Kecelakaan

Setelah makan siang yang hangat dan penuh canda tawa, keluarga kecil itu pindah ke ruang keluarga. Mama duduk sambil memijat kakinya pelan, Jelita rebahan di sofa sambil memeluk bantal, dan Jordi sibuk main game di HP-nya.

Sementara itu, si Mochi, kucing kesayangan keluarga yang bulunya putih seperti salju, duduk manis di atas karpet, menatap layar ponsel mainan yang biasa dimainkan Jelita. Seolah-olah dia juga sibuk seperti manusia.

“Lit, itu si Mochi ngapain sih? Gaya banget kayak lagi kerja,” celetuk Jordi.

Jelita tertawa kecil, “Dia lagi chat-an di grup WA, Kak.”

Jordi ikut tertawa, “Grup apaan coba?”

Jelita menjawab dengan nada main-main, “Namanya ‘Meow Talk Squad’, isinya para kucing komplek. Mereka ngobrolin gosip, makanan enak, dan cara ngusir anjing tetangga.”

“Hahaha, Mochi ketuanya ya?” sahut papa yang sedang mengenakan jasnya kembali.

“Tentu dong. Mochi kan paling nyentrik,” kata Jelita sambil mengelus kepala si kucing.

Papa tersenyum, lalu berdiri sambil mengecek jam tangannya. “Oke, Papa pamit kerja lagi ya, sayang. Ada klien nunggu di kantor.”

“Loh, baru juga duduk,” keluh mama.

“Namanya juga cari nafkah,” sahut Papa sambil mengecup kening mama. “Jelita, Jordi, jaga mama ya.”

“Siap, Pa!” jawab mereka bersamaan.

Tak lama kemudian, suara pintu depan kembali terdengar, menandai kepergian sang kepala keluarga.

Jelita masih duduk di sofa ruang keluarga, ponselnya di tangan sambil sesekali tertawa kecil. Sang mama melirik heran dari arah kursi seberang.

“Kamu ketawa-ketawa sendiri, Lit. Lagi ngapain sih?” tanya mama sambil melipat selimut kecil di pangkuannya.

“Chat-an di grup, Ma. Seperti biasa sahabat Jelita,” jawab Jelita santai.

Jordi yang duduk di lantai sambil bersandar ke sofa, langsung menoleh. “Grup apaan namanya?”

Jelita nyengir, “Four Sambat Tapi Canda.”

Jordi mengangkat alis. “Apaan tuh nama grup? Nyeleneh banget.”

Jelita cuma cengengesan, lalu kembali membaca isi obrolan di grupnya.

...Four Sambat Tapi Canda...

📥 Gladis Iyuuuh

Aku sumpah ya, baru juga masuk kelas udah disuruh maju ngerjain soal. Belum move on dari nasi uduk tadi pagi 😔

📥 Prilly Ganjen

Aku lebih parah, baru duduk lima menit, disuruh ambil tugas ke ruang guru. Padahal belum sempet pakai lip tint 😭

📥 Fuji Tukang Makan

Kalian menderita, aku sih lapar 🤤

^^^Me 📤^^^

^^^Fuji, kamu laper terus. Hidupmu gak jauh-jauh dari perut 🤭^^^

📥 Fuji Tukang Makan

Biarin, dari pada aku makan kalian semua 😎

📥 Gladis Iyuuuh

Yu berani makan si Jelita. Belum juga lu makan dia, Yu duluan yang ditendang Jelita ke ruang angkasa 🤣

📥 Prilly Ganjen

Aku gak mau ikutan loh 🫣

^^^Me 📤^^^

^^^Hemph🗿^^^

Jelita cekikikan lagi. Jordi melirik ke arahnya.

“Udah ah, ketawa-ketawa mulu. Nanti malam ketindihan loh,” godanya.

“Halah, Kak Jordi sirik karena gak punya grup lucu,” balas Jelita sambil menjulurkan lidah.

Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua anaknya yang seperti tak pernah akur, tapi justru itulah yang membuat rumah selalu ramai.

“Udah-udah, jangan ribut terus. Ini masih jam santai, bukan jam debat,” ujar mama menengahi.

Jordi menoleh ke arah Jelita yang masih duduk santai di sofa sambil memainkan ponsel.

"Lit, keluar yuk. Jalan bentar, shopping. Aku pengin beli sepatu baru," ajaknya sambil berdiri dan merenggangkan badannya.

Jelita langsung menoleh, matanya berbinar. "Ayooook!" serunya antusias, langsung berdiri juga.

Mama yang duduk sambil membaca majalah, ikut menyimak percakapan mereka. "Lho, kalian mau ke mana?"

"Mau shopping, Ma," jawab Jordi.

"Mama ikut enggak?" tanya Jelita sambil menghampiri mama dan duduk di sampingnya.

Mama menggeleng pelan, tersenyum. "Nggak ah, Mama di rumah aja. Kalian aja yang jalan-jalan. Sekalian ngadem keluar."

"Oke deh, nanti pulangnya kami beliin terang bulan kacang coklat kesukaan mama, ya," goda Jelita sambil mencium pipi mama.

Jordi sudah berdiri di depan pintu, menggoyang-goyangkan kunci mobil di tangannya. “Ayo cepetan, sebelum mall-nya tutup.”

Jelita langsung melesat ke kamarnya untuk mengambil tas, lalu kembali turun dengan cepat. Mereka pun berangkat, meninggalkan rumah.

Sesampainya di mall, Jordi langsung melangkah cepat menuju toko sepatu favoritnya di lantai dua. Jelita mengikutinya dengan langkah ringan, matanya celingukan melihat suasana mall yang cukup ramai sore itu.

“Tuh kan, masih ada diskon,” ujar Jordi senang, langsung masuk ke toko sambil melihat deretan sepatu pria.

Jelita ikut masuk, tapi pandangannya langsung tertarik pada rak sepatu wanita di sisi seberang. “Aku cari punyaku sendiri ya, Kak,” ucapnya tanpa menunggu jawaban.

“Yaudah, jangan lama-lama milihnya,” sahut Jordi sambil mulai mencoba beberapa model sneakers.

Jelita tertawa pelan, lalu menuju rak sepatu wanita. Matanya tertumbuk pada sepasang sepatu flat cokelat dengan pita kecil di depan.

“Lucu banget ini,” gumamnya sambil mengambil satu pasang dan mencobanya.

Seorang pegawai mendekat, “Mau dibantu, Kak?”

“Hm, boleh. Ini ada size 38-nya nggak ya?” tanya Jelita sopan.

“Saya cek dulu ya, Kak,” jawab pegawai itu sambil tersenyum ramah.

Di sisi lain, Jordi sedang berdiri di depan cermin besar sambil melihat sepatunya dari berbagai sudut.

“Lit, cepet dong liatin, ini keren nggak?” serunya dari kejauhan.

Jelita melongok dari balik rak, lalu mengacungkan jempol. “Keren, Kak! Tapi coba lari dulu deh, biar tahu kalau dipakai kabur bisa cepat apa nggak!”

“Dasar bocah,” balas Jordi, tertawa sambil geleng-geleng kepala.

Suasana mereka begitu hangat dan menyenangkan. Seperti dua sahabat yang tak pernah kehabisan bahan bercanda, meski kenyataannya mereka kakak-adik.

Langit mulai menggelap ketika mobil yang dikendarai Jordi dan Jelita melaju di jalan pulang. Lampu-lampu jalan mulai menyala, menerangi perjalanan mereka yang sunyi setelah seharian berjalan-jalan dan belanja.

Jelita duduk di kursi penumpang depan, tertawa kecil sambil membuka kotak sepatu barunya.

“Kak, sepatu ini lucu banget kan? Nggak nyangka ada yang diskon segede itu,” ujarnya sambil melirik Jordi.

Jordi tersenyum, satu tangan di kemudi, satunya lagi memegang botol minum. “Iya, kamu yang paling jago nyari barang diskon. Untung aku bawa kamu.”

Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar suara klakson panjang dan keras. Mata Jordi langsung terfokus ke spion tengah.

“Eh, mobil belakang itu...” gumamnya panik.

BRAAAAKK!!

Suara dentuman keras memecah keheningan. Mobil mereka terpental ke depan, tubuh Jelita terlempar menghantam dasbor dengan keras. Kepalanya terbentur sudut dasbor, dan darah langsung mengalir deras dari dahinya. Tubuhnya terkulai lemas, sabuk pengaman tak cukup kuat menahan benturan.

Jordi juga terhempas ke depan, kepalanya membentur setir mobil. Meski pening dan nyeri luar biasa menusuk pelipisnya, ia masih sadar, terengah-engah sambil berusaha menoleh ke sisi kiri.

“Jelita...” bisiknya pelan.

Saat dilihatnya tubuh adiknya yang bersimbah darah, matanya membelalak. “Je... Jelita!!”

Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh bahu adiknya, tubuh Jelita lunglai, tak merespons. Darah mengalir melewati pelipis dan membasahi leher dan baju yang ia kenakan. Wajah ceria yang tadi tertawa bersamanya, kini terpejam.

“JELITAAA!!” teriak Jordi, suaranya pecah penuh ketakutan dan kepanikan.

“Bangun dong, Lit, Bangun!! Jangan tidur!!” tangisnya pecah, air matanya jatuh deras, campur aduk dengan darah yang menodai tangan dan bajunya.

Ia memeluk tubuh adiknya yang mulai dingin, meski rasa sakit di kepalanya makin menjadi. Tapi hatinya jauh lebih sakit melihat adiknya tak sadarkan diri di pelukannya.

Orang-orang mulai berkerumun. Sirene ambulans mulai terdengar samar dari kejauhan. Tapi bagi Jordi, dunia terasa seperti runtuh. Satu-satunya adik yang ia jaga sepenuh hati, kini tergeletak tak berdaya di pelukannya.

“Jangan tinggalin Kakak, Lit... Kakak mohon...” bisiknya lirih, masih memeluk tubuh adiknya erat.

Tolong di vote karya terbaru author guys.

Terpopuler

Comments

❤️‍🔥

❤️‍🔥

Tamatin yg "time travel dokter modern ke zaman kuno" dulu dong kak

2025-04-17

3

Musdalifa Ifa

Musdalifa Ifa

bawangnya bikin air mataku keluar😭

2025-04-17

0

Viona Syafazea

Viona Syafazea

lahhh mochi mah kucing aku tapi punyaku oyen.. /Facepalm//Facepalm/

2025-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!