Ia melangkah masuk ke dalam paviliun. Suasana di dalamnya bising—para penjudi tertawa dan bersorak, sementara beberapa lainnya mengutuk nasib sial mereka. Pelayan wanita berpakaian minim berlalu-lalang melayani tamu, sementara para pengawal bersenjata berdiri di sudut-sudut ruangan, mengawasi dengan waspada.
Jiang Hao tidak peduli dengan semua itu. Ia berjalan lurus ke meja tengah, di mana seorang pria gemuk berusia sekitar empat puluhan duduk sambil menghisap pipa panjang.
Orang itu adalah Zhou Bai, kepala intelijen Paviliun Seribu Bayangan.
Zhou Bai melirik Jiang Hao sekilas, lalu menyeringai. “Aku tidak mengenalmu, tapi dari caramu berjalan, kau bukan orang biasa. Apa yang kau cari di sini, orang asing?”
Jiang Hao duduk di depan Zhou Bai tanpa diundang. “Aku butuh informasi.”
Zhou Bai tertawa pelan. “Di tempat ini, informasi bukan sesuatu yang murah, anak muda.”
Jiang Hao menatapnya tajam. “Berapa harga informasi tentang kelompok atau individu yang bisa membantuku membalas dendam terhadap Sekte Langit Hitam?”
Ruangan menjadi sunyi sesaat. Beberapa orang yang mendengar nama Sekte Langit Hitam segera menundukkan kepala, seolah takut hanya dengan menyebut nama itu.
Zhou Bai mengangkat alis. “Kau punya urusan dengan mereka?”
Jiang Hao mengangguk. “Dan aku ingin melihat mereka hancur.”
Zhou Bai menatapnya dalam diam, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. “Kau ambisius, aku suka itu. Tapi menghancurkan Sekte Langit Hitam bukan hal yang bisa dilakukan sendirian.”
Jiang Hao tetap tenang. “Aku tidak bilang aku akan melakukannya sendirian. Itu sebabnya aku ada di sini.”
Zhou Bai menghisap pipanya, lalu menghembuskan asap ke udara. “Baiklah. Aku bisa memberimu beberapa informasi. Tapi pertama-tama, aku ingin melihat apakah kau benar-benar pantas untuk itu.”
Ia menjentikkan jarinya, dan dua pria bertubuh besar segera berdiri di belakang Jiang Hao.
“Dua orang ini adalah pembunuh bayaran terbaikku. Jika kau bisa mengalahkan mereka, aku akan memberimu informasi yang kau butuhkan.”
Jiang Hao menyeringai. “Jadi kau ingin menguji iblis?”
Zhou Bai hanya tersenyum. “Mari kita lihat seberapa iblisnya kau sebenarnya.”
Dua pria itu segera bergerak. Yang pertama menyerang dengan tinju besarnya, mencoba menghantam wajah Jiang Hao. Tetapi dengan gesit, Jiang Hao menghindar ke samping, lalu mengulurkan tangan kanannya.
Tangannya menyentuh leher pria itu sekejap, dan dalam hitungan detik, tubuhnya membiru dan jatuh ke lantai dengan wajah penuh ketakutan.
Orang kedua terkejut, tetapi segera mencabut belati dan menusukkannya ke punggung Jiang Hao. Namun, sebelum belati itu mencapai sasarannya, Jiang Hao berbalik dengan cepat, menangkap pergelangan tangan lawannya, dan memelintirnya hingga terdengar bunyi tulang patah.
Pria itu berteriak kesakitan, tetapi sebelum ia bisa melawan lagi, Jiang Hao menepuk dadanya dengan Tangan Iblis.
Seketika, tubuhnya mengejang, racun menyebar dengan cepat, dan ia pun roboh tanpa suara.
Semua mata di ruangan itu terbelalak.
Zhou Bai mengamati Jiang Hao dengan tatapan penuh minat. “Menarik… sangat menarik.”
Ia meletakkan pipanya dan bersandar ke belakang. “Baiklah, kau telah membuktikan dirimu. Aku akan memberimu informasi—tapi sebagai gantinya, kau harus melakukan sesuatu untukku.”
Jiang Hao menatapnya. “Apa yang kau inginkan?”
Zhou Bai tersenyum samar. “Ada seseorang yang ingin kubunuh. Kau lakukan itu untukku, dan aku akan memberimu semua informasi yang kau butuhkan tentang musuh-musuh Sekte Langit Hitam.”
Jiang Hao terdiam sejenak. Membunuh bukanlah masalah baginya, tetapi ia ingin tahu lebih banyak. “Siapa targetnya?”
Zhou Bai menyerahkan sebuah gulungan kertas. Jiang Hao membukanya dan melihat sebuah nama tertulis di sana.
“Jenderal Tie Shan.”
Jiang Hao mengangkat alis. Nama itu bukanlah nama kecil di dunia persilatan. Tie Shan adalah mantan panglima perang yang sekarang menguasai sebagian besar wilayah selatan dan memiliki pasukan sendiri.
“Apa alasanmu ingin dia mati?” Jiang Hao bertanya.
Zhou Bai terkekeh. “Alasan pribadi. Yang perlu kau tahu adalah, jika kau berhasil membunuhnya, aku akan memastikan kau mendapatkan sekutu yang cukup untuk melawan Sekte Langit Hitam.”
Jiang Hao menggenggam gulungan itu erat-erat.
Jika ini adalah harga untuk menghancurkan para pengkhianat, maka aku akan membayarnya.
Ia menatap Zhou Bai dengan dingin. “Baik. Katakan padaku di mana aku bisa menemukannya.”
Zhou Bai tersenyum puas. “Bagus. Kau akan menemukannya di Benteng Batu Hitam, dua hari perjalanan dari sini.”
Jiang Hao berdiri dan menyelipkan gulungan itu ke dalam jubahnya.
Langkah pertamanya menuju balas dendamnya telah dimulai.
Jika dunia ingin melihatnya sebagai iblis, maka ia akan menjadi iblis yang mereka takuti.
****
Benteng Batu Hitam berdiri megah di atas bukit berbatu yang dikelilingi jurang dalam. Dindingnya kokoh, dibangun dari batu vulkanik hitam yang sulit ditembus. Di dalamnya, Jenderal Tie Shan dikelilingi oleh ratusan prajurit setianya, menjadikannya target yang sulit untuk dibunuh.
Namun, bagi Jiang Hao, ini bukan sekadar misi pembunuhan—ini adalah ujian pertamanya dalam jalan menuju kegelapan.
Dua Hari Perjalanan
Jiang Hao menempuh perjalanan ke selatan melewati hutan lebat dan jalan berbatu. Sementara sebagian besar perjalanannya sunyi, ia tetap waspada terhadap pengintai atau pemburu bayaran yang mungkin mengejarnya.
Di sebuah desa kecil dekat benteng, ia berhenti di sebuah kedai teh untuk mengumpulkan informasi.
Seorang pria tua dengan janggut putih duduk di sudut, mengamati Jiang Hao dengan mata tajam. Saat Jiang Hao duduk di dekatnya, pria itu berbisik, “Jika kau mencari Tie Shan, kau sedang mencari kematian.”
Jiang Hao menatap pria itu tanpa ekspresi. “Itu bukan urusanmu.”
Pria tua itu terkekeh. “Kau bukan yang pertama mencoba membunuhnya. Tapi semua yang mencoba, tak ada yang kembali hidup-hidup.”
Jiang Hao menuangkan teh ke dalam cangkirnya dan meneguknya perlahan. “Berarti aku harus berbeda dari mereka.”
Pria itu menghela napas. “Aku menyukai semangatmu, Nak. Jika kau memang ingin masuk ke benteng, ada satu cara.”
Jiang Hao menatapnya tajam. “Bicaralah.”
Pria itu mendekat dan berbisik, “Setiap malam, para prajurit Tie Shan sering pergi ke desa ini untuk berjudi dan minum-minum. Jika kau bisa menyusup di antara mereka, mungkin kau bisa menemukan jalan ke dalam.”
Jiang Hao mengangguk. “Terima kasih atas informasinya.”
Pria tua itu tertawa kecil. “Jika kau selamat, mungkin kita bisa berbagi secangkir teh lagi.”
Malam tiba, dan seperti yang dikatakan pria tua itu, beberapa prajurit Tie Shan datang ke desa untuk bersenang-senang. Jiang Hao mengamati mereka dari kejauhan, memilih targetnya dengan hati-hati.
Di gang sempit di belakang kedai, ia menghadang salah satu prajurit yang keluar sendirian untuk buang air.
Sebelum pria itu sempat berteriak, Jiang Hao sudah mencekiknya hingga pingsan. Dengan cepat, ia mengganti pakaiannya dengan baju prajurit itu dan menutupi wajahnya dengan helm.
to be continued ✍️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Abah'e Rama
lanjut 💪💪
2025-04-29
0