...🌻(Beri like dan komen)🌻...
Sementara di kantor, Sovia mulai bekerja. Sovia begitu serius menyalin dokumen-dokumen di atas meja dan ditemani oleh Dean. Sovia agak canggung ditatap terus oleh Dean, Sovia pun mulai mengajaknya berbicara.
"Hm ... nama kamu tadi Dean, kan?" tanya Sovia pada gadis kecil yang berdiri di samping mejanya. Dean hanya mengangguk tersenyum.
"Haha ... gadis kecil yang cantik." puji Sovia tersenyum sambil menyentuh pipi gadis itu. Dean pun membalas pujian Sovia.
"Kakak juga cantik,"
"Em, Kakak masih lama ya?" lanjut Dean bertanya kepada Sovia. Mungkin saja bisa mengajak Sovia menemaninya bermain.
"Eh! Panggil Bibi saja, tidak perlu kakak segala." Sovia merasa tak enak dipanggil Kakak diumurnya yang sudah 23 tahun.
"Tidak apa-apa kok, Kakak itu cantik jadi Dean tetap panggil kakak saja!" Kata Dean sedikit keras kepala.
"Haha baiklah, terserah kamu saja manis,"
"Oh ya, pekerjaanku juga masih lama, tidak masalah kan?" tanya Sovia sambil tersenyum, sikapnya yang lembut membuat Dean terus menempel padanya.
"Tidak apa-apa, Dean akan tunggu sampai selesai." balas Dean dengan tingkah lucunya.
"Baiklah, Dean duduk di pangkuan kakak ya, biar tidak capek berdiri, kakak juga bakal ajarin Dean main komputer." ucap Sovia lembut sambil tersenyum.
"Asiikk!" girang Dean bertingkah konyol.
"Jika dilihat-lihat dia memang mirip Deva. Seandainya putriku masih hidup pasti dia juga mirip dengannya." gumam Sovia memikirkan saudara kembar Deva yang meninggal lima tahun yang lalu setelah ia melahirkannya.
Sedangkan di meja lain, karyawan lainnya heran dengan anak presdir yang dapat bergaul dengan orang lain. Terutama Intan, sepertinya cemburu dengan Sovia yang sudah dapat mengambil hati Dean.
"Cihh, apa bagusnya sih dia!" celetuk Intan sebal.
Waktu terus berjalan, hingga malam pun tiba. Sovia menoleh ke arah sofa dan merasa kasihan melihat Dean tertidur pulas di sana.
"Masih kecil tapi sudah bisa datang ke perusahaan ayahnya, apakah ibunya tidak Kuatir." pikir Sovia melihat Dean tertidur pulas.
Disaat ingin menyentuh wajah gadis kecil itu, Sovia malah dikagetkan dengan kedatangan Raka.
"Pak Sam, bawalah Dean dan kamu! Jika selesai, maka pulanglah."
"Ba ... baik, Presdir." Sovia gugup tak berani menatap Raka karena atas kejadiian tadi pagi.
Raka berjalan mengikuti Pak Sam yang sedang menggendong Dean di punggungnya, tetapi matanya masih saja tertuju pada tingkah Sovia lalu dia pun meninggalkan ruangan tersebut.
"Hufftt, akhirnya selesai juga." Sovia meregangkan tangannya sambil melihat jam tangannya, ternyata Sovia sudah telat untuk pulang malam ini.
"Ahh! Bodoh! Kenapa aku bisa lupa waktu, aku harus segera membereskan ini semua, putraku pasti sedang menungguku, ini pertama kalinya aku meninggalkan dia terlalu lama."
Sovia segera membereskan dokumen di atas mejanya dan berlari keluar mencari motor miliknya.
🌻
🌻
Di waktu yang sama, ternyata Deva sedang menangis menunggu Ibunya membuat Vani dan Ibu Risma sungguh tak tahu untuk berbuat apa lagi, bahkan arwah gadis itu heran mengapa anak laki laki ini tiba-tiba menangis.
"Deva sayang, berhenti ya menangis, malu didengar tetangga." Vani kembali menenangkan Deva bahkan Ibunya saja mulai lelah menenangkan cucunya itu.
"Hikss ... hikss ... Bibi, Mami pasti sudah lupa dengan Deva." Deva menangis tak henti-hentinya dan terisak-isak.
"Dihh ... dasar cengeng, gini saja sudah menangis."
Gadis itu bukannya menghibur malah mengejek Deva.
Deva tak terima ucapannya dan semakin menangis sejadi-jadinya. Deva melempar semua bantal ke arah arwah gadis itu. Sedangkan Vani dan Bu Risma heran dengan tingkahnya yang aneh.
Beberapa detik kemudian, terdengar pintu diketuk. Vani segera mambuka pintu dan akhirnya Sovia pulang juga. Sovia sudah tahu dan mulai kuatir dengan keadaan Putranya.
"Vani! Dimana Deva?"
"Dia di kamar Vi, tidak tau kenapa dia menangis tak berhenti." jawab Vani sambil menutup pintu.
"Baiklah, aku pergi lihat dia dulu."
Sovia segera melempar tasnya ke sofa dan berjalan cepat ke kamar Deva. Disaat membuka pintu, Sovia tak menyangka dapat melihat Bu Risma sudah berada di samping Deva yang lagi memberontak.
"Eh, Ibu?"
"Nak, Ibu minta maaf."
"Iya Bu, tidak apa-apa. Biarkan aku saja yang tenangin Deva, Ibu pergilah istirahat. Hari sudah malam." Kata Sovia berusaha tenang.
"Baiklah Nak."
Bu Risma berjalan keluar kamar. Deva masih menangis membuat Sovia merasa bersalah. Sovia pun menyentuh kepala putranya lalu berusaha menenangkannya.
"Sayang, maafkan Mami ya." Sovia memeluk Deva.
"Mami, kenapa baru pulang, hikss ... hikss."
Tangisan Deva terisak-isak, sementara arwah gadis itu hanya duduk menyaksikan keduanya sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Deva. Sepertinya cuma Deva sendiri yang bisa melihatnya.
"Maaf ya, Mami kan kerja di kantor jadi pulangnya kemaleman, Deva jangan menangis ya sayang."
Sovia segera memeluk putranya. Deva merasa sedikit marah, bukan marah kepada Ibunya, tetapi kepada pemilik perusahaan di mana Ibunya bekerja.
"Deva tidak setuju! Mami cari kerja yang lain saja! Perusahaan itu tak bagus, pemiliknya mau memisahkan ku dengan Mami!"
Deva berdiri dengan nada marah tetapi terlihat menggemaskan membuat Sovia hanya tertawa kecil melihat putranya itu.
"Haha ... kamu ini, kalau Mami tidak kerja, nanti Deva tidak sekolah terus tidak makan juga."
"Tidak masalah, biar Deva yang cari uang buat Mami."
"Haha ... ya sudah, kalau gitu Deva tidur ya, biar cepat besar."
"Mami mau tidur di sini?" tanya Deva melihat Ibunya.
"Tentu saja. Sudah ya, Devanya tidur, ini sudah malam ya sayang."
Sovia memeluk putranya sambil tertidur. Sedangkan arwah gadis itu hanya bisa duduk memperhatikan mereka berdua. Dia mengejek tingkah perilaku Deva yang manja terhadap Ibunya sendiri. Deva pun merasa risih dengan kehadiran arwah gadis tersebut.
"Ternyata Anak Mami toh ...."
"Kamu pergilah, jangan ganggu aku!"
Sovia kaget melihat putranya yang kadang berbicara sendiri dan bertingkah aneh. Sovia pun mengerakkan pelukannya agar putranya dapat tertidur pulas.
"Deva sayang, tidur ya ... kalau tidak tidur, Mami pindah!"
"Baik, Deva tidur."
Deva memeluk Ibunya lalu melihat sebentar gadis itu dan berbalik tak peduli sambil memejamkan matanya. Gadis hantu tersebut merasa sangat kesal sebab Deva malah mengabaikannya.
...****...
...Jangan lupa, Like, Komen, Dan Vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
vo
Lanjut
2021-04-13
4
So Ghanzi27
seru
2021-03-02
1
ฅ(๑*▽*๑)ฅ
tuh kn pasti semua ini ada hubungannya sm bu risma kalau dean sama deva itu saudara kembar, hantunya juga napa marah coba kn itu ibunya neng hhhh
2021-02-17
1