episode 3

Anya berdiri di depan cermin, menata rambut panjangnya dan memasangkan sepasang anting yang menempel di telinganya. Dia bersiap untuk kembali bekerja, setelah tiga tahun menjalani hidup yang berbeda di luar negeri.

Kinan masih tertidur pulas di kasurnya. Anya mendekat, mencium lembut kening putri kecilnya.

"Mama pergi kerja dulu, Sayang," bisik Anya.

Anya menuruni tangga dan melihat Bibi sedang sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi, Bibi," sapa Anya.

"Pagi, Nyonya," jawab Bibi.

Anya menikmati sarapan dengan tenang. Setelah selesai makan, Anya berpamitan pada Bibi.

"Bibi, kalau Kinan bangun, bilang sama dia kalau aku pergi kerja dan pulang siang ini," kata Anya.

"Baik, Nyonya," jawab Bibi.

Anya membuka pintu rumah, siap meninggalkan rumah yang pernah memberinya kenangan indah dan luka yang menyayat hati. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Anya menatap mobil itu dengan kaget. David turun dari mobil, senyum menghiasi wajahnya.

"Siap kerja?" tanya David.

"Ya," jawab Anya.

"Aku antar. Perusahaan kita satu jalur."

"Aku pakai mobilku saja, David. Lagipula, aku ingin merasakan perjalanan sendiri setelah sekian lama." jawab Anya.

"Masuklah," kata David, menunjuk kursi penumpang di mobilnya.

Anya menatap David dengan tatapan yang sulit diartikan. Mau tidak mau, Anya masuk ke dalam mobil, tidak enak untuk menolak ketulusan hati David. David menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan rumah. Anya terdiam sejenak, kemudian menatap David.

"Terima kasih, David," kata Anya.

"Tidak apa-apa," jawab David.

Anya merasa sedikit bersalah karena telah menerima banyak pertolongan David tanpa menjelaskan semua perasaan yang menyerbu hatinya. Dia masih belum bisa menjelaskan rasa bersalah yang menyerbu dirinya terhadap David. Dia merasa terikat dengan David, tapi dia juga masih terikat dengan masa lalu. Anya menarik napas dalam, mencoba untuk menenangkan diri. Dia tahu bahwa hidup baru menanti, tapi masa lalu masih terukir dalam hatinya. Sepanjang perjalanan menuju kantor, Anya dan David terdiam. Anya masih memikirkan perasaannya yang campur aduk. Dia bersyukur atas kehadiran David yang selalu mendukungnya, tapi rasa bersalah pun terus menggerogoti hatinya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya David, memecah keheningan yang menyelimuti mereka.

"Ya, aku baik-baik saja," jawab Anya, mencoba menunjukkan senyum yang tulus.

"Kamu terlihat agak murung sejak kita meninggalkan rumah," kata David.

Anya menarik napas dalam. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindari percakapan ini terlalu lama.

"Aku baik-baik saja. Ini hanya tentang kembalinya aku di tempat kerja. Sedikit membuatku gugup."

"Tidak perlu gugup. Kamu juga karyawan tetap di perusahaan desain itu. Justru atasanmu akan bahagia dengan kedatanganmu kembali."

Mobil David berhenti di depan gedung kantor. Anya menatap bangunan itu dengan rasa campur aduk. Di bangunan ini, dia pernah menjalani masa muda yang penuh semangat. Namun, setelah perpisahan dengan Arga, Anya terpaksa meninggalkan kantor ini dan mencari hidup baru di luar negeri.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya David, menatap Anya dengan khawatir.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Anya sambil menarik napas dalam.

"Oke, kalau begitu aku langsung ke kantor, ya. Nanti aku hubungi lagi."

Anya mengangguk, dan David langsung melaju meninggalkan kantor. Anya memasuki lobi kantor dan disambut oleh teman-teman kantornya dengan hangat.

"Anya! Kamu udah balik?"

"Kamu kelihatan makin cantik!"

"Kirain kamu lagi melanjutkan studi di luar negeri? Kok udah balik?"

Anya tersenyum menjawab sapaan teman-temannya. Dia merasa bahagia disambut dengan hangat oleh teman-temannya, setelah tiga tahun menjalani hidup yang berbeda.

"Iya, aku udah selesai studi. Sekarang aku mau fokus bekerja lagi," jawab Anya.

"Keren! Kita bisa bareng-bareng ngopi lagi nih!"

Anya mengangguk, "Tentu saja."

Namun, di tengah sambutan hangat teman-temannya, Anya merasakan sesuatu yang tidak beres. Dia merasa ada tatapan yang menatapnya dengan intens dari salah satu karyawan kantor, tapi Anya tidak bisa menentukan siapa orang itu. Hatinya berdebar-debar. Apakah dia salah mengira?

Anya berusaha mengabaikan perasaan gelisah. Dia memasuki kantornya yang masih terlihat bersih dan teratur, meja kerjanya dihiasi oleh fotonya dan tanaman hijau. Dia disambut oleh atasannya.

"Anya, selamat datang kembali!"

"Terima kasih, Pak," jawab Anya.

Atasannya menawarkan kursi dan menjelaskan beberapa tugas baru yang menunggu Anya. Anya mengangguk dan menyimak penjelasan atasannya dengan seksama. Dia harus fokus pada tugasnya. Anya merasa bahagia bisa kembali bekerja seperti biasa.

Terpopuler

Comments

Aerik_chan

Aerik_chan

2 iklan untukmu kak...semangat

2025-05-11

0

Aldin Andi

Aldin Andi

terimakasih 🙏🙏🙏🙏 semangat juga untukmu

2025-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!