Bab 2 Niat Sakala Disambut

     Mobil yang ditumpangi Sakala tiba di depan sebuah pagar rumah. Rumah itu lumayan luas, berdiri di sebuah lingkungan komplek elit. Tidak berapa lama, pintu gerbang itu terbuka, seorang penjaga mendorong pintu gerbang ke samping kiri sehingga pintu gerbang itu terbuka.

     Sakala tidak segera memasukkan mobilnya ke dalam, sebab ia menunggu si empunya rumah datang. Saka baru sekali ke rumah ini, setahun lalu sebelum ia ditugaskan ke wilayah Papua.

     Seorang wanita muda dan cantik keluar dari pintu rumah. Rambutnya panjang tergerai hitam legam, wajahnya cantik dengan tubuh tinggi semampai. Usia gadis itu dua tahun dibawah Sakala, dia Seira sang kekasih.

     Sakala merekahkan senyum, dia membukakan jendela kaca mobil seraya mendongak.

     "Sei," ucapnya penuh cinta. Gadis yang dia panggil Seira itu menghampiri lalu berkata.

     "Bawalah ke dalam. Ini mobil papa kamu, kan, Kak?" Sakala mengangguk lalu memundurkan mobilnya sedikit untuk mengatur supaya bisa belok dan masuk ke dalam gerbang. Penjaga rumah itu ikut memberi aba-aba saat Sakala mulai mengatur mobilnya supaya bisa masuk.

     "Papa, mama kamu ada?" tanya Sakala setelah ia menuruni mobil. Seira mengangguk seraya memberi tanda supaya Sakala mengikutinya.

     "Ayo. Jangan segan-segan," ujarnya. Sakala menapaki teras rumah itu dengan sedikit ragu, lalu membuka sepatunya di sana. Lantai yang mengkilap, mampu menangkap bayang tubuhnya di bawah sana.

     Pintu rumah yang sudah terbuka, langsung menyeruakkan aroma semerbak pewangi ruangan yang menyegarkan, tanpa sadar Sakala menghirupnya dan lumayan aroma pewangi ruangan itu membuat nyaman dan lega perasaannya. Sepertinya pewangi ruangan itu memang beraroma terapi yang bisa membuat rileks dan nyaman.

     "Masuklah," suruh Seira seraya mengarahkan tangannya ke sofa. Sakala menuju sofa dan mendudukinya. "Sebentar, aku akan panggil pembantuku untuk membuatkan minum," ujar Seira seraya bangkit menuju dalam.

     Mata Sakala mengawasi seluruh ruangan. Ada sebuah foto yang terpajang di dinding. Tidak ada foto Seira di sana, hanya sepasang suami istri yang usianya bisa ditaksir sekitar 50 tahun ke atas. Sakala menduga, mungkin foto itu merupakan orang tua Seira.

     Setahun lalu, Saka sempat dikenalkan dengan seorang wanita paruh baya yang diakui Seira sebagai mamanya. Namun, Sakala sudah lupa dengan wajah perempuan itu, maklum pertemuan mereka hanya sekali dan itu sudah setahun berlalu. Dugaannya masih pada foto itu, pasti wanita di dalam foto itu adalah mamanya Seira.

     "Silahkan minumannya, Den." Seorang wanita paruh baya menghampiri seraya meletakkan secangkir air teh panas di depan Sakala. Sakala berterimakasih dan mengangguk.

     "Terimakasih banyak, Bi," ucapnya. Kemudian Seira muncul, diikuti dua orang, laki-laki dan wanita paruh baya.

     Mereka langsung menduduki sofa bersamaan dengan Seira.

     "Ini Mama dan Papa aku," ucap Seira memperkenalkan. Sakala segera bangkit dan mendongak dengan tubuh menghampiri kedua orang tua Seira. Dia menyalami keduanya dengan tubuh membungkuk hormat.

     "Apa kabar Pak, Bu? Saya Sakala," ujarnya memperkenalkan diri lalu duduk kembali. Kedua orang tua Seira hanya tersenyum dengan wajah yang terlihat kaku.

     "Kabar kami baik," susul papanya Seira beberapa saat kemudian sembari menatap sekilas ke arah Sakala. Setelah itu, mereka kembali diam, seakan bingung mau bicara apa.

     "Silahkan diminum Kak Saka." Seira mempersilahkan Sakala minum. Sejenak suasana kaku itu reda tatkala Siera mempersilahkan minum. Sakala meraih cangkir teh yang masih panas itu, lalu perlahan diteguknya. Seketika rasa hangat menelusup ke dalam kerongkongannya. Sakala menyukai minuman yang masih hangat.

     Sakala kembali meletakkan cangkir itu di atas meja. Sejenak ia merasa heran, dengan kedua orang tua Seira yang terkesan mendiamkannya. Dia pikir kedua orang tua Seira akan banyak membahas masalah pernikahan dirinya dan Seira. Bukankah Seira di telpon pernah bilang kalau pertemuan ini sekaligus akan membicarakan perihal pernikahan mereka?

     "Apakah aku yang harus memulai duluan? Sepertinya kedua orang tua Seira memang menunggu keberanianku untuk bicara duluan," batin Sakala menyimpulkan.

     "Sebetulnya maksud kedatangan saya ke sini adalah, untuk membicarakan hubungan kami. Saya berniat serius membawa hubungan ini sampai ke jenjang pernikahan," tutur Sakala akhirnya memberanikan diri. Memang niat dia dari awal ingin membawa hubungan dengan Seira menuju pernikahan.

     Seira menoleh ke arah kedua orang tuanya, lalu memberikan sebuah kode.

     "Oh, bagus itu Nak Saka. Kalau memang kalian sudah klop, lebih baik segera menikah saja," tanggap mamanya Seira.

     "Lalu, kapan Nak Saka akan meresmikan hubungan itu?" imbuh papa Seira.

     "Secepatnya, Pak. Saya akan persiapkan syarat-syaratnya dari sekarang, serta syarat-syarat pengajuan nikah kantor juga," ucap Sakala antusias. Dia tidak mau menunggu lama-lama hubungan ini dibiarkan hanya pacaran. Mumpung Seira tidak menolak atau menunda, Sakala harus gerak cepat.

     "Baiklah, lebih cepat lebih bagus," balas papanya Seira. Sakala senang sudah mendapat lampu hijau dari kedua orang tua Seira.

     "Kapan kira-kira pernikahan itu akan dilaksanakan?" Papanya Seira kembali bertanya seolah ingin meyakinkan.

     "Kasih saya waktu dua bulan. Saya akan persiapkan segalanya." Sakala menyanggupi bahwa pernikahan itu akan digelar dalam waktu dua bulan lagi.

     Setelah sepakat dan memutuskan akan menikahi Seira dua bulan lagi, Sakala diantar Seira pulang sampai teras rumah.

     "Karena kita sebentar lagi menikah, aku akan mengajak kamu ke rumah dan memperkenalkan kamu dengan mama dan papaku," cetus Sakala. Sejenak Seira terlihat kaget.

     "Baiklah. Kak Saka atur saja kapan harinya," ujar Seira setuju.

     Sakala berpamitan dengan hati yang gembira. Mulai besok dia akan segera mempersiapkan hal-hal untuk keperluan nikah.

     "Dah Sei." Sakala melambaikan tangan dan membunyikan klakson mobilnya. Seira mengantar di teras rumahnya sampai mobil Sakala menghilang. Seira masuk kembali setelah mobil Sakala benar-benar menjauh.

     "Baiklah, sebentar lagi persiapan itu akan segera dimulai. Aku akan dilamar kemudian menikah," gumamnya menyiratkan sebuah rasa gembira dan puas.

     "Bagaimana kalau dia benar-benar menyiapkannya?" tanya wanita paruh baya itu menatap Seira.

     "Memang itu yang aku inginkan. Semoga semua berjalan sesuai harapan."

     "Baiklah, kami akan selalu mendukungmu," ujar wanita paruh baya itu seraya menerima sebuah amplop dari Seira. Wajah wanita dan pria paruh baya itu tersenyum gembira.

     "Tentu saja, karena kalian orang tuaku," balas Seira diakhiri seringai tawa sinis.

     "Ha ha ha."

***

     Sakala tiba di rumah, ia segera memberitahukan tentang pernikahannya dengan Seira yang dalam waktu dua bulan lagi akan digelar.

     "Serius? Apakah kekasihmu setuju?" yakin Syafana.

     "Serius, Ma. Saka mulai besok harus segera menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk persyaratan pernikahan." Sakala sangat antusias.

     "Baiklah. Mama dan Papa akan menyiapkan untuk lamaran nanti. Tapi, sebelum lamaran itu digelar, apakah tidak sebaiknya kamu ajak kekasihmu ke sini, untuk dikenalkan pada kami?" ujar Dallas berharap.

     "Itu bisa diatur, Pa. Saka akan ajak Seira ke sini. Kalian tenang saja," pungkas Sakala dengan hati yang riang.

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

lhaaaa seira g bener ini pasti kedua orang yg dibilang itu orang bayaran wong dikasih amplop habis ketemu saka pasti emg sengaja menjerat saja ingin menyakiti saka , kok aku curiga jng2 ini bocah suruhan Dista untuk membuat keluarga saka hancur lebur seperti hatinya dan perkiraan ku rumah tangga dista juga kandas karena dicerai suami yg capek ngadepin Dista yg terus mengusik rumah tangga syafana yg terus cemburu

2025-04-29

3

Aniza

Aniza

dah dua hari bolak balik liat lanjut cerita saka di kisah orang tuany,tpi nggak ada
nyatany dah dipisah judul

2025-04-30

3

Aprisya

Aprisya

waaah ada apa ini ya,, kok kekasih sang letnan udah main tipu,,.

2025-04-28

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kembali Ke Tanah Kelahiran
2 Bab 2 Niat Sakala Disambut
3 Bab 3 Seira Mengulur Waktu
4 Bab 4 Mengingatkan Pada Dista
5 Bab 5 Lamaran
6 Bab 6 Merasa Janggal
7 Bab 7 Bertemu Guru Les
8 Bab 8 Fitting Gaun Pengantin
9 Bab 9 Gelisah Menunggu
10 Bab 10 Keluarga Mempelai Perempuan Tidak Datang
11 Bab 11 Alamat Palsu
12 Bab 12 Titik Terang Seira
13 Bab 13 Sedih Berjamaah
14 Bab 14 Mendatangi Disti
15 Bab 15 Negosiasi
16 Bab 16 Tidak Ada Negosiasi
17 Bab 17 Pelaminan Impian Yang Musnah
18 Bab 18 Derita Sakala, Kebahagiaan Seira
19 Bab 19 Dista Bingung
20 Bab 20 Bertemu Lavanya
21 Bab 21 Hutang Minuman
22 Bab 22 Saling Menyalahkan
23 Bab 23 Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga Pula
24 Bab 24 Kartu Undangan Arka
25 Bab 25 Lala dan Lavanya
26 Bab 26 Ulang Tahun Lavanya
27 Bab 27 Bunga Yang Unik
28 Bab 28 Bertemu Seira
29 Bab 29 Undangan Elektronik
30 Bab 30 Senada Bak Couple
31 Bab 31 Pernikahan Arka Amara
32 Bab 32 Candaan Maut
33 Bab 33 Permintaan Maaf
34 Bab 34 Lavanya Cuti, Sakala Hampa
35 Bab 35 Kontak Batin
36 Bab 36 Mengantar Amira Berobat
37 Bab 37 Penemuan Sakala
38 Bab 38 Telpon Dari Nomer Asing
39 Bab 39 Postingan WA
40 Bab 40 Antara Dua Gejolak Rasa
41 Bab 41 Pengawal Lala
42 Bab 42 Pertemuan Yang Tidak Diduga
43 Bab 43 Ada Yang Kesal
44 Bab 44 Sepupu Atau Pacar?
45 Bab 45 Jalan Ke Hatimu
46 Bab 46 Cemburu Tapi Bukan Pacaran
47 Bab 47 Ngakunya Kekasih, Padahal Belum Jadian
48 Bab 48 Ngopi Bareng
49 Bab 49 Kehadiran Sakala di Hari Wisuda
50 Bab 50 Iya, Saya Mau A!
51 Bab 51 Kejutan
52 Bab 52 Kepergok
53 Bab 53 Bertemu Seira
54 Bab 54 Oang Tua Sakala Suka Lavanya
55 Bab 55 Akal Bulus Seira
56 Bab 56 Seira Mengarang Cerita
57 Bab 57 Dallas Murka
58 Bab 58 Mendatangi Rumaha Disti
59 Bab 59 Gertak Disti Untuk Dista
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1 Kembali Ke Tanah Kelahiran
2
Bab 2 Niat Sakala Disambut
3
Bab 3 Seira Mengulur Waktu
4
Bab 4 Mengingatkan Pada Dista
5
Bab 5 Lamaran
6
Bab 6 Merasa Janggal
7
Bab 7 Bertemu Guru Les
8
Bab 8 Fitting Gaun Pengantin
9
Bab 9 Gelisah Menunggu
10
Bab 10 Keluarga Mempelai Perempuan Tidak Datang
11
Bab 11 Alamat Palsu
12
Bab 12 Titik Terang Seira
13
Bab 13 Sedih Berjamaah
14
Bab 14 Mendatangi Disti
15
Bab 15 Negosiasi
16
Bab 16 Tidak Ada Negosiasi
17
Bab 17 Pelaminan Impian Yang Musnah
18
Bab 18 Derita Sakala, Kebahagiaan Seira
19
Bab 19 Dista Bingung
20
Bab 20 Bertemu Lavanya
21
Bab 21 Hutang Minuman
22
Bab 22 Saling Menyalahkan
23
Bab 23 Sudah Jatuh, Tertimpa Tangga Pula
24
Bab 24 Kartu Undangan Arka
25
Bab 25 Lala dan Lavanya
26
Bab 26 Ulang Tahun Lavanya
27
Bab 27 Bunga Yang Unik
28
Bab 28 Bertemu Seira
29
Bab 29 Undangan Elektronik
30
Bab 30 Senada Bak Couple
31
Bab 31 Pernikahan Arka Amara
32
Bab 32 Candaan Maut
33
Bab 33 Permintaan Maaf
34
Bab 34 Lavanya Cuti, Sakala Hampa
35
Bab 35 Kontak Batin
36
Bab 36 Mengantar Amira Berobat
37
Bab 37 Penemuan Sakala
38
Bab 38 Telpon Dari Nomer Asing
39
Bab 39 Postingan WA
40
Bab 40 Antara Dua Gejolak Rasa
41
Bab 41 Pengawal Lala
42
Bab 42 Pertemuan Yang Tidak Diduga
43
Bab 43 Ada Yang Kesal
44
Bab 44 Sepupu Atau Pacar?
45
Bab 45 Jalan Ke Hatimu
46
Bab 46 Cemburu Tapi Bukan Pacaran
47
Bab 47 Ngakunya Kekasih, Padahal Belum Jadian
48
Bab 48 Ngopi Bareng
49
Bab 49 Kehadiran Sakala di Hari Wisuda
50
Bab 50 Iya, Saya Mau A!
51
Bab 51 Kejutan
52
Bab 52 Kepergok
53
Bab 53 Bertemu Seira
54
Bab 54 Oang Tua Sakala Suka Lavanya
55
Bab 55 Akal Bulus Seira
56
Bab 56 Seira Mengarang Cerita
57
Bab 57 Dallas Murka
58
Bab 58 Mendatangi Rumaha Disti
59
Bab 59 Gertak Disti Untuk Dista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!