"Kamar mandinya ada di sana, kalau kamu ingin membersihkan tubuhmu. Tidak apa-apa, pakai saja untuk sementara. Itu kamar mandi saya," kata Maya sambil menunjuk ke arah kamar mandi.
"Terima kasih banyak, Mbak Maya. Saya benar-benar merepotkan," ucap Roni sopan.
"Ah, tidak apa-apa. Anggap saja seperti rumah sendiri. Omong-omong, tujuan kamu ke kota ini apa, kalau saya boleh tahu?" tanya Maya, penasaran.
"Saya datang untuk melanjutkan kuliah, Mbak. Kebetulan dapat beasiswa di salah satu kampus besar di sini. Sekalian juga ingin mencari pekerjaan," jelas Roni sambil tersenyum, senyum yang membuat Maya sejenak terdiam.
"Begitu, ya? Tapi hati-hati, ya. Jakarta itu keras. Banyak hal yang mungkin belum kamu tahu, apalagi kalau tidak punya kenalan," nasihat Maya dengan nada lembut.
"Iya, Mbak. Tapi saya beruntung bisa bertemu orang baik seperti Mbak, jadi saya lebih tenang," jawab Roni sambil tersenyum lagi.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Tok! Tok! Tok!
"Mbak, apa saya perlu sembunyi? Takutnya orang salah paham," kata Roni sedikit panik.
"Tidak perlu. Kamu tetap di sini saja. Mungkin itu salah satu penghuni kos. Saya akan bukakan pintunya," ucap Maya tenang.
Saat pintu dibuka, tampak seorang pemuda berdiri di sana. "Mbak, atap kamar saya bocor. Air hujan masuk," kata pemuda itu, yang ternyata bernama Bayu.
"Oh, begitu. Tunggu sebentar ya. Nanti saya minta Pak Hasim untuk memperbaikinya," jawab Maya.
Roni yang mendengar hal itu segera menawarkan diri. "Maaf, Mbak, saya dengar tadi ada masalah atap bocor. Boleh saya bantu lihat?"
"Kamu bisa perbaiki atap?" tanya Maya, heran.
"Kebetulan di kampung saya sering bantu-bantu perbaiki atap. Insyaallah bisa," jawab Roni yakin.
"Tapi ini lagi hujan. Nanti kamu sakit. Lagipula kamu baru sampai, istirahat dulu saja. Biar nanti tukang kami yang urus," saran Maya.
"Tidak apa-apa, Mbak. Saya bisa atasi. Yuk, Bayu, tunjukkan kamarnya," kata Roni penuh semangat.
Bayu pun membawa Roni ke kamarnya. Setelah mengambil tangga dan memeriksa bagian atas, Roni menemukan beberapa genteng pecah. Ia segera menggantinya. Namun, saat berada di atas, ia mendengar suara dari kamar sebelah yang cukup mencolok.
"Astaga, suara mereka bisa sekeras itu? Mengalahkan suara hujan," gumam Roni dengan senyum kecil.
"Sudah, atapnya tidak akan bocor lagi," ucap Roni ketika turun.
"Terima kasih, Bang. Oh ya, saya baru pertama lihat Abang. Orang baru ya?" tanya Bayu.
"Iya, saya Roni. Asalnya dari kampung. Lagi cari tempat tinggal, dan Mbak Maya izinkan tinggal sementara karena belum ada kamar kosong," jawab Roni.
"Oh, begitu. Kebetulan yang di kamar sebelah mau pulang kampung. Jujur, saya sering terganggu dengan suara-suara dari kamarnya tiap malam," keluh Bayu.
Roni tersenyum, teringat suara serupa saat di atap.
"Nggak ada aturan ya soal bawa pasangan ke kos?" tanya Roni.
"Haha, di sini bebas, Bang. Asal nggak ganggu orang lain," jawab Bayu santai.
"Pantas. Kamu sendiri kenapa nggak ajak pacar?" goda Roni.
"Haha, saya anak baik-baik, Bang. Belum kepikiran pacaran," sahut Bayu sambil tertawa.
Setelah ngobrol sebentar, Roni pamit. "Saya mandi dulu, Bayu. Badan saya basah. Besok kita ngobrol lagi, ya."
"Siap, Bang. Jangan lupa main ke sini lagi."
Saat kembali, Maya sudah menunggu. "Roni, ayo makan. Saya sudah masak," ajaknya ramah.
"Astaga, saya merepotkan sekali, Mbak. Saya bisa beli makanan sendiri kok."
"Sudah, sini. Jangan banyak bicara," kata Maya sambil tersenyum.
Roni melihat ke arah meja makan, namun matanya tanpa sengaja tertuju pada Maya yang mengenakan pakaian santai. Ia menunduk cepat, malu pada pikirannya sendiri.
Maya menyadari tatapan itu dan hanya berdehem kecil. Khem! Menyadarkan Roni dari lamunannya.
Setelah makan malam, Maya meminta bantuan Roni membawa piring ke dapur.
"Tolong bawakan piring-piringnya, ya. Saya mau mencuci."
Roni menurut. Namun saat mengikuti Maya dari belakang, pikirannya mulai tak karuan. Tubuh Maya yang mungil dan anggun membuat hatinya bergolak.
Tanpa sadar, Roni memeluk Maya dari belakang. Tangannya gemetar.
Maya terdiam sejenak, lalu menoleh dengan senyum tipis. "Roni... apa yang kamu lakukan?"
"Maaf, Mbak... saya nggak bisa menahan perasaan saya," bisik Roni, pelan.
Suasana menjadi hening dan tegang. Maya menatapnya dengan dalam, tapi tak menunjukkan kemarahan.
"Mbak... izinkan saya. Hanya malam ini saja... saya terlalu mengagumi Anda," ucap Roni lirih.
Maya tersenyum kecil, menggoda. "Bukannya tadi di kamar mandi kamu sudah... menyelesaikannya sendiri?" candanya.
"Mbak, kok tahu?" Roni panik.
"Suaranya terdengar jelas," jawab Maya tenang. Tapi Roni sudah tak bisa menahan diri. Ia mendekat dan memeluk Maya lebih erat, mencium lehernya dengan lembut.
"Roni... tunggu. Saya mau selesaikan cucian dulu," ucap Maya dengan suara sedikit bergetar. Tapi Roni hanya memandangnya dalam-dalam, lalu mulai menuruni tangannya.
Maya tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia memegang tangan Roni, lalu membisikkan, "Kita lanjut di kamar, ya."
Tanpa berkata, Roni menggendong Maya dan membawanya ke kamar. Ciuman mereka menyatu, menyimpan seluruh hasrat yang tak bisa lagi dipendam.
Di kamar, suara hujan di luar menjadi latar malam yang akan mengubah hubungan mereka selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments