03. Acara Pertunangan

Tiga bulan sudah berlalu , pengumuman kelulusan pun sudah. Meski Sri mendapat nilai yang cukup bagus , tapi ia tidak berniat untuk kuliah. Sri tidak mau menambah beban Bapaknya yang semakin tua.

 Sementara ini Sri dan Ningsih sudah mulai mencari pekerjaan.untuk berkuliah ia akan pikirkan nanti jika ada kesempatan terutama ada uangnya. Dan sekarang ini mereka sedang bekerja di sebuah catering.

" Minggu depan kita mau masak banyak , kalian berdua harus siap ya Sri , Ningsih !". Ucap Bu Asma, pemilik Catering tempat Sri dan Ningsih bekerja.

" Iya Bu As , kami selalu siap kok ".

" Mau ada acara ya Bu ?". Tanya Ningsih penasaran.

" Iya , acara pertunangan , kalian nanti juga ikutan bantu jaga standnya ya , Ibu lagi kekurangan tenaga soalnya ".

" Wah , acaranya orang kaya pasti ya Bu ?".

" Iyalah , acaranya juga di adakan di gedung , kalian tenang aja , ada tambahan uang jajan buat kalian , pokoknya dobel bayaran kalian ".

" Kalau begitu mana bisa kami nolak Bu ".

" Kamu Ning , kalau soal duit hijau mata kamu Ning ".canda Bu Asma.

" Hidup tanpa uang , bagai sayur tanpa garam Bu ". mereka semua tertawa mendengar perumpamaan yang di ucapkan Ningsih.

" Sudah sana kerja !". Sri dan Ningsih mengangguk patuh dan langsung pergi ke belakang , area tempat memasak.

Gedung Catering menyatu dengan rumah Bu Asma , jadi bisa di bayangkan betapa luasnya tanah milik Bu Asma.

Bu Asma cukup puas dengan kinerja Sri dan Ningsih , dua anak itu sangatlah rajin , apalagi Sri , yang memang sudah terlihat bakat memasaknya yang luar biasa , padahal keduanya hanya pekerja sementara karena ada karyawan Bu Asma yang sedang ijin tidak masuk kerja karena sedang sakit.

Hari ini Sri dan Ningsih pulang di sore hari , Bu Asma mendatangi keduanya sambil membawa dua kantong plastik.

" Ini lauk buat kamu dan Ningsih ".

" Terima kasih Bu ". Ucap Sri dan Ningsih, Bu Asma memang sangat baik pada semua pegawainya.

Tak terasa hari yang Bu Asma bilang waktu itu tiba. Setelah selesai membantu memasak , Sri dan Ningsih pun berganti baju .

Mereka memakai baju seragam batik dan bawahan celana kulot hitam bagi pegawai wanita.

" Aku kok deg- deg'kan ya Ning ". Sri meraba dadanya , ia tidak bohong , memang hatinya berdebar entah karena apa.

" Yaelah Sri kayak kamu aja yang mau tunangan ".

" Apa mungkin karena ini acara besar pertama buat kita ya Ning ?".

" Mungkin juga , kan biasanya kita cuma di belakang layar ".

" Benar juga ".

" Sri , Ningsih...kalian berdua jaga stand makanan di ujung sana ya ". atur Romi, ia pimpinan saat acara di gelar.

" Baik Pak ".

Sri dan Ningsih langsung menempatkan diri di depan stand makanan yang di tunjuk Romi tadi.

Tamu mulai berdatangan , rupanya dari calon perempuannya yang datang terlebih dahulu.

" Yang mau tunangan yang mana ya Sri ".

" Mungkin wanita itu , dia yang dandanannya lumayan tebal ". tunjuk Sri pada perempuan yang memang sangat mencolok di antara para orang- orang yang sudah datang di dalam gedung itu.

" Mungkin juga sih , tapi kok bawa anak Sri , janda kali ya ". ucap Ningsih berbisik.

" Husst , jangan asal tebak, bukan urusan kita Ning ".

" He..he..he...iya sorry ". Ningsih terkekeh sambil mengacungkan dua jarinya.

Tak lama rombongan pihak keluarga laki - laki datang . Ningsih yang tingkat keponya tinggi melongok ke arah kaca besar yang memang tembus keluar.

" Loh.....loh.....loh....Sri , aku tidak salah lihat kan , bukannya itu Mbak Irna , jangan bilang Mas Hasan yang mau tunangan....wah...wah...enggak bener nih ".

Karena ucapan Ningsih, Sri pun ikut melihat ke arah kaca besar itu , dan Deg......hatinya mencelos, melihat seseorang yang berjalan di apit oleh Bu Yati dan Pak Halim....dan Irna mengekorinya dari belakang bersama keluarga besar mereka.

Sudah di pastikan ini acara tunangan Hasan , melihat baju Hasan yang seragam dengan warna baju yang di pakai oleh perempuan yang Sri maksud tadi.

Apalagi Sri melihat tulisan besar di depan sana , Kalina dan Hasan .

Apakah ini acara pertunangan kamu Mas , tega benar...

Sri teringat dua bulan yang lalu Hasan mengiriminya surat. Hasan berjanji akan melamar Sri dan mengajaknya menikah meski kedua orang tuanya tidak merestuinya.

Hasan juga bilang sedang mengumpulkan uang untuk pernikahannya dengan Sri. Rencananya akhir tahun ini ia akan melaksanakan niatnya itu.

Tapi belum juga akhir tahun , Hasan malah akan tunangan dengan perempuan lain , lalu pergi kemana janji manisnya itu .

Sri hanya menatap nanar laki - laki yang sudah mengucapkan janji padanya itu. Hasan dan keluarganya tentu tidak melihat keberadaan Sri di sana.

" Sri , kamu baik - baik saja kan ?". Ningsih tentu khawatir dengan keadaan Sri.

" Aku enggak apa - apa Ning , tenang saja ".

" Bukannya Mas Hasan sukanya sama kamu ya Sri , kok mau tunangan dengan perempuan lain , berarti cintanya palsu ".

" Mungkin kita tidak berjodoh Ning, aku juga tau diri , siapa dan dari mana aku berasal , mereka orang kaya Ning , tidak pantas bila bersanding dengan aku yang .....yahhh kamu tau sendiri lah ".

Ning membuang nafasnya pelan, " Jangan pingsan ya Sri , kita lagi kerja loh ".

Kali ini Sri tertawa kecil , " Iya iya , aku kuat Ning , cobaan yang lebih berat sudah pernah aku alami , kalau karena ini aku pingsan kan enggak lucu , aku sudah terbiasa ". Ningsih tau apa yang di maksud oleh Sri , yaitu perginya sang Ibu saat dia masih kecil.

Acara pun di mulai. Benar tebakan Sri, perempuan yang dandanannya agak tebal itulah calon tunangan Hasan.

" Tapi Mas Hasan kelihatan tidak bahagia Sri , dari tadi aku lihat mukanya di tekuk , tidak senyum sedikitpun ". Lagi - lagi Ningsih berbisik ke Sri.

" Kamu itu , perhatian sekali....biarkan saja , mau bahagia atau tidak, itu sudah jadi pilihannya ".

" Iya juga sih , tapi perempuan itu tidak ada apa - apanya bila di bandingkan sama kamu Sri , cantikkan kamu kemana - mana , aku yakin dia lebih tua dari Mas Hasan , dan itu lihat , anak kecil itu terus saja menempel padanya, pasti anaknya kan?".

Sri tak menanggapi lagi , hatinya terlalu sakit untuk menerima kenyataan ini , ia tutupi dengan senyuman agar Ningsih tidak tau luka di hatinya.

Setelah sambutan sana sini , acara di lanjutkan dengan pertukaran cincin.

Terlihat Hasan memakaikan cincin pada jari Kalina , begitupun sebaliknya, Kalina pun memakaikan cincin pada jari Hasan.

Mereka berdua menghadap ke dapan untuk berfoto dan menunjukkan jari mereka yang sudah tersemat cincin pertunangan.

Saat itu juga , tak sengaja mata Hasan dan mata Sri bertemu.

SRI..............

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!