Chapter - 02

"TIDAK! Aku tidak sudi menikah dengan pria tidak tahu malu seperti dia," tolak Dara mentah-mentah, ia melipat tangannya di dada kemudia memunggungi Dante.

"Hei, wanita sok cantik. Siapa juga yang mau menikah denganmu? Aku pun tidak sudi menikah denganmu," Dante pun tak mau kalah dari Dara.

Dara berbalik menghadap Dante. "Sok cantik? Siapa yang sok cantik? Aku memang cantik, lebih cantik dari pada para wanita murahan yang kau pacari itu," ujarnya sembari mengibaskan rambutnya.

"Setidaknya Anggel tidak semenyebalkan dan segalak kau!"

"Kau yang menyebalkan," tunjuk Dara. "Kau yang selalu membuat onar. Bahkan kau..."

"STOP!" lerai sang pengacara, pria paruh baya itu nampak pusing dengan perdebatan antara Dara dan Dante yang berlangsung sejak mereka datang. "Baiklah jika dari kalian semua tidak ada yang ingin merawat Dion, maka dinas sosial yang akan mengambil alih masalah ini."

Viki begitu terkejut mendengarnya, ia menaruh tangan di dadanya sembari mendekat ke arah Dara. "Dara aku mohon... Jangan biarkan Dion jadi anak yang terlantar. Sudah cukup penderitaannya kehilangan orang tuanya. Aku tidak bisa membayangkan jika anak setampan Dion di asuh oleh orang yang tidak bertanggung jawab."

Wajah Viki begitu memelas. "Andai aku bisa... Aku pasti akan merawatnya."

Ucapan Viki menyentuh hati Dara, tapi ia benar-benar tidak bisa jika harus menikah dengan pria sialan itu. "Aku pun sama khawatirnya denganmu," ujar Dara. "Tapi aku betul-betul minta maaf, aku tidak bisa..."

"Pikirkan soal balas budi," sela Viki. "Selama ini Yulia dan Max selalu membantu kalian," ujarnya sembari menatap Dara dan Dante secara bergantian.

"Kau bisa memiliki toko roti seperti sekarang ini, berkat Yulia yang memberimu modal bukan?" tanya. "Mungkin sekarang kau bisa mengganti modal itu, tapi coba pikirkan jika dulu Yulia tidak mati-matian mensupportmu apa kau yakin bisa seperti sekarang?"

Viki beralih pada Dante. "Kau juga sama. Siapa yang memberimu tumpangan transportasi, makan hingga ngeprint tugas-tugas kuliahmu saat orang tuamu telat mengirimimu uang bulanan? Bahkan setelah lulus dan kau belum mendapatkan pekerjaan Max selalu membantumu."

"Dari mana kau tahu itu?" tanya Dante, menyipitkan matanya.

Tatapan Viki tertuju pada ayahanda Max, rupanya mereka telah berdiskusi saat Dante dan Dara berdebat tadi. "Itu tidak penting," elak Viki. "Yang terpenting adalah kalian membalas budi atas apa yang telah Yulia dan Max lakukan kepada kalian. Toh mereka meninggalkan rumah, kendaraan, dan tabungan yang cukup untuk Dion. Kalian tidak perlu repot-repot memikirkan soal itu."

"Ini bukan masalah uang atau..."

" Bukankah mereka satu-satunya sahabat kalian?" Viki tidak memberikan Dara kesempatan untuk bicara. " Hanya Dion yang mereka punya, mereka menitipkan Dion pada kalian sebab mereka yakin kalian akan menjaga Dion dengan baik. Arwah Yulia dan Max pasti tidak akan tenang jika tahu kalian keberatan mengasuh Dion. Oh.. Adik dan keponakanku yang malang..."

Dara jadi semakin terpojokkan, seolah ia begitu jahat pada mendiang sahabat dan putranya yang kini telah menjadi anak yatim piatu. Tapi disatu sisi, ia benar-benar tidak bisa menikah dengan pria yang paling ia benci. 'Andai saja ada cara lain..' batin Dara, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Baiklah, kita akan menikah dan menjadi orang tua bagi Dion!" ujar Dante dengan lantang.

Seketika Dara menoleh pada Dante. "Kita? Apa maksudmu?" tanyanya mulai emosi.

Dante memberikan Dion pada sang pengacara yang duduk di seberangnya kemudian ia menarik Dara keluar dari rumah.

"Dante apa-apaan kau ini? Apa kau sudah gila?" Dara meronta, dan menghempaskan tangan Dante ketika mereka sudah berada di halaman depan. "AKU TIDAK SUDI MENIKAH DENGANMU!"

"Kita tidak punya pilihan lain," Dante mencoba untuk tenang.

Dara melipat tangannya didada, menatap Dante dengan penuh curiga. "Oh... apa jangan-jangan kau tergoda oleh warisan peninggalan Yulian dan Max?"

Mata Dante melotot. "Walaupun sekarang aku lagi sepi job, aku tidak segila itu, makan uang anak yatim piatu!" ujarnya tidak terima atas tuduhan Dara padanya. "Lebih baik aku mati kelaparan ketimbang aku makan uang sahabatku sendiri."

Dara tak acuh mendengar pembelaan Dante.

"Dengarkan aku Dara!" pintanya, ia mencoba untuk kembali tenang. "Menikahlah denganku!" ujar Dante. "Ini untuk Dion dan mendiang sahabat kita. Paling tidak sampai Dion..." Dante berpikir sejenak. "Lima tahun."

"Hah? Lima tahun?" tanyanya terkejut bukan main.

"Dua tahun," ralat Dante. "Ya, dua tahun. Setelah itu kita berpisah dan kita bisa mengasuh Dion secara bergantian, paling tidak Dion tidak diambil alih oleh dinas sosial dan kemudian diadopsi oleh orang yang tidak kita kenal."

Dante mengulurkan tangannya. "Setuju?"

Dara terdiam melirik tangan Dante, ia tidak percaya masalah ini menimpanya. "Tidak ada kontak fisik," ujarnya setuju tanpa menjabat tangan Dante.

"Siapa juga yang mau menyentuh wanita segalak dirimu?" ujar Dante.

"Tidak saling mencampuri urusan pribadi masing-masing," lanjut Dara.

Dante mengangguk setuju, tapi sedetik kemudian ia melongo saat Dara mengatakan "Kau tidak boleh membawa jalang itu kerumah Dion!" ujarnya dengan tegas.

"Dia calon Ibu tiri Dion nantinya," protes Dante.

"TIDAK! Dion tidak akan punya ibu tiri seperti dia!" ujar Dara. "Kalu boleh melakukan apapun dengannya tapi jangan bawa-bawa Dion."

"Kau juga jangan pernah membawa dokter gadungan itu datang kerumah Dion," Dante menyebut calon gebetan yang tengah dekat dengan Dara.

"Dari mana kau tahu?" tanya Dara terkejut, namun ia bisa menebak jika Yulia atau Max yang mengatakannya. "Dia pria yang baik, pekerjaanya jelas. Tidak sepertimu, dia sangat cocok menjadi ayah tiri Dion."

"Dia tidak akan pernah menikahimu."

"Heiii... Bukankah tadi kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing? Barusan kau sudah melanggarnya, Bung."

Dante menghela napas beratnya menghadapi Dara. Mereka kemudian menyepakati beberapa peraturan mengenai pernikahan kontrak mereka.

"Besok aku kirimkan surat resminya," ujar Dante setelah mereka berdebat panjang.

Dara mengangguk. Mereka kemudian kembali masuk dan mengatakan kepada semuanya bahwa ia dan Dara bersedia menikah dan mengurus Dion.

Semuanya menyambut gembira keputusan Dara dan Dante. "Terima kasih banyak, aku tahu kalian adalah sahabat yang baik. Yulia dan Max pasti akan tenang di alam sana, melihat putra semata wayangnya di asuh oleh orang yang menyayanginya dengan tulus." Viki memeluk Dara dengan hangat.

Terpopuler

Comments

☘️ gιмϐυℓ ☘️

☘️ gιмϐυℓ ☘️

Namanya musuh bebuyutan awal2 pasti sering ribut lah mereka dlm pernikahan. Tapi pelan2 pasti bisa berdamai dg keadaan, menerima pernikahan itu & juga merawat Dante bersama2. Soal perasaan suatu saat pasti akan datang sendiri seiring berjalannya waktu

2025-04-15

5

☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

tuuuuh kan....lihat aja nooooh....
Dara ngatain cewek yang pernah Dante pacari itu adalah cewek murahan gitu
Dara ngomong kayak gini karena merasa kenapa bukan dirinya aja yang jadian ama Dante gitu
yaaaa bisa dibilang, bentuk ungkapan rasa cemburunya Dara pada Dante laaah

2025-04-15

4

🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐

🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐

entah akan seperti apa kehidupan pernikahan mereka nanti. tapi yang pasti,Dion akan dalam asuhan orang2 yang selama ini dekat dengannya.dan semoga saja seiring berjalannya waktu sifat keras kepala mereka bisa merubah argumen2 mereka

2025-04-15

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!