Bab 5– Kuil Seribu Cahaya

Xiao Lian, sang “Bayangan Malam”—mata-mata terbaik dari Sekte Langit Perunggu, sekte yang pernah ia percaya sebelum mereka mengkhianatinya.

“Kau tidak pernah berubah, Jiang Hao. Masih haus darah, masih ingin menghancurkan dunia.”

Jiang Hao menyipitkan mata. “Aku hanya membalas apa yang telah mereka lakukan padaku.”

Xiao Lian mendekat perlahan, tetapi ia tidak menarik senjatanya.

“Jika kau terus seperti ini, kau tidak akan pernah bisa kembali. Kau akan tetap menjadi iblis di mata dunia.”

Jiang Hao tertawa kecil. “Aku sudah tidak peduli dengan dunia.”

Namun, Xiao Lian tetap berdiri di sana, menatapnya dengan tajam. “Jika begitu, aku punya pesan untukmu. Seseorang ingin bertemu denganmu di Kuil Seribu Cahaya.”

Jiang Hao mengerutkan kening. “Siapa?”

Xiao Lian tersenyum samar. “Seseorang dari masa lalumu.”

Tanpa menjelaskan lebih lanjut, Xiao Lian berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan hutan.

Jiang Hao menatap ke kejauhan, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan.

Masa lalu seperti apa yang menunggunya di Kuil Seribu Cahaya?

Dengan langkah mantap, ia pun bergerak menuju takdir berikutnya

Malam telah larut ketika Jiang Hao tiba di kaki gunung tempat Kuil Seribu Cahaya berdiri. Cahaya lentera berkelip di kejauhan, seolah menjadi penanda bahwa tempat ini masih dihuni. Namun, suasana tetap sunyi.

Udara dingin menyelimuti gunung, membawa aroma dupa dan bunga liar yang tertiup angin. Jiang Hao melangkah pelan, telinganya tajam menangkap setiap suara di sekitarnya. Ia tidak pernah percaya tempat-tempat suci benar-benar aman—terutama setelah apa yang telah ia lakukan.

Tangga batu yang berlumut membentang ke atas, menuju kuil yang berada di puncak. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena kelelahan, tetapi karena perasaan asing yang tiba-tiba muncul dalam hatinya.

“Seseorang dari masa lalu.”

Kata-kata Xiao Lian terus terngiang di kepalanya.'Siapa yang menunggunya di sana?'

Jiang Hao akhirnya mencapai halaman kuil. Bangunan tua dengan pilar kayu yang kokoh berdiri megah, dihiasi lentera yang menggantung di tiap sudutnya.

Di tengah halaman, seorang wanita duduk bersila di atas batu, mengenakan jubah putih sederhana. Wajahnya tertutup cadar tipis, tetapi Jiang Hao mengenali sosoknya seketika.

Gadis buta itu ....

Orang yang pernah menyelamatkannya di saat ia hampir mati.

“Jiang Hao .…” Suaranya lembut, namun mengandung kepastian yang tak tergoyahkan.

Jiang Hao berdiri diam, tidak tahu harus berkata apa. Setelah sekian lama berjalan di jalan penuh darah, suara itu mengingatkannya pada sesuatu yang telah lama ia lupakan—ketenangan.

Wanita itu perlahan berdiri, lalu melepas cadarnya.

Di balik kain tipis itu, wajahnya masih sama seperti yang ia ingat. Cantik, bersih, dengan sorot mata kosong yang tetap lembut meskipun ia tak bisa melihat.

“Aku sudah lama menunggumu,” katanya pelan.

Jiang Hao menatapnya tajam. “Kenapa kau ada di sini?”

Wanita itu tersenyum tipis. “Karena aku tahu kau akan datang.”

Jiang Hao mengepalkan tangannya. “Jangan buang waktaku dengan teka-teki. Jika kau ingin aku di sini, pasti ada alasannya.”

Wanita itu tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia hanya mengangguk dan berkata:

“Aku ingin mengingatkanmu sebelum terlambat, bahwa kau masih punya pilihan.”

Jiang Hao tertawa sinis. “Pilihan? Aku sudah memilih jalanku. Aku akan menghancurkan orang-orang yang telah mengkhianatiku.”

Wanita itu terdiam sejenak, lalu berkata:

“Kalau begitu, aku akan memberitahumu sesuatu yang mungkin bisa mengubah keputusanmu.”

Jiang Hao menatapnya dengan tatapan tajam.

“Kau tidak dikhianati oleh semua orang di Sekte Langit Perunggu. Ada seseorang yang berusaha menyelamatkanmu, dan dia masih hidup.”

Jantung Jiang Hao berdegup kencang.

“Siapa?”

Wanita itu menghela napas pelan, lalu berkata dengan suara tenang:

“Li Feng … sahabatmu.”

Mata Jiang Hao melebar.

Li Feng … sahabat yang ia anggap sudah mati, masih hidup?

Tubuhnya menegang, pikirannya berputar dengan cepat.

Jika ini benar, maka balas dendamnya tidak sesederhana yang ia kira. Ada sesuatu yang belum ia ketahui, dan itu bisa mengubah segalanya.

.

Angin malam berembus pelan di halaman Kuil Seribu Cahaya. Lentera-lentera kecil berayun lembut, menciptakan bayangan yang menari di dinding kayu. Jiang Hao berdiri diam, pikirannya berkecamuk.

“Li Feng masih hidup?”

Itu adalah kenyataan yang sulit ia terima. Sejak malam pengkhianatan, ia percaya bahwa semua orang di Sekte Langit Perunggu telah menyerahkannya pada maut. Namun, jika Li Feng benar-benar masih hidup, apakah itu berarti ada sesuatu yang belum ia ketahui?

Gadis buta di depannya tetap tenang. Senyum tipis masih menghiasi wajahnya.

“Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku tidak berbohong, Jiang Hao.”

Jiang Hao mengerutkan kening. “Kalau begitu, di mana dia sekarang?”

Gadis itu menghela napas pelan. “Aku tidak tahu pasti. Tapi ada seseorang yang bisa memberitahumu.”

Jiang Hao menyipitkan mata. “Siapa?”

Wanita itu berjalan mendekat, tangannya yang halus terulur seolah ingin menyentuhnya, tapi berhenti di udara. “Seorang tetua di Kota Biang Yuan. Ia menyimpan banyak rahasia tentang apa yang terjadi malam itu. Jika kau ingin tahu kebenaran, kau harus mencarinya.”

Jiang Hao mengepalkan tinjunya.

Kota Biang Yuan, itu adalah tempat yang ia hindari selama bertahun-tahun. Kota yang menjadi pusat perdagangan dunia persilatan, tempat di mana mata-mata dari berbagai sekte berkumpul. Jika ia kembali ke sana, musuh-musuhnya pasti akan mengetahuinya.

Tapi jika di sana tersimpan jawaban tentang pengkhianatan yang menghancurkan hidupnya, maka ia tidak bisa mengabaikannya.

“Siapa namanya?” tanyanya dingin.

Gadis buta itu tersenyum kecil. “Tetua itu dikenal sebagai ‘Pendeta Senja’.”

Jiang Hao mengangguk pelan. Nama itu bukan asing baginya. Pendeta Senja adalah seorang informan yang terkenal di dunia persilatan, seseorang yang tahu terlalu banyak tetapi selalu sulit ditemukan.

“Baik,” Jiang Hao berkata sambil berbalik. “Aku akan pergi ke Biang Yuan.”

Namun, sebelum ia melangkah pergi, gadis itu berkata pelan:

“Jangan biarkan kebencian membutakanmu lebih dari yang sudah terjadi, Jiang Hao.”

Jiang Hao berhenti sejenak, lalu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh.

Di dalam dadanya, api balas dendam masih membara. Namun, kini ada pertanyaan baru yang harus ia jawab.

Jiang Hao menuruni gunung dengan cepat. Bayangan masa lalu terus menghantuinya. Jika Li Feng masih hidup, mengapa ia tidak pernah muncul? Apakah ia benar-benar berusaha menyelamatkan Jiang Hao saat itu?

Namun, saat pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan, naluri bertarungnya tiba-tiba menyala.

Suara langkah kaki.

Seseorang mengikutinya.

Jiang Hao tidak langsung bereaksi. Ia terus berjalan, membiarkan bayangan itu berpikir bahwa ia tidak menyadarinya. Namun, ketika ia tiba di jalan setapak yang lebih sempit, ia berhenti tiba-tiba.

“Keluarlah.”

Hening.

Lalu, dari balik pepohonan, tiga sosok muncul. Mereka mengenakan jubah hitam dengan lambang Serigala Perak di dada mereka.

Pemburu dari Sekte Serigala Perak.

Salah satu dari mereka, pria berambut panjang dengan wajah penuh bekas luka, tersenyum sinis. “Jiang Hao. Kau membuat terlalu banyak keributan.”

Jiang Hao tidak mengatakan apa pun. Matanya dingin.

“Kepala Sekte kami ingin bertemu denganmu," kata pria itu. “Ikutlah dengan kami tanpa perlawanan, atau .…”

to be continued ✍️

Terpopuler

Comments

Suki

Suki

Terinspirasi

2025-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 – Murid Terkuat Sekte Langit Hitam
2 bab 2: Jalan seorang iblis
3 bab 3: Menyusup ke benteng
4 bab 4: Pertumpahan Darah di Benteng Batu hitam
5 Bab 5– Kuil Seribu Cahaya
6 Bab 6: kota Biang Yuan yang Berbahaya
7 Bab 7: Kebenaran yang Membusuk
8 bab 8– Dosa yang Diwariskan
9 bab 9: Api di Balik Kabut
10 bab 10 Dalang di Balik Tirai
11 bab 11Bayangan Neraka Melangkah
12 Bab 12 Saudara yang Terluka ---
13 Bab 13: Bayangan dari Masa Lalu
14 bab 14 – Kuil Langit Senja
15 bab 15 Api yang Tak Pernah Padam
16 bab 16Rahasia yang Terkubur
17 bab 17. Kelahiran Iblis
18 Bab 18Surat dari Kegelapan
19 bab 19. Luka Tubuh
20 bab 20. Luka Jiwa
21 BAB 21 – Cermin Dendam
22 BAB 22 – Simfoni Darah dan Bayangan
23 Bab 23 – Badai yang Mengintai
24 Chapter 24 Tangan Iblis, Cahaya Malaikat
25 Bab 25 Jalan yang Harus Kupilih
26 Bab 26 Api yang Membentuk Sayap:
27 Bab 27Kebangkitan Sang Penghisap Jiwa
28 Bab 28 Gerbang Asal Jiwa
29 Takhta Dunia yang Baru
30 Pengorbanan Sang Takhta
31 Bab 31 Jalan yang Tak Terlihat
32 Penguasa Jiwa yang Baru
33 bab 33: Bunga yang Tumbuh dari Abu
34 bab 34:
35 bab 35: Saudara Tertua yang Mengkhianat
36 Bab 36:Cahaya Pertama di Mata Buta
37 bab 37:
38 bab 38:
39 bab 38:
40 bab 40: – Malaikat Terluka, Iblis Terbangun
41 Bab 41:
42 Bab 42:
43 bab 43:
44 bab 44:Panggilan Neraka
45 bab 45:Darah Ibu, Darah Dosa
46 bab 46:Saat Cinta Membakar Neraka
47 bab 47:
48 Bab 48:Jika Dunia Tak Mau Menerimamu, Biar Aku Hancurkan Duluan
49 bab 49:
50 bab 50:
51 Bab 51:Antara Aku dan Bayanganku
52 52:Api Ritual dan Duka yang Membara
53 bab 53:Dunia Tanpa Nama
54 54:
55 bab 55:
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAB 1 – Murid Terkuat Sekte Langit Hitam
2
bab 2: Jalan seorang iblis
3
bab 3: Menyusup ke benteng
4
bab 4: Pertumpahan Darah di Benteng Batu hitam
5
Bab 5– Kuil Seribu Cahaya
6
Bab 6: kota Biang Yuan yang Berbahaya
7
Bab 7: Kebenaran yang Membusuk
8
bab 8– Dosa yang Diwariskan
9
bab 9: Api di Balik Kabut
10
bab 10 Dalang di Balik Tirai
11
bab 11Bayangan Neraka Melangkah
12
Bab 12 Saudara yang Terluka ---
13
Bab 13: Bayangan dari Masa Lalu
14
bab 14 – Kuil Langit Senja
15
bab 15 Api yang Tak Pernah Padam
16
bab 16Rahasia yang Terkubur
17
bab 17. Kelahiran Iblis
18
Bab 18Surat dari Kegelapan
19
bab 19. Luka Tubuh
20
bab 20. Luka Jiwa
21
BAB 21 – Cermin Dendam
22
BAB 22 – Simfoni Darah dan Bayangan
23
Bab 23 – Badai yang Mengintai
24
Chapter 24 Tangan Iblis, Cahaya Malaikat
25
Bab 25 Jalan yang Harus Kupilih
26
Bab 26 Api yang Membentuk Sayap:
27
Bab 27Kebangkitan Sang Penghisap Jiwa
28
Bab 28 Gerbang Asal Jiwa
29
Takhta Dunia yang Baru
30
Pengorbanan Sang Takhta
31
Bab 31 Jalan yang Tak Terlihat
32
Penguasa Jiwa yang Baru
33
bab 33: Bunga yang Tumbuh dari Abu
34
bab 34:
35
bab 35: Saudara Tertua yang Mengkhianat
36
Bab 36:Cahaya Pertama di Mata Buta
37
bab 37:
38
bab 38:
39
bab 38:
40
bab 40: – Malaikat Terluka, Iblis Terbangun
41
Bab 41:
42
Bab 42:
43
bab 43:
44
bab 44:Panggilan Neraka
45
bab 45:Darah Ibu, Darah Dosa
46
bab 46:Saat Cinta Membakar Neraka
47
bab 47:
48
Bab 48:Jika Dunia Tak Mau Menerimamu, Biar Aku Hancurkan Duluan
49
bab 49:
50
bab 50:
51
Bab 51:Antara Aku dan Bayanganku
52
52:Api Ritual dan Duka yang Membara
53
bab 53:Dunia Tanpa Nama
54
54:
55
bab 55:

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!