"FARAH AISYAH WIJAYA..." Terdengar teriakan seorang perempuan dengan suara melengking, membuat siapa saja yang mendengarnya mengucapkan umpatan-umpatan kesal.
Siapa lagi jika bukan Luna Melodiana yang biasa dipanggil Melo, perempuan dengan suara khas seperti anak kecilnya. Salah satu orang yang menganggap dirinya sahabat Aisyah dan satu-satunya yang selalu menempel pada Aisyah, padahal ia selalu mendapatkan sikap ketus, dingin dan jarang menanggapi ocehannya.
"Berisik!" Timpal Aisyah dengan tatapan tajamnya.
"Lo harus tau, kalo kita semua sekelas. Kita di kelas unggulan loh Far, kelas IPA-1. Ahh... seneng banget gue, kita jadi bisa barengan terus, bisa sering hangout, bisa liburan bareng, pokoknya kita bakalan sama-sama terus.” Melo terus berbicara dengan semangat.
“Shut up!" Ucap Aisyah tanpa mempedulikan Melo dan terus berjalan meninggalkannya menuju kelas barunya.
Seakan sudah kebal dengan sikap Aisyah, Melo terus tersenyum bahagia mengekori Aisyah yang berjalan dengan cepat menurutnya.
Aisyah menarik kursi yang berada paling belakang dekat dengan jendela dan mendudukinya, di ikuti Melo yang langsung duduk di sebelahnya. Melo tak ingin kalah dengan sahabatnya yang lain yang juga sama-sama ingin berada di dekat Aisyah.
"Pindah!" Usir Aisyah dengan wajah datarnya.
"Far lo kok gitu si sama gue? Gue kan pengen semeja sama lo. Boleh ya, ya, ya?" Melo memelas sembari menggoyakan lengan Aisyah dengan gemas.
"Depan! Atau lo gak bakal liat dunia lagi!" Ancam Aisyah dengan lirikan tajamnya yang tak kalah tajam dengan ucapannya.
"Oh iya... Lo bener, mata gue kan min. Gue harus duduk di depan, thanks Far lo udah ingetin gue. Gue simpen tas dulu." Melo langsung menyimpan tasnya di meja paling depan dan kembali duduk di sebelah Aisyah.
Melo yang senang karena diperhatikan oleh Aisyah, meski caranya memang kasar tapi itulah Aisyah. Perempuan yang berusaha terlihat kuat demi menyembunyikan kerapuhan dan kelemahannya.
Tak lama 3 orang yang juga menganggap dirinya sahabat Aisyah muncul dan menghampiri Aisyah dan Melo, mereka Adela Syafira biasa di panggil Dela, Rayden Aditya biasa di panggil Adit, dan Doni Nugraha yang biasa di panggil Doni.
“Nih makan, abisin. Gue udah belain bangun sebelum subuh buat itu masakan.” Doni menyerahkan kotak makan pada Aisyah.
"Siapa yang minta?" Tanya Aisyah dingin.
"Makan! Gue gak mau jerih payah gue gak dihargai." Ucap Doni tak kalah dingin.
Jika di ibaratkan Doni ini versi laki-lakinya Aisyah, bedanya sikap dan sifatnya itu turun dari ayahnya bukan karena suatu kejadian yang membuat perubahan.
"Buka restoran, lo bisa pasang harga tinggi buat jerih payah lo." Ucap Aisyah yang segera memakan masakan Doni.
Melo, Dela dan Adit hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Mereka akan bicara panjang dengan sesamanya, si irit bicara.
Diantara mereka, hanya Doni lah yang sangat pandai memasak dan bisa dibilang Doni itu sosok ibu yang perhatian terhadap anaknya jika menyangkut makanan. Jika diingat, dulu Doni sangat marah saat Adit dan Melo yang memakan 2 box pizza. Doni tidak suka melihat orang yang banyak memakan makanan junk food atau makanan instant, karena itu gak ada sehat-sehatnya jelas Doni kala itu.
Berbeda dengan Doni, Adit melabeli dirinya sebagai playboy bermartabat. Kadang orang lain bingung akan pengakuannya karena ia tak pernah berpacaran atau terlihat dekat dengan perempuan selain sahabatnya, Adit melayangkan rayuan hanya ketika ia melihat perempuan yang lewat dihadapannya saja, tak pernah terlihat seperti playboy pada umumnya yang selalu ganti pasangan setiap hari bahkan setiap jamnya. Ia hanya seorang jomblo yang berkedok playboy.
Dela itu perempuan dengan sikap tegas dan dewasa yang selalu dapat melerai jika sudah terjadi perdebatan diantara mereka, penasihat dengan menggunakan logika yang mudah di terima dan penuh perhitungan.
Sedangkan Melo, ia berbanding terbalik dengan Dela. Melo itu perempuan cengeng jika menyangkut masalah hati yang tersakiti, belebihan memang. Ia bisa bersikap manja pada sahabatnya terutama pada Aisyah, padahal sudah pasti jika ia akan mendapatkan sikap dingin dengan tatapan tajam Aisyah. Melo perempuan polos serta lugu dan itu mengharuskan sahabatnya ekstra menjaga Melo dari orang-orang yang berusaha memanfaatkannya.
“Guys, gue tadi pas lewat ruang kepsek gak sengaja denger kalo ada anak baru yang bakal masuk kelas ini. Karna gue penasaran jadi gue intip dan ternyata cewek cakep pake kerudung, dan kalian tau kerudungnya gede lebar sampe baju seragamnya gak keliatan.” Oceh Adit dengan menggebu.
"Ngapain lo lewat ruang kepsek? Itu kan jalannya berlawanan sama kelas kita.” Tanya Dela heran.
"Biasa, gue kan harus menampakan diri gue yang tampan ini sama adek kelas, supaya eksistesi gue bertambah. Jadi tadi gue keliling dulu." Ucap Adit dengan percaya dirinya.
"Gak guna." Ucap Aisyah bersamaan dengan Dela, Melo dan juga Doni.
Mereka bisa sangat kompak jika itu untuk menjatuhkan dan meledek Adit. Dilihatnya Adit yang memasang wajah kesal pada sahabatnya.
“Gue duduk sama lo, Far.” Ucap Adit masih kesal dan langsung menarik tangan Melo untuk berdiri lalu ia duduk di sebelah Aisyah.
"Ih ngeselin banget si." Ucap Melo dengan mata melotot.
Terdengar suara bel berbunyi, tak lama suara pengumuman yang meminta semua warga sekolah untuk berkumpul di lapangan.
Seperti sekolah pada umumnya, hari pertama di awali dengan panas-panasan di lapangan mendengar berbagai kata sambutan. Setelah selesai para murid kembali ke kelas masing-masing.
Tak lama Bu Rika, wali kelas IPA-1 datang bersama perempuan berjilbab lebar seperti yang dikatakan Adit tadi. Bu Rika mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan diri.
"Assalamu'alaikum." Perempuan itu mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam." Serentak seisi menjawab salamnya.
"Perkenalkan, saya Az-Zahra Balqis pindahan dari sekolah di pesantren Ar-Rahman. Mohon bantuannya." Ucap Zahra dengan suara lembutnya.
Setelah memperkenalkan diri Zahra di persilahkan duduk di kursi yang masih kosong, sebelah Doni. Dengan ragu ia melangkah dan duduk di sebelah Doni yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Sesekali Doni melirik Zahra yang duduk gelisah, ia mengerti. Begitu pula dengan Aisyah yang sejak tadi melihat gelagat Zahra yang tampak risih dan tak nyaman karena duduk satu meja dengan laki-laki.
Bu Rika sudah mengabsen serta menunjuk beberapa siswa yang turut betanggung jawab di kelasnya, dan sudah memberitahukan jadwal pelajaran yang akan efektif mulai besok. Beliau meminta para muridnya mengulang pelajarannya lagi dan segera membuat struktur keorganisasian kelas itu hari ini, kemudian beliau pergi karena para guru akan mengadakan rapat para wali kelas.
"Far." Panggil Doni, Aisyah menoleh. Seakan satu pemikiran dengan Doni, ia pun mengangguk mengerti.
"Pindah gih, gue tau lo gak nyaman duduk sama gue." Ucap Doni dengan lirikan mata pada meja Aisyah. Zahra langsung melihat kearah yang di lirik oleh Doni.
"Minggir!" Suara Aisyah terdengar tegas di telinga Zahra.
"Apa si Far? Mau keluar?" Tanya Adit lalu berdiri memberi ruang untuk Aisyah beranjak dari mejanya.
Aisyah berdiri dan keluar dari mejanya, dilihatnya Adit kembali duduk.
"Siapa yang nyuruh lo duduk? Berdiri!" Perintah Aisyah.
“Apa si Far? Kenapa, lo mau gue temenin kemana?” Tanya Adit bingung.
"Pindah!" Ucap Aisyah yang mengambil tas Adit dan di simpannya di meja Doni. "Lo duduk sini." Lanjutnya pada Zahra.
"Makasih." Ucap Zahra pelan pada Doni dan di jawab dengan anggukan.
Adit hanya memandang Aisyah dan Doni dengan tatapan merajuk, tapi tak dihiraukan oleh mereka.
🐼🐼🐼
Salam mata panda 🐼
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments