5

Setiap hari, aktivitas di atas ranjang antara Mbak Maya dan Roni terus berlanjut tanpa henti. Hubungan mereka tidak pernah dibahas lebih jauh, karena apa yang mereka lakukan dianggap semata-mata untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu, Mbak Maya tidak pernah cemburu meskipun Roni sering menceritakan tentang teman-teman wanitanya di kampus.

"Roni, coba lihat ini. Aku membelikanmu pakaian baru. Kayaknya cocok buat kamu pakai ke kampus," ujar Mbak Maya sambil menunjukkan baju yang telah dibelinya.

"Astaga, Mbak. Mbak tidak perlu repot-repot. Saya jadi nggak enak," balas Roni.

"Kamu ini, ya. Sudah berapa kali aku bilang jangan menolak pemberianku? Walaupun hubungan kita sebatas teman, aku sudah menganggap kamu bagian dari hidupku. Kehadiranmu mengisi kekosonganku selama ini. Jadi, jangan menolak lagi, ya. Aku melakukan ini karena tahu kamu belum bekerja. Lagi pula, kamu nggak malu pakai baju yang itu-itu saja?" ceramah Mbak Maya panjang lebar.

"Baiklah, Mbak. Terima kasih sudah mengerti saya," jawab Roni, semakin tidak enak hati atas semua kebaikan Mbak Maya.

Keesokan harinya, Roni bersiap untuk pergi camping bersama Bobi. Pagi-pagi sekali, ia sudah menyiapkan pakaian dan perlengkapan lainnya. Melihat itu, Mbak Maya mengira Roni akan meninggalkannya.

"Kamu mau pergi ke mana? Apa kamu…?"

"Bukan, Mbak. Saya ada janji dengan Bobi untuk camping, cuma dua hari kok. Mbak tenang saja, saya nggak akan meninggalkan Mbak," potong Roni, menyadari kekhawatiran Mbak Maya dari raut wajahnya.

"Begitu, ya? Aku kira kamu mau meninggalkan aku," jawab Mbak Maya, sedikit lega.

"Kan cuma dua malam saja, Mbak. Mbak bisa, kan, tanpa saya?" goda Roni.

"Harusnya aku yang tanya begitu," balas Mbak Maya sambil tersenyum genit. "Tapi kalau kamu nggak tahan, pulang saja," lanjutnya.

"Ya sudah, Mbak. Saya berangkat dulu," kata Roni sambil berjalan keluar.

Mbak Maya kemudian mengambil sejumlah uang dari dompetnya. "Ini tambahan uang, siapa tahu kamu ingin beli sesuatu di sana," ujarnya.

"Ah, nggak usah, Mbak. Mbak sudah memberi saya tempat tinggal. Itu sudah lebih dari cukup. Lagi pula, saya nggak sering jajan," tolak Roni sopan.

Klakson mobil Bobi terdengar dari luar. "Mbak, saya jalan dulu, ya," pamit Roni.

"Hati-hati, sayang," ucap Mbak Maya tanpa sadar. Kata itu membuat Roni menatapnya. "Astaga, maaf. Saya kelepasan. Kalau kamu nggak nyaman…"

"Tidak apa-apa," kata Roni sambil mengecup bibir Mbak Maya. "Saya berangkat dulu, ya."

Setelah bertemu Bobi, Roni masuk ke mobil yang sudah berisi Miya dan Seli. Saat di perjalanan, Bobi memberikan Roni sebuah ponsel. Awalnya Roni menolak, karena ia tidak terbiasa menggunakan benda itu, tetapi Bobi memaksa. "Ini penting supaya kita mudah berkomunikasi," jelas Bobi.

Setelah perjalanan beberapa jam, mereka sampai di lokasi camping. "Nah, ini tempatnya. Indah, bukan?" ujar Bobi.

"Astaga, indah sekali. Ini mengingatkan saya pada kampung halaman saya," kata Roni.

Bobi pun mengusulkan untuk mengunjungi kampung Roni saat liburan tahun depan. Mereka kemudian mendirikan tenda bersama sebelum menikmati pemandangan sekitar.

Roni mencoba mengajak Miya mandi di pantai, tetapi Miya menolak. Setelah beberapa kali bujukan, akhirnya Miya ikut basah setelah Roni memercikkan air ke arahnya. Di saat itulah Miya mulai membuka diri dan lebih banyak bicara serta tertawa bersama Roni.

Mereka begitu asyik mandi di tepi pantai yang indah hingga lupa bahwa mereka telah menghabiskan waktu cukup lama di sana. Terlihat Miya mulai membuka diri kepada Roni, tidak seperti sebelumnya yang hanya diam saja.

"Hai, kalian! Ayo naik dulu, kita makan bersama," panggil Bobi, memanggil mereka untuk mengisi perut.

"Sepertinya kakakku memanggil kita. Ayo, kita menepi," ajak Miya, dan mereka pun berjalan ke tepi pantai.

"Hai, kalian! Kapan masaknya? Kenapa gak manggil kami dari tadi?" tanya Roni saat melihat makanan sudah tersaji di depan mereka.

"Sudah dari tadi, lagian aku dibantu Seli. Tidak enak mengganggu keasyikan kalian," jawab Bobi sambil tersenyum.

"Wah, kalian ini, gak ngajak-ngajak!" ucap Roni lalu segera mulai makan bersama mereka.

Setelah menikmati makan malam, mereka kembali menikmati keindahan alam di tempat itu sampai hari mulai gelap.

"Kalian, kalau mau membersihkan tubuh, di sana ada sungai kecil. Airnya bersih kok. Tadi aku dan Seli sudah memeriksanya saat mengambil foto," ujar Bobi, memberitahu Roni dan Miya.

"Baiklah, ayo Miya, kita bersihkan tubuh dulu. Rasanya gak nyaman kalau belum membasuh tubuh dari air laut," ajak Roni, dan Miya pun mengikuti.

Sesampainya di sungai kecil yang dimaksud Bobi, Roni meminta Miya untuk lebih dulu membersihkan tubuhnya sementara dia akan menunggu.

"Ayo, kamu duluan. Nanti aku setelah kamu," kata Roni.

"Tidak apa-apa, barengan saja. Lagipula aku gak melepas pakaian kok. Nanti ganti bajunya di tenda," ujar Miya. Karena Miya berkata begitu, mereka pun bersama-sama membasuh tubuh di sana.

Saat sedang membasuh tubuh, Roni tanpa sengaja menyadari bahwa Miya tidak mengenakan pakaian dalam. Hal itu terlihat jelas karena baju Miya menjadi transparan setelah terkena air. Roni mencoba menahan diri agar tidak terlalu memperhatikannya.

Miya yang menyadari arah pandangan Roni langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

"Maaf, aku tidak bermaksud melihat. Tapi itu sangat jelas, Miya. Apa kamu tidak memakai pakaian dalam?" akhirnya Roni bertanya.

"Tidak apa-apa, aku memang tidak terbiasa memakai dalaman," jawab Miya dengan suara malu-malu sambil tetap menutupi tubuhnya.

"Itukah alasanmu tadi menolak mandi bareng di pantai? Astaga, aku minta maaf ya, aku gak tahu soal itu," ucap Roni yang akhirnya menyadari alasan Miya.

Miya hanya mengangguk malu.

"Sudah, tidak apa-apa. Jangan malu, kita kan teman, jadi santai saja. Aku bukan tidak tertarik dengan tubuhmu, tapi aku bisa menahannya kok. Hehe," canda Roni untuk membuat Miya lebih rileks.

Setelah merasa cukup, mereka pun kembali ke tenda. Di sana, mereka melihat Bobi sedang menyiapkan kayu bakar untuk dijadikan api unggun malam itu. Malam pun tiba, Bobi, Roni, Miya, dan Seli duduk bersama di depan api unggun sambil bercerita tentang pengalaman dan masa kecil mereka.

Terlihat Roni sangat bahagia karena sejak kecil ia jarang memiliki teman seperti Bobi, Miya, dan Seli yang bisa menerima dirinya dengan tulus.

"Sayang, aku ngantuk. Aku tidur duluan ya," ucap Seli yang sudah mulai mengantuk.

"Roni, sepertinya aku juga sudah mengantuk. Aku tinggalkan kalian berdua ya," ujar Bobi. Padahal ia tidak benar-benar mengantuk, tapi ingin menikmati waktu bersama Seli. Roni yang mengerti tentu saja mempersilakan mereka untuk tidur lebih dulu, meninggalkan dia dan Miya yang masih berbincang.

Miya sekarang terlihat lebih ceria, tidak seperti sebelumnya yang cenderung pendiam. Bahkan, ia lebih banyak berbicara dan tertawa. Hal itu tidak luput dari perhatian Roni.

"Tidak salah aku memilih Roni sebagai temanmu, Miya. Aku jarang sekali melihatmu tertawa seperti itu," gumam Bobi sambil tersenyum, kemudian masuk ke tenda menyusul Seli.

"Kamu belum mengantuk, Miya? Kalau sudah, tidur duluan saja," kata Roni.

"Aku belum mengantuk. Aku masih ingin menikmati keindahan malam di tempat ini," jawab Miya sambil tersenyum.

Tiba-tiba, suara tenda yang ditempati Bobi dan Seli mulai bergerak-gerak. Roni dan Miya tersenyum karena mereka tahu apa yang sedang terjadi di dalam.

"Sialan! Apa gak tahu kalau masih ada orang yang belum tidur," canda Roni sambil tertawa. Miya pun ikut tertawa kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!