Mobil yang ditumpangi Sakala tiba di depan sebuah pagar rumah. Rumah itu lumayan luas, berdiri di sebuah lingkungan komplek elit. Tidak berapa lama, pintu gerbang itu terbuka, seorang penjaga mendorong pintu gerbang ke samping kiri sehingga pintu gerbang itu terbuka.
Sakala tidak segera memasukkan mobilnya ke dalam, sebab ia menunggu si empunya rumah datang. Saka baru sekali ke rumah ini, setahun lalu sebelum ia ditugaskan ke wilayah Papua.
Seorang wanita muda dan cantik keluar dari pintu rumah. Rambutnya panjang tergerai hitam legam, wajahnya cantik dengan tubuh tinggi semampai. Usia gadis itu dua tahun dibawah Sakala, dia Seira sang kekasih.
Sakala merekahkan senyum, dia membukakan jendela kaca mobil seraya mendongak.
"Sei," ucapnya penuh cinta. Gadis yang dia panggil Seira itu menghampiri lalu berkata.
"Bawalah ke dalam. Ini mobil papa kamu, kan, Kak?" Sakala mengangguk lalu memundurkan mobilnya sedikit untuk mengatur supaya bisa belok dan masuk ke dalam gerbang. Penjaga rumah itu ikut memberi aba-aba saat Sakala mulai mengatur mobilnya supaya bisa masuk.
"Papa, mama kamu ada?" tanya Sakala setelah ia menuruni mobil. Seira mengangguk seraya memberi tanda supaya Sakala mengikutinya.
"Ayo. Jangan segan-segan," ujarnya. Sakala menapaki teras rumah itu dengan sedikit ragu, lalu membuka sepatunya di sana. Lantai yang mengkilap, mampu menangkap bayang tubuhnya di bawah sana.
Pintu rumah yang sudah terbuka, langsung menyeruakkan aroma semerbak pewangi ruangan yang menyegarkan, tanpa sadar Sakala menghirupnya dan lumayan aroma pewangi ruangan itu membuat nyaman dan lega perasaannya. Sepertinya pewangi ruangan itu memang beraroma terapi yang bisa membuat rileks dan nyaman.
"Masuklah," suruh Seira seraya mengarahkan tangannya ke sofa. Sakala menuju sofa dan mendudukinya. "Sebentar, aku akan panggil pembantuku untuk membuatkan minum," ujar Seira seraya bangkit menuju dalam.
Mata Sakala mengawasi seluruh ruangan. Ada sebuah foto yang terpajang di dinding. Tidak ada foto Seira di sana, hanya sepasang suami istri yang usianya bisa ditaksir sekitar 50 tahun ke atas. Sakala menduga, mungkin foto itu merupakan orang tua Seira.
Setahun lalu, Saka sempat dikenalkan dengan seorang wanita paruh baya yang diakui Seira sebagai mamanya. Namun, Sakala sudah lupa dengan wajah perempuan itu, maklum pertemuan mereka hanya sekali dan itu sudah setahun berlalu. Dugaannya masih pada foto itu, pasti wanita di dalam foto itu adalah mamanya Seira.
"Silahkan minumannya, Den." Seorang wanita paruh baya menghampiri seraya meletakkan secangkir air teh panas di depan Sakala. Sakala berterimakasih dan mengangguk.
"Terimakasih banyak, Bi," ucapnya. Kemudian Seira muncul, diikuti dua orang, laki-laki dan wanita paruh baya.
Mereka langsung menduduki sofa bersamaan dengan Seira.
"Ini Mama dan Papa aku," ucap Seira memperkenalkan. Sakala segera bangkit dan mendongak dengan tubuh menghampiri kedua orang tua Seira. Dia menyalami keduanya dengan tubuh membungkuk hormat.
"Apa kabar Pak, Bu? Saya Sakala," ujarnya memperkenalkan diri lalu duduk kembali. Kedua orang tua Seira hanya tersenyum dengan wajah yang terlihat kaku.
"Kabar kami baik," susul papanya Seira beberapa saat kemudian sembari menatap sekilas ke arah Sakala. Setelah itu, mereka kembali diam, seakan bingung mau bicara apa.
"Silahkan diminum Kak Saka." Seira mempersilahkan Sakala minum. Sejenak suasana kaku itu reda tatkala Siera mempersilahkan minum. Sakala meraih cangkir teh yang masih panas itu, lalu perlahan diteguknya. Seketika rasa hangat menelusup ke dalam kerongkongannya. Sakala menyukai minuman yang masih hangat.
Sakala kembali meletakkan cangkir itu di atas meja. Sejenak ia merasa heran, dengan kedua orang tua Seira yang terkesan mendiamkannya. Dia pikir kedua orang tua Seira akan banyak membahas masalah pernikahan dirinya dan Seira. Bukankah Seira di telpon pernah bilang kalau pertemuan ini sekaligus akan membicarakan perihal pernikahan mereka?
"Apakah aku yang harus memulai duluan? Sepertinya kedua orang tua Seira memang menunggu keberanianku untuk bicara duluan," batin Sakala menyimpulkan.
"Sebetulnya maksud kedatangan saya ke sini adalah, untuk membicarakan hubungan kami. Saya berniat serius membawa hubungan ini sampai ke jenjang pernikahan," tutur Sakala akhirnya memberanikan diri. Memang niat dia dari awal ingin membawa hubungan dengan Seira menuju pernikahan.
Seira menoleh ke arah kedua orang tuanya, lalu memberikan sebuah kode.
"Oh, bagus itu Nak Saka. Kalau memang kalian sudah klop, lebih baik segera menikah saja," tanggap mamanya Seira.
"Lalu, kapan Nak Saka akan meresmikan hubungan itu?" imbuh papa Seira.
"Secepatnya, Pak. Saya akan persiapkan syarat-syaratnya dari sekarang, serta syarat-syarat pengajuan nikah kantor juga," ucap Sakala antusias. Dia tidak mau menunggu lama-lama hubungan ini dibiarkan hanya pacaran. Mumpung Seira tidak menolak atau menunda, Sakala harus gerak cepat.
"Baiklah, lebih cepat lebih bagus," balas papanya Seira. Sakala senang sudah mendapat lampu hijau dari kedua orang tua Seira.
"Kapan kira-kira pernikahan itu akan dilaksanakan?" Papanya Seira kembali bertanya seolah ingin meyakinkan.
"Kasih saya waktu dua bulan. Saya akan persiapkan segalanya." Sakala menyanggupi bahwa pernikahan itu akan digelar dalam waktu dua bulan lagi.
Setelah sepakat dan memutuskan akan menikahi Seira dua bulan lagi, Sakala diantar Seira pulang sampai teras rumah.
"Karena kita sebentar lagi menikah, aku akan mengajak kamu ke rumah dan memperkenalkan kamu dengan mama dan papaku," cetus Sakala. Sejenak Seira terlihat kaget.
"Baiklah. Kak Saka atur saja kapan harinya," ujar Seira setuju.
Sakala berpamitan dengan hati yang gembira. Mulai besok dia akan segera mempersiapkan hal-hal untuk keperluan nikah.
"Dah Sei." Sakala melambaikan tangan dan membunyikan klakson mobilnya. Seira mengantar di teras rumahnya sampai mobil Sakala menghilang. Seira masuk kembali setelah mobil Sakala benar-benar menjauh.
"Baiklah, sebentar lagi persiapan itu akan segera dimulai. Aku akan dilamar kemudian menikah," gumamnya menyiratkan sebuah rasa gembira dan puas.
"Bagaimana kalau dia benar-benar menyiapkannya?" tanya wanita paruh baya itu menatap Seira.
"Memang itu yang aku inginkan. Semoga semua berjalan sesuai harapan."
"Baiklah, kami akan selalu mendukungmu," ujar wanita paruh baya itu seraya menerima sebuah amplop dari Seira. Wajah wanita dan pria paruh baya itu tersenyum gembira.
"Tentu saja, karena kalian orang tuaku," balas Seira diakhiri seringai tawa sinis.
"Ha ha ha."
***
Sakala tiba di rumah, ia segera memberitahukan tentang pernikahannya dengan Seira yang dalam waktu dua bulan lagi akan digelar.
"Serius? Apakah kekasihmu setuju?" yakin Syafana.
"Serius, Ma. Saka mulai besok harus segera menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk persyaratan pernikahan." Sakala sangat antusias.
"Baiklah. Mama dan Papa akan menyiapkan untuk lamaran nanti. Tapi, sebelum lamaran itu digelar, apakah tidak sebaiknya kamu ajak kekasihmu ke sini, untuk dikenalkan pada kami?" ujar Dallas berharap.
"Itu bisa diatur, Pa. Saka akan ajak Seira ke sini. Kalian tenang saja," pungkas Sakala dengan hati yang riang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Rina
Kayanya seira bukan anaknya kedua paruh baya itu , tapi mereka hanya berpura” aja , jangan” ini filakukan hanya untuk mempermalukan dan balas demdam sama Saka , semoga semuanya baik” aja ya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2025-04-28
10
Reni
lhaaaa seira g bener ini pasti kedua orang yg dibilang itu orang bayaran wong dikasih amplop habis ketemu saka pasti emg sengaja menjerat saja ingin menyakiti saka , kok aku curiga jng2 ini bocah suruhan Dista untuk membuat keluarga saka hancur lebur seperti hatinya dan perkiraan ku rumah tangga dista juga kandas karena dicerai suami yg capek ngadepin Dista yg terus mengusik rumah tangga syafana yg terus cemburu
2025-04-29
3
Aniza
dah dua hari bolak balik liat lanjut cerita saka di kisah orang tuany,tpi nggak ada
nyatany dah dipisah judul
2025-04-30
3