku yang ke apotik
Lala mengangguk, samar samar terdengar suara deru motor berhenti depan rumah.
Lala dan Jihan segera melihat siapa yang datang. Akhirnya teman Lala sudah datang. Mimi langsung turun dari motor.
30 menit kemudian Jihan sudah membeli obat untuk ibunya. Namun, tiba tiba didepan banyak orang berkerumun. Sebuah mobil hitam berhenti disana.
Terpaksa Jihan menepikan motornya. Ia mengenal pria yang ikut berdiri, sepertinya sedang ada seseorang yang sedang dipukuli.
Jihan Prameswari
Aslan, sedang ada apa ini?
Aslan
Eh... kak Jihan. Itu ada pria menabrak motor sampai korban dilarikan ke rumah sakit. Parahnya pria itu sedang mabuk Kak
Jihan penasaran. Ia pun mulai mendekat dan betapa terkejutnya ia melihat pria itu.
Comments