Kimia dan Ekonomi—Kelas Absurd Dua Dimensi

Hari itu kelas terasa sedikit berbeda. Pak Arka mengadakan “Hari Guru Siswa”, di mana siswa mengajar sesama siswa. Dua guru dadakan hari ini: Andi dan Deri.

Andi mengajar Kimia. Deri mengajar Ekonomi. Dua bidang yang katanya ‘serius banget’. Tapi... tidak bagi kelas 3A.

Sesi 1: Kimia Bareng Andi

Andi membuka kelas dengan jas lab lagi, kali ini ditempeli pin “Guru Termodis Hari Ini”.

“Selamat pagi, murid-murid. Hari ini kita akan membahas ikatan kovalen, reaksi redoks, dan kenapa hati bisa meledak tanpa sebab.”

Jaka langsung angkat tangan, “Andi, apakah ikatan kita sebagai teman itu kovalen atau ionik komandan ?”

Andi mengangguk sok serius, “Tergantung, bro. Kalau kamu ngasih tanpa minta balik, itu ionik. Tapi kalau sama-sama saling, itu kovalen.”

Lia tertawa melengking “Jadi kalau cinta bertepuk sebelah tangan, itu bukan ikatan, ya?”

“Betul. Itu peluruhan emosi,” jawab Andi sambil menulis di papan.

Reza bertanya, “Kalau aku naksir orang tapi dia dingin, itu reaksi endotermis atau eksotermis?”

Andi jawab mantap, “Itu reaksi netral. Karena nggak ada respons balik.”

Toni sok serius bertanya, “Apakah cinta bisa diproses lewat titrasi?”

Andi menulis: Kalau kamu butuh indikator buat tau rasa cinta, berarti dia bukan cinta sejati.

Semua tepuk tangan, bukan karena paham, tapi karena quote-nya cocok buat status.

Sesi 2: Ekonomi Bareng Deri

Setelah istirahat, Deri maju ke depan kelas. Pakai blazer dan bawa pointer dari sendok kayu kantin.

“Selamat datang di kelas ekonomi. Hari ini kita belajar tentang permintaan, penawaran, dan... kenapa dompet selalu kosong.”

Reza langsung angkat tangan, “Bang, kenapa setiap ada diskon aku merasa wajib beli, padahal dompet sekarat?”

Deri jawab, “Itu hukum psikologis pasar. Diskon memicu dopamine, bukan logika.”

Andi bertanya, “Kalau aku investasi ke mantan dan rugi, itu termasuk sunk cost?”

Deri mengangguk bijak, “Betul. Tapi hati-hati, terlalu banyak sunk cost bikin kamu terus bertahan di hubungan yang rugi.”

Jaka bertanya, “Kalau uang jajanku Rp10.000 tapi inflasi kantin naik terus, itu gimana?”

Deri menjawab, “Itu berarti daya beli kamu turun. Solusi? Bawa bekal, atau cari sponsor pribadi.”

Lia bertanya polos, “Kalau aku buka usaha minuman di sekolah, dan peminatnya banyak, tapi saingannya juga banyak, gimana caranya tetap untung?”

Deri langsung gambar kurva permintaan dan penawaran ala kadarnya.

“Strategi diferensiasi. Tambahkan topping drama atau diskon buat yang galau.”

Sinta bertanya, “Kalau cinta dikapitalisasi, apakah kita bisa dapat bunga perasaan?”

Deri tertawa, “Bisa. Tapi hati-hati, ada bunga, ada risiko gagal bayar.”

Di akhir kelas, Reza merekam semuanya dan menambahkan subtitle: Kelas paling absurd tapi paling masuk akal.

Pak Arka menepuk bahu mereka berdua.

“Kalau semua guru kayak kalian... mungkin murid-murid bakal datang ke sekolah demi tertawa sekaligus belajar.”

Andi dan Deri tertawa. Mereka tak menyangka, pertanyaan konyol justru membuka pemahaman paling dalam.

...----------------...

Setelah sesi belajar kocak bersama Andi dan Deri, kelas 3A bubar dengan tawa membahana. Tapi bukannya kembali ke kelas atau ke perpustakaan, mereka justru berbondong-bondong ke kantin seperti pasukan yang baru saja menaklukkan medan perang.

Begitu mereka sampai di kantin, langsung terdengar suara heboh:

“Bu! Es teh satu! Tapi yang rasanya kayak manisnya senyumnya Amira ya!” ucap Amira.

“Ibu, gorengan dua. Tapi jangan digoreng pakai minyak bekas cinta lama!” ucap Dina

“Bu, nasi uduk setengah, sambelnya full konflik!” ucap Jaka.

Ibu kantin yang sedang menghitung kembalian langsung tersedak.

"tolong jangan gaduh, nanti pak Darman datang lagi." ucap Arkan.

“Aduh, kalian ini bikin jantung ibu mau nyelup ke penggorengan!” degan wajah dingin tanpa ekpresi.

"Bu, tolong buatkan es dan nasi goreng untuk pak Arkan." ucap Amira.

Arkan terlebih di dahulukan oleh murid, ia di suguhkan nasi goreng dan es teh dingin. "pftt..pedas sekali siapa yang pesenin bapak dengan sambal ini." ucap Arkan memuntahkan nasi goreng dan menjulurkan lidah kepedasan.

"pak, itu sambal buatan Deri kemarin." ucap ibu kantin dengan wajah datar dan dingin.

Sementara itu, Pak Darma, Kepala sekolah yang terkenal kalem dan selalu makan siangnya tepat pukul 12.00, sedang menikmati soto ayam di sudut kantin. Ia mengunyah pelan, mencoba tetap tenang meski suara anak-anak melebihi volume toa masjid.

Tiba-tiba, pintu kantin terbuka dengan suara “NGIIIIIIIIIIIIIIIIIKKKK” dramatis.

Pak Darman, Kepala sekolah dengan kumis tebal dan gaya jalan seperti pendekar sinetron tahun 90-an, masuk dengan tatapan tajam.

“SIAPA... yang bikin kantin ini kayak pasar malam?!?”

Seluruh siswa membeku. Bahkan gorengan berhenti mendesis.

Ibu kantin ikut kaget tanpa ekpresi ia menoleh ke arah pak Darman dan lalat hinggap di dahi nya.

Pak Darman melangkah pelan, kumisnya ikut bergetar seiring tiap langkah.

“Apakah ini... pesta kejayaan atau pesta kebodohan massal?” tanyanya dengan nada dramatis.

Andi, berusaha menyelamatkan situasi, maju dan berkata, “Kami hanya sedang merayakan kelas kimia dan ekonomi yang... penuh logika absurd, Pak.”

Pak Darman mengangkat satu alis, “Logika absurd?”

Deri menambahkan, “Kami hanya... mengaplikasikan teori ekonomi permintaan dan penawaran... dengan mie goreng, Pak.”

Pak Darman mendekat. Kumisnya makin tegang.

“Kalau begitu, kalian harus tahu... bahwa pasar bebas tidak berlaku di kantin ini. Harga gorengan tetap Rp1.000. Dan tidak ada barter dengan cinta atau nilai kimia!”

Reza yang merekam dari pojok langsung berbisik, “Bro, ini momen sinematik. Kumis itu kayak punya jiwa sendiri.”

Pak Darman akhirnya menghela napas panjang.

“Baiklah, kalian bisa lanjut... asal satu syarat: bersihkan kantin setelah makan, dan jangan buat ibu kantin trauma lagi.”

“SIAP PAK!” jawab mereka kompak.

Dan mereka pun makan dengan tenang setidaknya selama lima menit, sebelum Jaka menyodorkan tempe ke Deri sambil berkata, “Ini disebut investasi jangka pendek. Makan sekarang, kenyang sekejap.”

Tawa kembali pecah.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!