Malam hari
TOK! TOK! TOK!
Terdengar suara ketukan pintu yang agak kasar dari luar.
"Ramlan! buka pintunya!"
Pak Ramlan, Bu Ana, dan Yuki yang sedang duduk bercengkrama dikagetkan dengan suara orang di luar sana.
"Siapa ya, Pak?" Tanya Bu Ana pada suaminya
"Sepertinya itu suara Tuan Badrun, Bu. Bapak buka dulu pintunya."
Pak Ramlan berjalan kearah pintu.
"Mau ngapain sih ntuh orang malem-malem ke sini, gak sopan! Teriak-teriak pula!" Celetuk Yuki.
"Sudah-sudah, sana masuk ke kamarmu!" perintah Bu Ana.
Yuki meninggalkan ruangan itu.
Sementara tamu yang datang dipersilahkan masuk.
"Silahkan Tuan, duduk dulu." Bu Ana mempersilahkan.
Pak Badrun duduk di kursi rotan yang sudah agak reot. Badannya yang besar berhasil membuat kursinya tambah reot.
"Ada apa ya, Tuan?" Pak Ramlan memulai obrolan.
"Jangan basa-basi lagi kamu Ramlan! Hutang kamu gimana? Sampai kapan? Hutang itu semakin hari semakin besar bunga nya. Kamu pasti makin tidak sanggup untuk membayarnya. Bahkan rumah ini saja tidak cukup untuk membayar semua hutang-hutangmu!"
Yuki mengintip dari balik tirai pintu kamarnya. Dia merasa kasian sama Bapak dan Emaknya.
"Maaf Tuan, saya akan terus mencicil hutang saya seperti sebelum-sebelumnya, Tuan."
"Tidak bisa! Saya sudah tidak bisa memberi kamu kemudahan itu Ramlan!"
"Lalu saya harus bagaimana, Tuan? Hanya itu yang saya mampu."
Sesaat suasana hening.
Pak Badrun tiba-tiba tersenyum misterius seperti memikirkan sesuatu, sambil menggosok-gosok dagunya, diikuti anak buahnya yang berbadan besar, sedari tadi berdiri tepat di belakang dia duduk.
"Bukankah kamu punya anak gadis, Ramlan?" Tanya pak Badrun basa-basi.
"Iya Tuan, si Yuki."
"Bagaimana kalau kamu menyerahkan anak gadismu untuk aku nikahi, dan hutang kamu semuanya aku anggap lunas?"
Pak Ramlan dan Bu Ana kaget mendengarnya.
Yuki yang sedari tadi mengintip tak kalah kagetnya.
"Apa-apaan si gendut Badrun itu?! Bukankah dia udah punya lima istri??? Lalu mau jadiin aku istrinya yang ke-enam gitu?" Batin Yuki, tidak terima dengan apa yang diucapkan Pak Badrun.
Yuki tiba-tiba keluar dari kamarnya.
"AKU TIDAK MAU!" Teriak Yuki yang membuat semua orang kaget.
Pak Badrun berdiri dari duduknya. Sementara Bu Ana memeluk Yuki dan menenangkan anaknya.
"Tenanglah Nak, tentu saja Emak sama Bapak juga tidak setuju!"
"Iya Tuan. Apa tidak ada cara lain? Anak saya baru saja lulus sekolah, Tuan." Pak Ramlan memohon.
"TIDAK!!! KALAU SAYA BILANG TIDAK YA TIDAK!!!!" Pak Badrun murka.
"DAN, KEPUTUSAN SAYA MUTLAK! Kamu tau siapa saya kan, Ramlan?" Lanjutnya,
Suasana berubah mencengkram. Ditambah anak buah pak Badrun yang memegang kerah baju pak Ramlan, badannya yang besar tentu saja berbanding jauh dengan Pak Ramlan.
"LEPASKAN BAPAK!!!" Teriak Yuki sambil memukul-mukul anak buah Pak Badrun.
Pak Badrun memegang tangan Yuki.
"Cantik..." Ucapnya, dia hendak mencium tangan Yuki, namun ditepis Yuki dengan kasar.
"NAJIS!"
Tak terima dengan perlakuan Yuki pada dirinya, Pak Badrun mendorong Yuki dengan sangat kasar, beruntung Bu Ana dapat menangkap anaknya.
"SIALAN! ORANG MISKIN! BELAGU! SUDAH DITOLONG TIDAK TAU TERIMAKASIH!!!" Pak Badrun kembali murka.
"Jangan Tuan! Jangan sakiti anak saya! Saya mohon tuan!" Pak Ramlan mengiba, bersujud di kaki Pak Badrun, membuat Yuki dan Bu Ana meneteskan air mata.
"Bapak...."
"Besok malam akad nikah akan diadakan! Bawa anak mu itu menghadap ku!"
"Tapi tuan......"
"KAU JADIKAN ANAKMU ITU MILIKKU? ATAU AKU HABISI SEKALIAN ANAK MU ITU HAH??!" Ancam Pak Badrun.
"JANGAN MACAM-MACAM DENGANKU! ATAU KAU TAU SENDIRI AKIBATNYA!"
"I-iya Tuan..." Isak Pak Ramlan.
Pak Badrun dan anak buahnya meninggalkan rumah Pak Ramlan dengan penuh kemenangan.
Sementara Yuki berpelukan dengan kedua orang tuanya.
"Aku gak mau, Pak... Mak..." Tangis Yuki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
INem
0
2024-09-30
0
timbuljaya
hhhmm...semoga ja da yg nolong jd yuki gk jd sm si gendut.
2022-11-23
1
HARTIN MARLIN
baru menyimak di bikin emosi 😡😡 si tukang rentenir ini namanya
2022-11-14
0