Bab03. Curug di balik hutan gelap

Klotakk

Bunda langsung menghampiri ku saat mendengar teriakan ku, Begitu juga Hanum dan ayah. "Kenapa toh Yun?", Tanya bunda

Aku menujuk Eyang yang sedang sholat diatas Ranjang kasur. siapa yang tidak terkejut melihat sekilas kain putih berdiri di atas ranjang kasur. Aku kira tadi sekilas eyang seperti pocong , karena mukena yang eyang pakai warna putih dan model langsungan atau jika kalian tahu mukena yang ada tangan nya itu.

"Eyang lagi sholat kok kamu teriak-teriak itu kenapa, gak sopan hayun! ", Ucap Ayah.

" Enggak tadi aku kira -!! ", jawab ku terpotong karena ayah menyahuti perkataan ku

" Udah-udah kamu ini butuh istirahat, kamu kayaknya banyak pikiran karena sedih gak bisa main sama teman-teman mu lagi! ", Ucap ayah.

" Iya kak, Yuk ke depan menikmati udara malam, di depan juga banyak warga ngerumpi! ", Ucap Hanum menggandeng tangan ku.

" Iya sana sama Hanum, ini biar bunda yang beresin! ", Kata bunda.

Ayah, aku dan hanum Duduk di kursi teras rumah. Hanum menatap ku dengan tatapan tak bisa di artikan, Sedangkan ayah dia memberikan nasihat sebelum besok pergi merantau.

"Kalian jangan menyusahkan bunda ya, Dan Mulai adaptasi dengan lingkungan baru. Disini lebih aman dan damai, ada baiknya juga kita pindah ke desa karena di desa pergaulan nya tidak rusak. beda sama kota! ", ucap ayah panjang lebar menasehati kita berdua.

"Iya ayah, Ayah disana nanti sering-sering kabarin kita ya. telfon dan kirim Pesan WA, terus kalau ayah pulang jangan lupa oleh oleh nya!! ", Ucap Hanum

"Yeee Hanum ingetnya oleh oleh mulu, Bawa in Bego aja yah! ", ucap ku mengejek Hanum

Ayah tertawa karena perkataan ku dan raut wajah Hanum yang lagi bete. keesokan harinya Kami Sedang membantu ayah mengemas barang-barangnya karena ayah mau berangkat ke kalimantan. Kami memeluk ayah dan menangis, Bunda sebenarnya juga sedih, namun bunda memilih untuk menutupi kesedihan nya agar aku dan Hanum tidak bertambah sedih. Kami melihat mobil ayah semakin menjauh dari pandangan kami sampai benar-benar tidak terlihat oleh kedua mata kami. Kami berdoa agar perjalanan ayah menuju kalimantan lancar.

Setelah ayah pergi, bunda meminjam sepeda motor milik tetangga depan rumah eyang. Hanya beberapa orang saja yang memiliki sepeda motor di desa ini, bahkan mereka memakai sepeda motor bebek karena lebih muda untuk dibuat melewati jalan tanjakan bahkan jalan rusak.

Akses jalan di desa ini memang sulit, karena desa ini terletak di kaki gunung. ada juga bagian jalan yang masih tanah, jadi kalau hujan sulit untuk di lewati karena becek parah.

Bunda dan Hanum pergi menuju sekolah baru Hanum untuk mendaftarkan Hanum. sedangkan aku pergi jalan kaki melihat-lihat aktivitas di lingkungan baru ku. Aku juga sedang mencari apakah ada sebuah toko, Karena aku mau melamar pekerjaan .

Aku Melihat Warung Budhe Wiwit sudah buka, jadi aku mampir ke warung budhe Wiwit. kebetulan budhe Wiwit sedang menyapu halaman sekitar warung menggunkan sapu lidi yang sudah pendek karena mungkin sering patah dan rontok.

"Budhe!!! ", sapaku

Budhe Wiwit yang tadinya membungkus sedang menyapu kini ia langsung menegakkan badannya dan tersenyum lebar melihat kedatangan ku. budhe Wiwit mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan baju daster yang ia kenakan.

"Sini duduk!! ", ucap budhe Wiwit mempersilahkan aku untuk duduk.

Aku duduk di Kursi kayu pinggir warung agar bisa melihat waduk. Lalu aku mengamati beberapa orang memakai pakaian hitam pergi menuju jalan di samping waduk.

Ada jalan kecil atau jalan setapak di samping waduk, jalannya menuju sebuah hutan lebat yang dari arah warung budhe hanya nampak pepohonan rimbun hijau sekali ,hingga tidak nampak dalam hutan itu seperti apa karena begitu gelap. sinar matahari sepertinya tidak bisa masuk ke dalam hutan lebat itu.

Tetapi kini mata ku kembali menyoroti Beberapa orang memakai sarung hitam dan kemeja hitam tanpa memakai alas kaki. salah satu dari mereka membawa kresek hitam entah apa isinya.

Budhe menghampiri ku dengan membawakan teh hangat manis, lalu budhe duduk di sampingku.

"Em budhe, Itu Bapak-bapak pada ngapain jalan gak pakai sandal dan bajunya kembar hitam hitaman?", Tanya ku penasaran.

"Oh itu menuju Curug di sana!! ", jawab budhe dengan menujuk arah hutan yang gelap itu.

"Ada curug di balik hutan itu ya budhe? ", tanya ku lagi.

"Iya, arahnya setelah masuk hutan itu nanti belok kiri dan jalan nya lumayan sulit makanya jalan kaki! ", Jelas budhe

"Budhe pernah kesana? ", tanya ku

Seketika budhe langsung mengalihkan topik pembicaraan, padahal niat ku bertanya itu untuk memastikan apakah curug nya bagus, kalau bagus bisa tuh aku kesana untuk refreshing.

"Bunda sama adikmu tadi pergi kemana? tadi budhe lihat mereka lewat sini pakai sepeda motor? ", tanya budhe

"Mau daftarin Hanum ke sekolah, dia masih harus lanjut sekolah disini! ", jawab ku sambil meniupi teh hangat

"Oh, Terus kamu gak lanjut apa gimana? ", tanya budhe

"Lha iya ini budhe, hayun lagi cari info loker disini! ", ucap ku semangat sambil menaruh kembali gelas berisi teh yang mau ku minum.

"Ada loker nggak di sekitar sini, misalnya toko atau apa gitu? ", tanya ku

"Emm ada satu Kedai makanan yang selalu ramai dan dia orang kaya di desa ini! ", jawab budhe

"Dimana? ", Tanya ku

"Jalan saja lurus kesana, nanti ada lahan kosong tempat parkir mobil dan motor, nah disebelah nya itu Kedai Sate milik Pak Jarot! ", Jelas budhe

"Disitu biasanya ramai pembeli kalau hari Kamis dan jumat apalagi kalau tepat Malam jumat kliwon pasti ruame sekali! ", ucap budhe

" Budhe pernah coba sate nya?", Tanya ku

"Iya memang enak banget satenya, Cobain deh kalau gak percaya! ", Ucap budhe Meyakinkan ku

"Ih gak ah, hayun gak suka daging-dagingan, apalagi kambing sama sapi! ", ucapku dengan bergidik

"Lah wong aneh bocah iki, daging enak banget kok gak mau toh! ", ucap budhe kaget karena aku bilang gak suka daging.

"Aku sukanya sayur sama Ikan-ikan seafood budhe! ", ucap ku

" Yo wis budhe aku tak lihat-lihat kedai satenya dulu! ", ucap ku dengan menaik turunkan alisku karena aku memakai bahasa Jawa.

"Nanti sini lagi loh yo! ", Ucap budhe

"iya hayun nanti kesini lagi, toh tehnya hayun belum habis! ", Ucapku

"Habis pakai bahasa Jawa kok balik Indonesia lagi. pakai bahasa Jawa lagi Yun! ", ucap budhe mengejek ku

"Inggeh budhe! ", jawab ku sambil berjalan menuju kedai sate .

Sesampainya di depan kedai sate pak Jarot, aku melihat Ada enam mobil parkir di halaman kosong samping kedai sate nya.

Asap yang bercampur aroma khas sate membuat ku bergeleng-geleng kepala karena baunya begitu menyengat, karena memang aku tidak suka bau sate.

"Ini pasti bau sate kambing, sudah ketebak aromanya! ", Gumam ku dengan menutup hidung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!