"Emak.... Bapak... Yuki gak mau!" Yuki terus saja menangis.
Bagaimana tidak? Baru saja dia merasakan bahagia lulus SMA, mempunyai impian mengejar cita-cita. Lalu akan dinikahi oleh seorang Bapak-bapak yang sudah memilki lima istri. Ya, biarpun dia orang kaya, orang terpandang, orang yang ditakuti di Desanya, tetap saja bagi Yuki cita-cita lebih penting, tentu dengan menggapai cita-cita suatu saat Yuki bisa merubah kehidupan keluarganya.
"Iya Nak, Emak tau." Bu Ana berusaha menenangkan anaknya.
Sementara Pak Ramlan duduk di ruang tamu. Termenung, seperti memikirkan sesuatu. Dan terlihat beliau menahan tangisnya dengan mata berkaca-kaca.
"Pak Badrun itu seumuran sama Bapak, Mak. Bagaimana mungkin Yuki menikah dengan dia. Ditambah badannya yang besar seperti gentong air 10000 liter. Astaga!" Tangis Yuki
"Kamu istirahat saja dulu, Nak. Biar Emak bicarakan sama Bapak. Emak sama Bapak akan melindungi mu. Emak janji!"
Ucapan Bu Ana membuat Yuki sedikit tenang.
Yuki berbaring, Bu Ana menyelimutinya. dan meninggalkan kamarnya.
Yuki tidak bisa tidur, dia terus saja membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Membayangkan bagaimana nanti dia akan bersanding dengan Pak Badrun yang dia sebut gentong air 10000 liter. Membayangkan malam pertama dengan Pak Badrun, bisa-bisa dia mati kehabisan napas dan gepeng jika Pak Badrun berada di atasnya.
"Tuhan... Tolonglah hamba-Mu ini."
__________
"Bagaimana ini Pak e? Emak sangat-sangat tidak rela Yuki dinikahi Tuan Badrun!"
"Iya Mak e, Bapak juga tidak rela!"
Hening....
"Mak e, bagaimana kalau Yuki kita suruh kabur saja, pergi jauh dari Desa ini?"
"Tapi gerbang Desa pasti dijaga oleh anak buahnya Tuan Badrun Pak e, kalau ketahuan bisa bahaya Yuki nya."
"Semoga saja tidak Mak e, kita berdoa saja. Setidaknya kita harus mencoba. Dan atur semuanya tengah malam nanti. Pasti anak buahnya Tuan Badrun sedang tertidur di Pos penjagaan."
"Iya, Pak e."
Bu Ana menyiapkan keperluan Yuki untuk kabur, berupa baju yang cuma beberapa helai, uang seadanya dan memasukkannya ke dalam tas kecil biar Yuki tidak begitu repot dalam pelariannya.
__________
Jam menunjukan pukul 01.00, tengah malam.
Bu Ana masuk ke kamar Yuki.
"Nak... bangun, sayang!"
"Iya Mak?" Yuki menggosok-gosok matanya yang masih ngantuk.
"Dengerin Emak, kamu harus pergi dari Desa ini, Emak tidak rela kamu menikah dengan Tuan Badrun yang arogan itu!"
"Tapi, Emak sama Bapak gimana?"
"Jangan mikirin Emak sama Bapak, sekarang ayo bangun! Bawa ini buat bekal kamu, ya." Bu Ana menyerahkan tas yang sudah disiapkannya kepada Yuki.
Yuki menangis, sementara Bu Ana menahan tangis nya berusaha tegar di depan Yuki, biar Yuki tidak merasa berat meninggalkan mereka.
"Emak....." Yuki memeluk Bu Ana.
"Sudah ayo berangkat, biar Bapak yang antar kamu keluar dari gerbang Desa."
Yuki berdiri dan menghapus air matanya, berjalan meninggalkan rumah. Sesekali dia menoleh ke arah Bu Ana.
"Emak...." Isak Yuki.
__________
Pak Ramlan dan Yuki berjalan mengendap-endap setelah hampir sampai di gerbang Desa. Benar saja, di sana ada anak buahnya Pak Badrun sedang berjaga di Pos penjagaan.
"Gimana ini, Pak?" Tanya Yuki
"Sssttt! Kamu tunggu di sini, biar Bapak periksa keadaan."
"Iya, Pak."
Pak Ramlan berjalan dengan hati-hati mendekati Pos jaga. Beruntung ternyata penjaga sedang tertidur lelap.
Pak Badrun tidak menjaga ketat Desa, karena dia berpikir tidak mungkin Pak Ramlan akan macam-macam dengannya. Karena dia begitu ditakuti di Desa ini, dan semua yang diinginkannya pasti akan terwujud.
"Pssttt! Psssttt! Aman!" Pak Ramlan memanggil Yuki.
Yuki dan Pak Ramlan berlari kecil melewati anak buah Pak Badrun yang sedang terlelap.
Mereka berlari meninggalkan gerbang Desa, setelah sudah keluar dari Desa, dan lumayan sudah jauh, mereka berhenti.
"Sudah Nak, sepertinya kita sudah jauh."
Yuki memeluk Pak Ramlan.
"Bapak... Maafkan Yuki belum bisa bahagiain Emak sama Bapak." Lagi-lagi Yuki menangis.
"Tidak Nak, dengan lahirnya kamu di dunia ini itu sudah sangaaaaat membuat Emak sama Bapak bahagia." Pak Ramlan tak kuasa menahan tangisnya.
"Sekarang kamu pergi dari sini Nak, kamu jaga diri kamu baik-baik, ya."
Yuki hanya mengangguk, tak kuasa menatap mata Bapaknya.
"Yuki sayang Bapak sama Emak."
"Bapak sama Emak juga sayang Yuki."
Yuki berlari, berlari yang sangat cepat tak peduli lelah. Berlari dan terus berlari.
Sementara Pak Ramlan kembali kerumahnya.
__________
Yuki berhenti, kakinya terasa sakit. Sepertinya lecet. Dia duduk menunggu siapa tahu ada kendaraan yang lewat dan dia bisa menumpang, tapi mustahil di jam tengah malam ada kendaraan lewat, dan juga masih suasana Desa yang sangat sepi.
Yuki melanjutkan perjalanannya, sesekali dia berhenti. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Sudah terlalu jauh dan sangat melelahkan, rasanya sudah tidak sanggup. Dan....
Yuki Pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Santi Sukmawati
😆😆
2022-11-20
0
HARTIN MARLIN
semoga bertemu dengan orang baik
2022-11-14
0
Suna Dewi
itu sangat tdk adil tp kedua orgnya sangat bijak demi kebahagiaan anaknya sungguh kasian sekali.
2022-08-17
0