Aisyah tak menyangka jika café yang di maksud Dela dekat kampus itu adalah kampus tempat kakak laki-lakinya bekerja, meski hanya menjadi dosen pengganti namun cukup sering keluar masuk kampus itu dan tak menutup kemungkinan ia akan bertemu di café ini bukan?
Sudahlah semuanya akan baik-baik saja, tak usah di pikirkan, batinnya berkata.
Mereka sudah melihat-lihat café dan sekarang mereka akan mencoba satu lagu sebagai pemanasan untuk hari esok.
Dibarisan depan ada Aisyah yang duduk memangku gitar akustik dengan stand mic dihadapannya, Doni dengan gitar bassnya dan Dela dengan gitar listriknya. Dibarisan belakang ada Adit yang tengah duduk di hadapan drum dan Melo dengan keyboardnya. Kadang Doni dan Dela menjadi partner duet Aisyah, dan jika Aisyah sedang berhalangan akan di gantikan Dela sementara.
"Tes, tes, satu, dua, tes." Aisyah mulai cek sound.
Tentang Rindu, lagu yang akan mereka bawakan untuk pemanasan kali ini. Suara petikan gitar yang Aisyah mainkan mulai mengalun bersamaan dengan suara merdunya diikuti yang lain. Selama lagu itu berlangsung Aisyah bermain dengan pikirannya tentang rindunya yang teramat besar pada orang terkasihnya, mendalami lagu itu seraya memikirkan tentang dirinya dan dia. Kakaknya.
Pagi telah pergi
Mentari tak bersinar lagi
Entah sampai kapan ku mengingat
Tentang dirimu
Memang benar, tak ada lagi yang menyinari hari-harinya karena mentarinya telah pergi meninggalkan begitu banyak kenangan indah meski berakhir tragis.
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku rindu...
Diam memang cara terbaik untuk hal apapun termasuk kerinduannya akan sosok itu, nama itu yang selalu terucap kala ia terbangun dari mimpi indah namun buruknya. Ia memang hadir di mimpinya meski pada akhirya menyakitkan.
Dan waktu kan menjawab
Pertemuan ku dan dirimu
Hingga sampai kini aku masih ada disini
Ia ingin bertemu dengan sosok yang dirindukannya, pertemuan dengan sosok dia yang menyanginya bukan dia yang saat ini bersikap tak peduli dan membencinya. Waktu memang yang dapat mejawabnya, namun entah itu kapan.
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku rindu
Lagi, ia hanya dapat terdiam dengan segala kerinduan yang membendung. Hanya dapat memanggilnya disetiap mimpi itu muncul dan menyisakan air mata kesakitan.
Dan bayangmu akan selalu bersandar dihatiku
Janjiku pastikan pulang bersamamu
Bayangan akan sosok dia tak kan pernah hilang meski telah menorehkan luka yang begitu dalam, sosok dia masih dengan setia mengisi penuh ruang hatinya. Ia pastikan jika dia akan kembali bersamanya, dengan rasa yang pernah hilang itu datang kembali padanya.
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku
Lagi dan lagi, ia hanya diam. Diam yang begitu menyayat hati karena tak dapat mengungkapkan dengan gamblang kerinduannya pada sosok dia, memanggil dan memanggil dalam diam seolah pita suaranya tak mengijinkan dirinya untuk mengeluarkan suara dan tak ingin membantunya untuk menyampaikan rasa rindunya. Ia hanya mengiginkan sosok dia hadir tidak hanya di alam bawah sadarnya tapi dalam keadaan sadar, sesadar-sadarnya. Juga bukan datang menghadirkan luka melainkan datang dengan sejuta kebahagiaan.
Kuhanya diam
Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu
Disetiap malam
Ingin engkau datang dan hadir
Dimimpiku
Rindu...
Bait terakhir Aisyah melihat ke arah kursi dekat pintu masuk café, mata mereka bertemu. Sejak lagu mengalun indah keluar dari bibirnya, bulir itu sudah membendung dan siap meluncur kapan saja namun ia tetap menahannya sampai matanya bertemu dengan mata sosok dia yang berada tak jauh dari jangkauannya, bulir itu meluncur dengan bebas saat kata terakhir pada lagu terucap seraya melihat mata itu.
Rindu itu tersampaikan. Ia merasa lega sekaligus cemas, cemas jika sosok dia tak merasakan rindu itu dan tak mempedulikannya. Kakak laki-lakinya, sosok terkasihnya.
Bodoh, mengapa harus menangis saat dia ada disana? Itu yang ada dipikiran Aisyah saat ini. Air matanya terus mengalir, ia bingung karena sulit untuk menghentikannya. Ia tak bisa berpikir lagi, yang ada di benaknya hanya pergi dari tempat itu sekarang juga. Menghilang dari jangkauannya dan menenangkan detak jantungnya yang sedari tadi berdegup sangat kencang dan tak beraturan.
Tanpa berkata apapun, Aisyah langsung manyambar barang-barangnya dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan tak menentu juga derai air mata yang tak kunjung surut.
"Farah!" Panggil Doni terkejut saat melihat Aisyah menangis dan berlalu pergi.
"Far, lo mau kemana?"
"Farah, lo kenapa?"
"Farah tunggu."
"Far-"
Panggilan dari sahabatnya tak ia hiraukan, ia hanya ingin pergi. Ia sudah tak sanggup menahan rasa sesak di dadanya, ia hanya ingin menjauh dari dia. Ia menangis dan dia melihatnya, ia benar-benar bodoh.
Aisyah berlari lalu mengendarai motornya segera untuk pergi dari tempat itu. Geram pada diri sendiri karena ia tak bisa menghentikan tangisnya yang semakin lama semakin menyakitkan, sampai nafasnya tersengal dan suara tangis muncul dari bibir mungilnya.
Entah kemana ia melajukan motornya, ia hanya butuh tempat yang dapat membuatnya tenang, tempat untuk melepas sesaknya. Ia butuh pasokan oksigen lebih, udara di sekitarnya seolah menghilang dan ia mulai merasakan sesak yang taramat menyiksa. Ia tidak kuat, ia sudah tak tahan lagi.
Di tepikannya motornya dipinggir jalan, ia berjalan menuju pohon yang berada disisi kanannya dan duduk bersandar. Seseorang tolonglah, batin Aisyah.
Nafasnya teputus-putus, ia butuh seseorang untuk membantunya. Hari mulai menggelap dan jalanan disana sepi, entah ia berada dimana yang pasti ia membutuhkan bantuan seseorang. Aisyah terus memegangi dadanya yang terasa sesak itu berharap dapat mengurangi rasa sakitnya.
Tak lama seorang laki-laki keluar dari sebuah mobil menghampiri Aisyah yang sedang kesakitan. Dengan sigap ia membawa Aisyah dari sana, meski terkesan sedikit ragu dan kaku. Terlihat laki-laki itu meminta seseorang untuk mengurus barang-barang Aisyah lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Aisyah hanya pasrah saat ia berada dalam dekapan laki-laki yang menghampirinya, semoga saja laki-laki itu orang baik yang mau membantunya. Ia benar-benar sudah tak tahan dengan sesaknya.
🐼🐼🐼
Salam mata panda🐼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments