...🌻[Beri like dan Vote]🌻...
Deva dengan raut wajahnya yang sedih sedang memikirkan siapa dan di mana ayahnya sekarang. Deva berjalan lalu duduk di samping Bibinya yang lagi sibuk menonton TV. Deva memberanikan dirinya menanyakan tentang Ayah kandungnya.
"Bibi!" panggil Deva di samping Vani.
"Hemm! Ada apa sayang?" jawab Vani tak menoleh melihatnya.
"Di mana Ayahku berada? Apakah Ayahku sudah meninggal, Bi?"
Deva bertanya pada Vani, namun jawaban yang dia terima tidak membuahkan hasil, bahkan Ibunya saja tak tahu di mana Ayahnya berada. Vani cuma terdiam sebentar lalu menjawabnya.
"Deva, maafkan Bibi ya," Vani memeluk Deva yang ingin menangis.
"Bibi juga tak tahu sayang di mana Ayahmu."
Deva lepas dari pelukan Bibinya lalu berdiri berjalan meninggalkan Vani kemudian masuk ke dalam kamar miliknya.
Krek!
Pintu dibuka perlahan oleh tangan kecilnya dengan raut wajah yang sedih berjalan ke arah tempat tidurnya.
"Huftt ...." Deva menghubuskan sebentar nafas sambil duduk di tepian tempat tidurnya. Deva memandang jendela di hadapannya dengan pandangan kosong, lalu terdengar suara dari dalam lemarinya.
Sreek!
"Siapa itu?"
Deva terkejut tak ada orang lain di kamar ini selain dirinya, dia memberanikan mendekati lemari, ketika membukanya tak ada sesuatu yang mencurigakan. Disaat Deva menutup kembali, entah dari mana terasa hembusan angin yang begitu dingin melewati dirinya.
"Kenapa terasa dingin, musim panas masih panjang, apa jangan-jangan ada yang iseng?" Deva mulai curiga jika ada yang ingin mengganggunya. Memang bocah itu bisa melihat hal-hal aneh yang tak dapat dilihat oleh orang lain di luar sana.
🌻
🌻
Dilain tempat, Sovia masih mencari lowongan kerja, namun belum juga mendapatkan kesempatan yang bagus untuknya.
"Hari ini kenapa tak ada satupun yang mau menerimaku,"
Sovia mulai putus asa.
"Baiklah, aku tak boleh menyerah begitu saja, ini hari pertamaku kembali di kota ini, aku harus semangat!" lanjut Sovia percaya diri melihat ke atas langit. Namun, Sovia kembali dengan raut wajah tak karuan. Ternyata, Sovia ditolak kembali. Sovia hampir menyerah namun disaat berjalan menuju motornya, sebuah poster jatuh tepat di hadapannya, ternyata perusahaan Welfin sedang mencari karyawan baru.
"Ya ampun, ternyata perusahaan yang dikatakan oleh Vani rupanya sedang kekurangan karyawan, lebih baik aku segera ke sana."
Perasaannya lega dan segera menuju perusahaan itu dengan motornya. Sesampainya di sana, Sovia takjub dengan gedung besar di hadapannya.
"Wow ... sungguh mewah, jika aku berkerja di sini, maka kehidupanku bisa berubah dan cukup untuk membiayai putraku nanti,"
"Siapa ya pemilik gedung ini, pasti sangat beruntung menjadi salah satu anggota keluarga dari perusahaan ini." Sovia bergumam dan masih melihat gedung tinggi di hadapannya.
Sovia masih terdiam menatap perusahaan itu. Tanpa waktu lama, Sovia segera berjalan masuk dan tak disangka begitu banyak orang yang datang melamar ke perusahaan Welfin.
"Sungguh ramai di sini, bagaimana aku bisa diterima jika seperti ini."
Sovia berusaha maju untuk memberikan berkas-berkas miliknya. Sedangkan, wanita-wanita di sampingnya sibuk bergosip tentang penampilan Sovia yang biasa-biasa saja.
"Haha ... lihat dia, dia pasti tidak bakal diterima dengan penampilannya seperti itu, aku yakin dia pasti akan ditolak secara langsung." Wanita berambut pendek itu menertawainnya diam-diam.
"Tentu saja, perusahaan ini terbilang sangat bagus untuk memilih karyawan yang lebih berkualitas," jelas wanita yang lain-Nya.
Namun, Sovia tak peduli, ia tetap sabar mendengar ucapan mereka.
"Hem ... lebih baik tak usah mendengarnya, aku harus fokus dan siap menunggu laporan selanjutnya."
Sovia berdiri tak sabar, berdoa dan terus berdoa agar dia dapat diterima di perusahaan itu.
🌻
🌻
Sementara di waktu yang sama, Raka sang Presdir mulai bersiap berangkat ke perusahaan. Terlihat Putrinya menarik tangannya ingin ikut dengan ayahnya itu.
"Papi, Papi! Pasti mau ke kantor, kan?" tanya gadis kecil itu.
"Dean, ikut yah ... Piih!" lanjutnya merengek manja menarik tangan ayahnya. Karena tak tega melihat wajah putrinya yang imut dan manis, Raka pun mengizinkannya.
"Baikhlah, tapi jangan seperti kemarin!" tegas Raka menaikkan jari telunjuknya.
"Tentu tidak, Dean janji!" Dean mengangkat dua jarinya sambil tersenyum manis. Raka berjalan keluar diikuti putrinya dan Pak Sam. Mereka menaiki mobil dan menuju ke perusahaan milik-nya.
"Yesss! Berhasil, hehe." Dean senang telah berhasil ikut dengan ayahnya, akan tetapi Raka dapat mendengar apa yang dipikirkan oleh putrinya. Raka dengan sikap coolnya menyuruh Pak Sam berputar kembali.
"Pak Sam, putar balik!" pinta Raka pada Pak Sam yang sedang mengemudi mobil. Dean tentu kaget mendengar perkataan Ayahnya. Dean mulai menangis sejadi-jadinya sambil mengucek kedua matanya.
"Huaaa Papii! Dean mau ikut ... Dean tidak mau di rumah, hikss ...." tangis Dean manja.
"Baikhlah, tapi ingat! Jangan berbuat rusuh setelah kita tiba di sana!"
Raka menyetujuinya. Dean cuma mengangguk melihat Ayahnya. Seberapa pun Dean berusaha, Ayahnya pasti akan tahu apa yang dirinya pikirkan. Dean memang anak kandung Raka, namun kemampuan Ayahnya ternyata tak diturunkan untuknya.
Hal ini sudah ketentuan dari turun-temurun bahwa anak yang sudah lahir akan diberikan kelebihan yang sama dan itu cuma akan diberikan kepada salah satu dari anak mereka. Dan itu sangat jelas karena paman Raka sendiri atau bisa dibilang kakak dari Ibunya Raka memang memiliki kelebihan tersebut. Dan Ibunya Raka tak memilikinya seperti halnya Dean.
Akhirnya Raka telah tiba, ia melihat begitu banyak orang yang ingin bekerja di perusahaannya. Namun, Raka tidak peduli dengan mereka dan tetap berjalan menuju lift bersama putrinya. Para Wanita yang melihat Raka, mereka histeris kagum melihat ketampanan dari Presdirnya itu.
"Wahh ... dia ganteng bangetttt!"
Sedangkan Sovia yang sibuk berpikir, apakah dia akan di terima atau tidak, malah melewati kesempatan untuk melihat Raka.
Kini Raka telah berada di kursi miliknya, menanyakan pada Pak Sam tentang siapa Karyawan yang akan terpilih.
"Bagaimana?"
"Semua berkas ada di sini, Tuan muda tinggal memilihnya saja." jawab Pak Sam.
"Hem! Baiklah, aku lihat terlebih dahulu."
Raka duduk santai di ruangannya, kini ia mulai melihat-lihat berkas yang ada di atas meja. "Ternyata begitu banyak yang mendaftar." Raka yang sibuk membuka satu persatu dokumen sontak matanya tertuju pada sebuah lembaran.
"Diaaa?"
...***...
...Jangan lupa, Like, Komen, Dan Vote!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Raka sma deva pda punya indra kesepuluh😅😅
2023-01-24
0
U. Boy
keberanian mira mungkin yg turun ke dean
2022-09-11
0
Ulfa Puspita
devan dan dean kenapa bisa terpisah ya.. kan mereka kembar
2021-07-27
0