Anya merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar. Aroma kamar yang berbau lembek dan bercampur dengan bau pewangi ruangan membuatnya merasa sedikit tertekan.
Dia mengambil ponselnya, mencoba menghilangkan rasa sepi yang menyergapnya. Sejak kembali ke Indonesia, Anya terasa begitu sendiri. Kinan masih terlalu kecil untuk menjadi teman curhat. David selalu menyayangi dan mendukungnya, tapi Anya menahan diri untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Ponselnya berdering, menampilkan nama "Bella" di layar. Bella, teman sejatinya yang selalu ada dalam suka dan dukanya.
Anya menjawab panggilan itu, "Halo, Bella."
"Anya, kamu sudah sampai di Jakarta?" tanya Bella.
"Iya, sudah. Aku baru sampai kemarin."
"Wah, bagaimana kabarmu? Apa kabar Kinan?"
"Aku baik, Bella. Kinan juga baik. Dia sedang tidur nyenyak sekarang."
"Aku senang mendengarnya, Anya. Kamu tahu, besok malam ada reuni alumni kampus. Kamu mau datang?"
Anya terdiam sejenak, mencoba mengingat kembali masa-masa kuliah yang pernah menghiasi hidupnya. Semua perjalanan hidupnya sejak kecil hingga sampai saat ini terukir indah dalam ingatannya.
"Reuni? Aku belum tahu, Bella. Aku harus beres-beres dulu di sini."
"Ya, sudahlah. Kamu bisa beres-beres setelah reuni. Ini kesempatan bagimu untuk bertemu teman-teman lama. Siapa tahu ada yang mau mengajakmu ngobrol dan menceritakan cerita lama. Dan mungkin juga ada yang mengejar mu dan lupakan itu tentang Arga."
"Ya, aku akan pertimbangkan usulmu, Bella."
"Oke. Aku tunggu kabarmu. Selamat tidur, Anya."
"Kamu juga. Selamat tidur, Bella."
Anya menutup ponselnya, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Dia merasa agak enggan untuk menghadiri reuni. Dia masih merasa takut menghadapi masa lalu, khususnya masa lalu yang berkaitan dengan Arga. Namun, di sisi lain, dia juga merasa rindu dengan teman-temannya yang pernah menjadi bagian penting dari hidupnya. Mungkinkah reuni ini akan memberinya keberanian untuk melangkah ke masa depan?
...----------------...
Keesokan paginya.
Anya menatap Kinan yang sedang asyik bermain dengan boneka kesayangannya. Mata Kinan berbinar-binar ketika dia bercerita tentang petualangan bonekanya di dunia khayalan.
"Mama, aku mau makan telur ceplok hari ini!" ujar Kinan, memeluk bonekanya erat-erat.
Anya tersenyum, "Baiklah, Sayang. Mama akan buat telur ceplok untukmu."
"Mama, kamu mau pergi lagi, ya?" tanya Kinan, menatap Anya dengan mata yang penuh keingintahuan.
Anya menangguk, "Iya, Sayang. Mama harus pergi ketemu beberapa klien dan malamnya ada acara reuni alumni kampus."
"Oh," jawab Kinan, terlihat sedikit sedih.
"Mama pulang agak malam, ya. Kamu jangan khawatir, Mama akan pulang kok."
Kinan menggeleng, "Aku tidak khawatir, Mama. Aku tahu kamu sibuk bekerja."
Anya merasa terharu dengan kedewasaan Kinan. Meskipun masih kecil, Kinan sudah memahami kesusahan yang telah dijalani Anya. Kinan tidak rewel dan selalu menuruti kata-kata Anya. Dia juga tidak ingin membuat Anya khawatir padanya.
"Kamu anak yang baik, Sayang," kata Anya, sambil memeluk Kinan.
"Bibi, tolong jaga Kinan baik-baik. Jangan lupakan makan siangnya. Dan sebelum tidur, tolong periksa semua jendela dan pintu, ya," pesan Anya pada Bibi.
"Baik, Nyonya. Saya akan menjaga Kinan dengan baik."
Anya mencium kening Kinan, kemudian berpamitan untuk pergi bekerja. Dia merasa sedikit sedih meninggalkan Kinan, tapi dia harus bekerja untuk masa depan mereka.
"Mama pergi kerja dulu, Sayang. Mama sayang kamu!" kata Anya.
Anya meninggalkan rumah, hati dipenuhi dengan rasa haru dan rasa bersalah. Anya menepikan mobilnya di parkiran. Langkahnya mantap memasuki kantor.
Meja kerjanya yang familiar. Aroma kopi yang menyengat menyergap hidungnya, membuatnya merasa sedikit tenang. Namun, suasana di kantor terasa agak berbeda. Beberapa teman kerjanya berbisik-bisik di pojokan kantor. Telinganya menangkap bisikan-bisikan yang semakin jelas terdengar.
"Kamu tahu, Arga itu memang playboy," bisik Rina, teman kerjanya yang berambut panjang dan bermata tajam.
"Iya, aku lihat di Instagram. Dia tertangkap kamera keluar masuk hotel dengan beberapa wanita yang berbeda di setiap malam."
"Wah, padahal dia sudah punya istri rahasia, lho."
"Hah? Serius? Siapa istrinya? Kok bisa rahasia?"
"Entahlah, aku juga penasaran. Tapi kabarnya istrinya orang kaya dan berpengaruh. Mungkin itu sebabnya pernikahan mereka dirahasiakan."
Anya terdiam sejenak, merasakan sesak di dadanya. Gosip tentang Arga yang beredar di kantor membuatnya sedikit terpukul.
Anya menatap layar komputernya, jari-jarinya menari lincah di atas keyboard. Dia mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, menyingkirkan bisikan-bisikan yang menyergap telinganya sejak masuk kantor.
Gosip tentang Arga masih berputar-putar di dalam pikirannya. Anya terpukul mendengarnya, tapi dia berusaha untuk bersikap biasa. Dia sudah tahu sifat Arga yang seorang playboy sejak menjadi istri rahasianya.
Namun, pernyataan teman-temannya menyita pikirannya. Siapa lagi kini yang menjadi istri rahasia Arga setelah dirinya?
Anya mencoba untuk tidak berpikir tentang itu. Dia bertekad untuk melupakan Arga dan membangun hidup baru bersama Kinan.
"Anya, ada rapat jam dua siang. Jangan terlambat!" kata Rina, menyapa Anya dengan senyum yang ramah.
Anya menangguk, "Oke, Rina."
Dia mencoba untuk terlihat tenang di depan Rina. Namun, dalam hatinya, Anya masih merasa tertekan. Anya menarik napas dalam, mencoba menyingkirkan perasaan yang menyergapnya. Dia harus kuat dan tidak boleh terpengaruh oleh masa lalu.
Dia bertekad untuk menghadapi hidup baru dengan tegar, untuk Kinan dan juga untuk dirinya sendiri. Anya kembali fokus pada pekerjaannya. Dia harus memperlihatkan ketangguhan di depan teman-temannya dan juga di depan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments