Dengan tenang, ia bergabung dengan rombongan prajurit yang kembali ke benteng.
Setibanya di dalam, ia mengamati sekeliling. Benteng itu dijaga ketat, dengan menara pengawas di setiap sudut dan patroli yang berkeliling setiap beberapa menit.
Namun, ia tak gentar.
Dengan hati-hati, ia mulai menyusuri lorong-lorong benteng, mencari ruangan tempat Tie Shan berada.
Akhirnya, ia menemukan ruang utama—sebuah aula besar dengan karpet merah dan patung naga emas di tengahnya. Di sana, Tie Shan duduk di atas kursi kayu besar, dikelilingi oleh lima pengawal elitnya.
Jiang Hao merasakan darahnya mendidih. Targetnya ada di depan mata.
Namun, sebelum ia bisa bergerak, suara tajam terdengar dari belakangnya.
“Siapa kau?”
Ia berbalik dan melihat seorang pria tinggi dengan jubah hitam, matanya penuh kecurigaan.
Penyamaran telah terbongkar.
Jiang Hao tak punya pilihan lain selain bertindak.
Dengan gerakan secepat kilat, ia mengulurkan Tangan Iblis dan menyentuh leher pria itu. Racun langsung menyebar, membuatnya terjatuh tanpa suara.
Namun, suara tubuh yang jatuh menarik perhatian para pengawal. Dalam sekejap, alarm berbunyi di seluruh benteng.
Jiang Hao menyeringai. Jika harus bertarung, maka ia akan bertarung sampai akhir.
Dengan langkah mantap, ia maju ke dalam aula.
“Jenderal Tie Shan,” suaranya bergema. “Aku datang untuk mengantarmu ke neraka.”
Tie Shan menatapnya dengan mata menyipit, lalu tertawa keras. “Kau pikir bisa membunuhku seorang diri?”
Para pengawal segera mengepung Jiang Hao.
Namun, bagi seorang iblis, dikelilingi hanya berarti lebih banyak korban.
Malam itu, Benteng Batu Hitam akan berlumuran darah.
Jiang Hao berdiri tegak di tengah aula megah Benteng Batu Hitam. Cahaya obor yang berkelap-kelip memantulkan bayangan tubuhnya di lantai marmer merah. Di hadapannya, Jenderal Tie Shan, seorang pria bertubuh besar dengan janggut tebal dan mata penuh kebengisan, menatapnya dengan tatapan tajam.
Lima pengawal elit berdiri mengelilingi Tie Shan, masing-masing memegang senjata tajam—tombak, pedang, dan kapak raksasa.
Jiang Hao menatap mereka satu per satu, ekspresinya tetap dingin. Di dalam dirinya, darah mendidih. Dendam yang selama ini ia pendam kini berada di depan mata.
“Aku datang untuk mengantarmu ke neraka, Tie Shan.”
Tie Shan menyeringai dan menegakkan tubuhnya. “Iblis memang tidak tahu malu. Kau pikir bisa membunuhku seorang diri?”
Dengan angkuh, Tie Shan melangkah turun dari singgasananya. Para pengawalnya bersiap.
“Bunuh dia.”
Pertarungan Dimulai
Dalam sekejap, lima pengawal menyerbu Jiang Hao dari berbagai arah.
Pengawal pertama menebaskan pedangnya dengan cepat. Jiang Hao menghindar dengan sedikit condong ke belakang, lalu dengan kilatan kecepatan, ia menempelkan Tangan Iblis ke lengan pria itu.
Sejurus kemudian, tubuh pengawal itu mengejang. Matanya membelalak saat racun dari tangan Jiang Hao menyebar ke seluruh tubuhnya. Dalam hitungan detik, kulitnya menghitam dan darah meleleh keluar dari pori-porinya.
Satu mati.
Sisa empat pengawal tidak gentar. Mereka menyerang bersamaan.
Jiang Hao mengayunkan tangannya, mencegat kapak raksasa yang hampir mengenai bahunya. Dengan cekatan, ia berputar dan menggunakan racunnya untuk meremas tengkuk pengawal kedua.
Teriakan kesakitan menggema di aula. Pengawal itu jatuh ke tanah, tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya mati dengan busa keluar dari mulutnya.
Tie Shan mengamati semua ini dengan ekspresi marah.
“Lancang! Kau pikir tangan busukmu bisa menyentuhku?”
Sementara itu, tiga pengawal tersisa terus menyerang. Namun, Jiang Hao bukanlah manusia biasa. Ia melompat ke udara, menghindari serangan tombak yang diarahkan ke perutnya, lalu membalik tubuhnya dengan cekatan dan menghantam dada pengawal ketiga dengan Tangan Iblis.
Racun langsung merambat ke jantung. Pengawal itu hanya bisa mengeluarkan erangan sebelum jatuh tersungkur.
Tiga mati.
Dua pengawal yang tersisa mulai ragu. Mereka saling pandang, tangan gemetar memegang senjata.
Namun, sebelum mereka bisa berpikir untuk kabur, Jiang Hao sudah menerkam mereka dengan keganasan seorang iblis. Dalam dua gerakan cepat, ia membunuh mereka tanpa ampun.
Tubuh mereka terjatuh dengan bunyi berdebum yang mengerikan.
Lima mati.
Kini, hanya Jenderal Tie Shan yang tersisa.
Duel dengan Tie Shan
Tie Shan menatap mayat-mayat pengawalnya dengan ekspresi ngeri, tetapi ia tetap tegak.
“Aku akan menunjukkan kenapa aku disebut ‘Tembok Besi Persilatan’!”
Ia mencabut senjata besar di punggungnya—sebuah gada berduri yang terlihat seperti bisa menghancurkan batu dalam sekali ayun.
Tanpa menunggu, ia menerjang ke arah Jiang Hao dengan kecepatan luar biasa. Gada raksasa itu meluncur dengan tenaga mengerikan.
Jiang Hao melompat ke samping, menghindari serangan pertama. Namun, hantaman gada menghancurkan lantai di tempat ia berdiri beberapa detik yang lalu.
Debu beterbangan.
“Kau hanya tahu menghindar? Ayolah, hadapi aku, iblis!” Tie Shan menggeram.
Jiang Hao tidak terpancing emosi. Ia tetap diam, memperhatikan pola serangan Tie Shan.
Satu pukulan.
Dua pukulan.
Tiga pukulan.
Setiap hantaman gada Tie Shan mampu menciptakan lubang di lantai batu. Namun, ia mulai kehilangan energi.
Saatnya menyerang.
Jiang Hao menyelinap di antara celah serangan Tie Shan, lalu dengan kecepatan luar biasa, menempelkan Tangan Iblis ke dada Tie Shan.
Tie Shan terhuyung. Napasnya memburu.
Ia mencoba menyerang lagi, tetapi tubuhnya mulai melemah. Racun dari tangan Jiang Hao mulai menyebar, membuat pembuluh darah di lehernya menonjol kehitaman.
Ia jatuh berlutut, matanya dipenuhi amarah dan ketakutan. “Tidak mungkin, aku … tidak mungkin mati begini.”
Jiang Hao menatapnya tanpa belas kasihan. “Inilah hukumanmu.”
Dengan gerakan terakhir, Jiang Hao meremukkan dada Tie Shan dengan sentuhan racunnya.
Tie Shan memuntahkan darah ke lantai, lalu tubuhnya jatuh dengan bunyi keras.
Jenderal Tie Shan telah mati.
Benteng Batu Hitam Terbakar
Jiang Hao berdiri di tengah aula, napasnya tenang. Di sekelilingnya, hanya ada mayat dan genangan darah.
Namun, ia tidak punya waktu untuk berlama-lama. Jika berita kematian Tie Shan menyebar, pasukan sekte akan segera datang.
Ia menyusup ke dalam gudang benteng, mengambil sebotol minyak dan menumpahkannya ke lantai.
Dengan sebatang obor, ia melemparkannya ke tumpahan minyak.
Dalam hitungan detik, api mulai menjalar ke seluruh bangunan.
Benteng Batu Hitam, yang selama ini menjadi simbol kekuasaan Tie Shan, kini berubah menjadi lautan api.
Jiang Hao berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang.
Langkahnya tegap, matanya dingin.
Ia telah membuktikan satu hal malam ini—bahwa iblis telah kembali ke dunia persilatan.
****
Langit di atas Benteng Batu Hitam memerah, memantulkan kobaran api yang melahap bangunan megah itu. Asap hitam membubung tinggi ke angkasa, membawa aroma daging terbakar dan kehancuran.
Jiang Hao berdiri di atas tebing yang menghadap benteng yang kini runtuh. Matanya tajam menatap kehancuran yang baru saja ia ciptakan.
"Satu musuh telah tumbang, masih banyak yang harus dihancurkan."
Namun, di balik kepuasan itu, perasaan kosong menyelinap dalam hatinya. Ia telah membalaskan dendamnya pada Jenderal Tie Shan, tetapi jalan yang ia tempuh masih panjang.
Ia merapatkan jubahnya dan melangkah pergi, meninggalkan jejak kaki berdarah di tanah berdebu.
Jiang Hao berjalan menyusuri jalan setapak yang menuju hutan lebat. Ia tahu, setelah kehancuran Benteng Batu Hitam, dunia persilatan akan segera memburunya.
“Kau membunuh Jenderal Tie Shan?”
Suara dingin itu menghentikan langkahnya.
Di antara pepohonan, sesosok pria berjubah abu-abu muncul. Wajahnya tersembunyi di balik kerudung, tetapi Jiang Hao mengenali cincin emas yang melingkar di jarinya.
to be continued ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments