Di pendopo.
Abirawa mengumpulkan warga, ketua Rt dan Rw, untuk membahas masalah maling yang menyatroni desa tempo hari. Warga duduk di bale kayu saling berhadap hadapan.
"Assalamualaikum!" sapa Birawa duduk bersila menghadap warga.
"Wa,alaikumsalam!" jawab mereka serempak.
Birawa mengangguk anggukkan kepalanya, kemudian ia memanjatkan doa, mengajak warga untuk berpikir cerdas, tenang, membuang semua pikiran buruk, tidak mudah terpengaruh oleh hal hal yang belum terjadi. Mengingatkan warga untuk selalu sumerah pada Yang Maha Kuasa.
...Taat sumembah kanu janten rama, sumujud tumut kanu janten ibu. Dihareupeun aya kasusah, ditukang pasti aya ka bungah....
...Bisi aya elmu kasungkur-sungkur, pangabisa nu can ka talaah, ajian nu...
...kasingkir-singkir, geura taluktik ti kiwari, geura kotektak ti ayeuna....
...Sanajan urang paanggang, hate mah paanjang-anjang. Sanajan urang...
...papisah, kanu maha kawasa mah urang sumerah kudu ibadah....
...Miindung ka waktu, mibapa ka zaman, niti wanci nu mustari, ninggal mangsa nu sampurna, kahirupan di dunya taya lian keur taqwa....
...Inditna ulah ngagidig, nyokotna ulah ngaleos, mawana ulah ngalengkah. Meredih tina ati, menta tina manah. Menekung kanu Maha Agung, muja brata kanu Maha Kawasa....
...Hirup katungkul ku umur, paeh teu apal dimangsa, numatak rinik-rinik kulit harti, cicing harti ngawincik diri, mun nyaah kana raga sing nyaho kana dasar agama....
...Jalma nu iman ka Pangeran, dimana datang bala sobar, datang untung...
...sukur...
"Amin!" ucap Birawa di akhir doanya.
"Amiin!!" sahut mereka serempak.
Desa pasir reungit, salah satu desa yang masih memegang teguh keyakinan adat istiadat leluhur suku sunda. Meski jaman semakin modern di luar desa tersebut, namun warga desa itu sama sekali tidak terpengaruh dan cara berpikir warga tidak terkontaminasi cara berpikir orang kota, begitu pula dengan adat dan keyakinan.
"Saya minta, kalian jangan bertindak gegabah, main hakim sendiri. Apapun yang terjadi, apa yang dilihat jangan pernah menimbulkan kepanikan. Saya minta kalian tetap berpegang teguh pada tradisi masyarakat desa pasir reungit untuk selalu mengutamakan musyawarah. Kalian paham!" seru Birawa.
"Paham abah!" sahut mereka serempak.
"Punten (maaf) abah, gimana kalau maling semalam? saya teh belum paham ucapan abah!" Komeng mengawali perbincangan.
"Saya juga, bah!" timpal Udin.
Suryadi dan bah Asep hanya diam mendengarkan dengan seksama.
"Intinya, kalian harus waspada. Jangan mudah terpengaruh." Jelas Birawa, menjelaskan kepada semua warga yang berkumpul. Langkah apa yang harus mereka ambil ketika ada hal yang membuat warga menjadi resah. Selain kewaspadaan, Birawa meminta para pemuda desa tersebut, yang memiliki ilmu bela diri untuk ikut ronda bergantian setiap malam.
Tak lama, musyawarah telah selesai. Di akhiri dengan doa keselamatan untuk semua warga, kemudian satu persatu warga mulai berpamitan pulang ke rumahnya masing masing.
"Bah Asep, rek kamana (mau kemana)?" tanya Komeng.
"Mau ke rumah mang Kardi. Katanya sakit, makanya nggak bisa datang ke sini." Kata Bah Asep.
"Nya atuh bah, sok mangga!" kata Komeng dan Udin.
Abah Asep dan Suryadi berbelok ke kanan jalan. Sementara Komeng dan Udin ke arah kiri jalan setapak. Mereka berdua berbincang bincang tentang maling. Tiba tiba langkah mereka terhenti di tengah jalan, melihat Rendi, putra Adhiguna warga kampung Cidahu.
"Hey, borokoko!" sapa Komeng menunjuk ke arah Rendi. "Kamu lagi apa liat liat kebun kopi bah Asep?" tanya Komeng, berjalan menghampiri di ikuti Udin.
"Di kebun kopi ngga ada perempuan, paling oge ganggarangan (binatang yang suka memakan ayam)!" sela Udin.
"Hahahaha!" komeng tertawa terbahak bahak di ikuti Udin.
"Ari kamu, memang saya tidak boleh main ke kebun kopi?" balas Rendi. "Saya teh habis dari rumah pak Lurah, kebetulan saja lewat sini!"
"Cig sana balik! nanti kamu di bawa kelong wewe(wewe gombel)!" Komeng mendorong bahu Rendi supaya menjauh dari kebun kopi bah Asep.
"Awas siah maneh(awas ya kamu!)" Rendi berjalan tergesa gesa meninggalkan Udin dan Komeng.
"Meng, asa rada aneh ya?" kata Udin. "Sekarang ini kita sering liat, Adhiguna tuan tanah dan anaknya berkeliaran. Belum si bule itu, saya sering liat."
"Bener Din!" kata Komeng. Kenudian mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah masing masing dan bersiap melakukan ronda nanti malam.
****
Malam pukul tujuh malam.
Cempaka dan Lilis, baru saja pulang mengaji di pendopo Birawa bersama anak gadis lainnya. Mereka berdua menyusuri jalan setapak membawa obor. Langkah mereka terhenti di ujung jalan, Lilis memeluk Cempaka erat.
"Alah siah jurik!" pekik Lilis menutup mata ketakutan.
Cempaka menatap tajam sosok pria tinggi di depannya yang tak lain adalah Ferro, yang sengaja jalan jalan di malam hari untuk melihat situasi desa tersebut.
Perlahan Cempaka berjalan mendekati Ferro. Sambil menyeret paksa tubuh Lilis yang memeluknya.
"Bukan jurik Lis, itu manusia." Bisik Cempaka.
Lilis membuka matanya, menoleh ke arah Ferro.
"Alah ning kang bule!" seru Lilis tersenyum lebar. "Kirain teh jurik!"
Ferro yang tidak mengerti bahasa yang mereka ucapkan hanya melongo sambil usap usap keningnya sendiri.
"Bengong!" Lilis menepuk lengan Ferro.
Ferro tersenyum lebar, lalu menunjuk dadanya setelah itu menunjuk ke belakang.
"Apa katanya, Cempaka?" tanya Lilis pelan.
"Mungkin maksudnya mau ke sana!" tunjuk Cempaka menggunakan dagunya.
"Oh, kamu teh mau ke sana kang bule? sok atuh!" kata Lilis, namun Ferro tidak memperhatikan, ia menatap dalam dalam wajah Cempaka yang terkena sinar obor yang di pegangnya.
"Beautiful." Gumam Ferro pelan namun jelas terdengar oleh Lilis dan Cempaka, dan berbeda arti.
"Apa yang ngebul?" tanya Lilis dan mengundang gelak tawa Cempaka.
"Bukan ngebul tapi si Epul!" timpal Cempaka.
"Oh mau ke rumah si Epul?" Lilis manggut manggut seolah olah mengerti.
"Dah yuk kita pulang, nanti si Abah marah." Ajak Cempaka.
"Yuk!" sahut Lilis.
Ferro menepi, memberikan jalan saat Cempaka dan Lilis melewatinya.
"Kang Bule, hayuk ah!" Lilis melambaikan tangannya. Ferro hanya menggelengkan kepala, lalu meringis karena tidak mengerti bahasa mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Tyas Quinta
epul 🤣🤣🤣🤣
2022-01-17
0
indira Permana
seru
2022-01-15
0
Ramdan
lanjut
2022-01-15
0