Risa sudah bangun sejak tadi pagi, dia menyiapkan sarapan untuk kevin, dengan roti gandum dan susu hangat, Risa juga sudah membangunkan Kevin dan menyuruhnya mandi.
“selamat pagi, Ibu“ kevin sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya.
“pagi juga Kevin" Risa membantu Kevin menarik kursi agar dia bisa duduk dan menikmati sarapannya. “tugas kesenianku besok bagaimana?”
“Ya, kita bisa mampir ke toko buku setelah pulang sekolah untuk membeli kertas origami dan beberapa keperluan lainnya“
“Ibu tidak pergi bekerja?”
“Ibu bekerja setengah hari”
"berarti kita bisa makan ice cream setelahnya?“ Kevin bertanya penuh semangat,
“tentu asal ice cream tanpa kacang“
Risa mengusap pelan rambut Kevin yang terasa begitu lembut , Kevin benar-benar mirip dengan ayahnya. Bel berdering membuat percakapan Kevin dan Risa berhenti, siapa yang datang begitu pagi seperti ini?
“pagi kevin sayang” suara nyaring itu terdengar mengisi meja makan, wanita dalam balutan blouse semerah peach.
“tante Jennie“
Perempuan itu duduk disamping Kevin lalu mengecup pipi Kevin hingga meninggalkan jejak lipstik merah peach, Kevin terlihat tak suka dia mengusap pipinya merenggut tak suka saat ada noda lipstiknya menempel di punggung tangannya.
“Ibu“ suara kevin terdengar seperti sedang menahan tangian, Risa mengerti dengan ketidaksukaan Kevin dengan noda lipstik itu dengan cepat Risa mengambil tisu basah untuk membersihkan wajah dan tangan kevin.
“hei! Padahal tante juga bisa membersihkan wajahmu“ ucap Jennie tak suka saat Kevin lebih memilih memanggil Risa ‘Ibu’ dibandingkan dirinya.
“jadi ini Ibu yang diceritakan Ayahmu padaku?“ Jennie menatap Risa dengan pandangan mengejek, dia jelas lebih baik dibandingkan Risa.
Risa tersentak, diceritakan? Jadi Lian menceritakan tentangnya pada Jennie? Mereka saling bercerita bukankah artinya mereka dekat, ada perasaan sedih menyapa membayangkan itu.
“Jennie?”
Lian berdiri di ujung ruang makan, dia baru saja akan bergabung untuk sarapan, tangannya masih berusaha merapikan dasinya.
“biar ku bantu“
tanpa diminta Jennie menghampiri Lian dan membantunya merapikan dasinya, tangan Jennie menepuk pelan dada bidang Lian.
“aku bisa membantumu merapikan dasimu setiap hari jika kamu mau“
Jennie berjinjit berbisik pelan tepat di telinga Lian. “bukan hanya itu aku juga bisa menemani tidurmu agar kamu tidak kesepian“
Risa menelan ludahnya tak percaya, perempuan ini terlalu agresif, dia bisa mendengar bisikan Jennie yang sepertinya memang sengaja agar Risa bisa mendengarnya,
“aku harus berangkat pagi-pagi hari ini” Risa menatap Lian. “jadi aku akan berangkat duluan"
“Kevin berangkat sama Ibu“ Kevin melompat dari kursinya, dia menegak sisa-sisa susunya didalam gelas.
“Kevin” Lian mencoba mengingatkan, mata beralih menatap Risa.
“ini baru jam 7 pagi“
“bukankah sudah kubilang aku harus berangkat pagi!“
Risa menatap tak suka saat Lian menatapnya dengan tajam dan dingin.
“sudahlah biarkan mereka pergi“ Jenny tersenyum penuh arti
“bukankah ini kesempatan kita untuk berduaan?”
Darah Risa nyaris berkumpul di atas kepalanya, wajahnya memerah karena marah, bagaimana bisa wanita ini begitu terang-terangan seperti ini? rasanya Risa ingin mengatakan sesuatu agar Jenny menjauh dari Lian, tapi dia tak mempunyai hak apapun melarangnya wanita itu.
Mengapa pada akhirnya Risa harus menjatuhkan hatiku padanya, Risa tidak tahu bagaimana caranya tuhan menumbuhkan perasaannya secepat ini padanya, Risa pikir bahwa dia tidak akan pernah jatuh untuknya, dia percaya jika dia tidak akan jatuh cinta padanya.
Tapi nyatanya Risa telah jatuh hati padanya, bukan karena pesonanya atau rayuannya, ini memang terlalu cepat, tapi kenyataannya seperti itu, ada banyak laki-laki seperti Lian diluar sana tapi dia menjatuhkan hatinya pada pria yang memanggilnya kelinci bodoh.
Kevin, apa hanya itu satu-satunya alasanku tetap disampingnya saat ini? Mungkin di awal pertemuan dengannya Risa akan mengatakan ‘ya’ dengan tegas, tapi hatinya tak cukup kuat untuk mengatakan itu saat ini, pria dingin itu mencuri hatinya, dan saat ini Risa mengingat kata Keira saat itu.
“berhati-hatilah ketika kamu menjatuhkan hatimu pada seseorang, maka saat itu juga kamu memberikan kesempatan untuk melukai hatimu”
Risa tahu arti dari perkataannya sekarang, tidak akan cinta yang datang tanpa rasa sakit, tapi bukankah itu adil? Keira itu sendiri akan menjadi penawar rasa sakitnya?
“kamu sudah mau pulang?” tanya Keira saat Risa mulai merapikan mejanya,
“Ya, aku harus menemani kevin mempersiapkan tugas keseniannya” ucapku padanya.
ada sesuatu yang kulupakan, bukankah aku berkata pada Lian jika malam ini aku harus pergi ke klub hingga malam. Kejadian konyol yang memalukan memang tapi demi harga diriku, Risa jelas tak mau mengakui jika dia benar-benar sengaja menguping pembicaraannya, “bolehkan malam ini aku menginap di apartemen?”
“kenapa harus minta izin padaku? Bukankah itu memang tempat kita tinggal“
Keira tersenyum tanpa banyak bertanya apa yang terjadi, dia tahu Risa sedang dalam masalah, tapi dia tidak banyak bertanya.
“terima kasih“ Risa memeluknya erat.
Saat ini yang harus kulakukan adalah menjemput Kevin, membeli beberapa perlengkapan untuk tugasnya besok, Risa bisa memberi tahu Lian jika dia tidak pulang malam ini, bukan karena pergi ke klub, Risa bisa memberikan alasan lain yang terpenting Risa tidak ingin melihat wajahnya malam ini.
********
“Jennie“ Lian melepaskan tangan Jennie yang sejak tadi melingkar di lengannya.
“bisakah kamu menghentikan ini?” tanya Lian dengan nada yang tegas.
“tidak, kamu sudah tahu aku masih mencintaimu sejak dulu” ucap Jennie setengah teriak, dia tidak terima saat beberapa minggu yang lalu Lian cerita soal Risa kepadanya.
dia sudah mengenal Jung Lian sejak dibangku kuliah, ketika Lian lebih memilih Park Lisa, dia mengalah untuk cintanya, lalu saat Park Lisa meninggal ketika melahirkan kevin, dan Lian terpuruk, pria itu seperti tak ingin melanjutkan hidupnya, Jennie mendampinginya, dia begitu mencintai sahabatnya sampai batas dia tak bisa mengendalikan perasaannya, Jennie selalu ada saat Lian membutuhkannya,
“sudah ku katakan bukan? Jika kamu mungkin salah mengartikan persahabatan kita? sejak awal kita hanya sahabatan, bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya?"
Lian meremas erat rambutnya, ini yang paling dia tak suka saat Jennie kembali mengungkapkan perasaannya.
“sahabat” Jennie menahan air matanya yang nyaris mengalir membasahi pipinya
“kamu tahu pasti didunia ini tidak ada persahabatan antara wanita dan pria yang tak terlepas dari cinta”
“Jennie“
Lian berusaha mengusap wajah Jenny tapi tangannya ditepis kasar oleh Jennie.
“kamu dengan begitu mudahnya membiarkan perempuan asing berada ditengah-tengah dirimu dan Kevin, membiarkan Kevin memanggilnya Ibu, lalu mengajaknya tinggal bersama hanya karena dia mirip dengan Lisa”
“bukan seperti itu!“
“lalu seperti apa? Jelaskan padaku kenapa kamu membiarkannya berada disampingmu?“
akhirnya tangisan Jennie pecah, wanita itu membiarkan air matanya membasahi pipinya.
“aku takut--, aku sungguh takut kamu akan jatuh cinta padanya, aku tak mau itu terjadi, tidak bisakah kamu melihatku sebagai seseorang? Tidak bisakah kau membiarkanku mengisi ruang di hatimu? Tidak cukupkah penantianku selama ini”
Lian menarik Jennie merengkuhnya dalam sebuah pelukan agar sahabatnya sedikit tenang.
“ini terasa begitu tidak adil untukku, aku selalu berada disampingmu tapi kamu tak pernah melihatku, aku tetap disampingmu agar kamu menyadari keberadaanku, katakan padaku Lian”
Tubuh Lian mematung, tenggorokannya seperti tersumbat sesuatu hingga dia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, sejak awal hatinya tak pernah terpaut pada Jennie, dia bukan pria yang suka membohongi perasaannya sendiri, dia menganggap Jennie sebagai sahabatnya, wanita itu paling mengerti dirinya setelah ibunya, tapi bukan berarti itu bisa membuatnya jatuh cinta pada Jennie.
Lian sudah berusaha menuntun hatinya agar terjatuh pada Jennie, nyatanya semua sia-sia, lima tahun tidak pernah bisa membuatnya jatuh cinta pada Jennie.
“itu Ibu?” Kevin menunjuk foto Risa yang terpajang di dinding, Risa masih merapikan perlengkapan yang dibeli tadi,
“Ya, itu foto Ibu”
"Ibu sangat cantik” Kevin terlihat begitu kagum melihat foto Risa dalam balutan dress berwarna biru,
“terima kasih sayang” Risa menghampiri Kevin, dia mengambil beberapa baju sebelum menjemput Kevin, “ganti bajumu sekarang, setelah itu kita makan”
“lalu mengerjakan tugas kesenian untuk besok, setelahnya bisakah kita pergi untuk membeli ice cream?” tanya Kevin penuh semangat, dia mengambil baju bergambar iron man dari tangan Risa
“tentu” Risa membantu Kevin melepaskan tas punggungnya , “kita bisa pergi keluar sebentar setelah menyelesaikan semuanya”
“Ibu?”
“ya, sayang“
“kenapa Ayah tidak ikut menginap disini?”
mata Kevin mengerjap tidak mengerti, awalnya Risa tidak ingin mengajak Kevin menginap disini, tapi dia sudah berjanji akan membantunya mengerjakan tugas prakarya milik Kevin.
Entah karena tanggung jawab atau tidak, Risa kini tak ingin menyakiti Kevin lagi, cukup sekali dia berbohong Risa memang bukan ibu kevin, tapi perasaan sayang itu tumbuh begitu cepat , Risa begitu ingin melindungi anak itu, melihatnya tumbuh sebagai anak lak-laki, dia bahkan membawa pekerjaan kantornya kerumah hanya agar dia bisa pulang cepat dan bertemu Kevin.
Risa tidak peduli ketika dia harus mengerjakan pekerjaannya saat malam ketika Kevin sudah tertidur. Dia hanya ingin mendampingi Kevin, memastikannya Kevin baik-baik saja dan mendapatkan perhatian seutuhnya dari kedua orang tuanya, mungkin naluri keibuannya Risa muncul lebih awal sebelum waktunya, dia tak menyesalkan itu.
“Ayah harus menyelesaikan sesuatu” ucap Risa lembut, setelah mengganti bajunya dengan baju rumahan dia berjalan ke arah dapur memasak sup ayam kesukaan Kevin.
Aroma khas kaldu ayam mengisi penuh dapur Risa, uap panas mengepul ketika Risa menuangkan sup-nya kedalam mangkuk besar, setelah menyimpannya di meja makan tangan Risa dengan cekatan menuangkan nasi untuknya dan Kevin.
“kevin--” Risa memanggil Kevin dari arah dapur, apartemennya tak begitu luas, dapur dan meja makan begitu berdekatan. “kevin ayo makan”
“masakan Ibu selalu jadi yang terbaik!” Kevin mulai memakan nasi kedalam mulutnya,
“terima kasih“ Risa tersenyum yang membuat hati kevin menghangat.
“Ibu” ucap kevin pelan, dia tampak ragu melanjutkan ucapannya.
“ya“ Risa menatap Kevin, tapi Kevin malah semakin menunduk mengaduk sup-nya pelan.
“Ibu tidak pulang kerumah, maksudnya kevin kerumah kita“ Kevin tampak gugup, anak itu hanya takut mengucapkan kata-kata yang salah
”apa karena Ibu marah pada Ayah? Marah karena ada tante Jennie pagi tadi“
“tidak, kenapa Kevin berfikir seperti itu?”
“karena teman Kevin, dia bercerita padaku, kalau dia sudah dua minggu ini dia tidak pulang ke rumahnya, dia bilang karena ada tante yang menemani ayahnya, ibunya jadi tidak pernah pulang kerumah dan meninggalkan ayahnya”
Bibir Risa tertutup rapat, secara tersirat Risa bisa mengerti permasalahan ibu dari teman Kevin, mungkin sebentar lagi bisa saja mereka bercerai, atau memang sudah bercerai karena dari itu mereka hidup berpisah membiarkan anaknya bertanya-tanya tentang kedua orangtuanya tidak lagi tinggal bersama.
Ada rasa khawatir yang muncul begitu saja dalam hati Song Risa, anak kecil lebih sensitif dari orang dewasa dia bisa menyadari dengan begitu cepat jika orangtua mereka dalam masalah,
“kevin” Risa berjalan mengitari meja makan untuk sampai di samping Kevin,
”Ibu dan Ayah baik-baik saja, semua tidak seperti yang kamu pikirkan”
Dengan penuh kasih sayang Risa mengusap rambut Kevin, wajahnya kini tersenyum,
“Ibu harus janji”
“janji” alis Risa terangkat, Kevin mengangguk penuh keyakinan
"Ibu harus berjanji takkan pernah meninggalkan Ayah dan Kevin”
Risa menarik nafas dalam, bisakah? harus berapa kali dia berbohong? Kevin tak boleh tersakiti lagi, Kevin menjulurkan jari kelingkingnya, menunggu penuh harapan agar Risa mau berjanji untuknya .
“baiklah” jari kelingking Kevin dan Risa bertautan, senyum diwajah Kevin membuat hati Risa bersedih, jika dia berpisah dengan Kevin nanti, entah karena faktor apapun Risa takkan melupakan Kevin.
*********
Lian menggeram kesal, jam enam sore dia sudah sampai dirumah, niatnya dia ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama Kevin, mungkin tak hanya Kevin, sosok gadis itu juga menjadinya salah satu alasannya, anggap saja adanya Risa ditengah-tengah dia dan putranya adalah hadiah dari tuhan.
Dan setelah sampai dirumah Lian tak menemukan keberadaan putranya, bahkan Risa sulit dihubungi, berkali-kali Lian mencoba menelpon, hasilnya nihil.
“sekali lagi“ suara Lian merendah, “jika kamu tidak mengangkatnya telponku, aku akan--”
Akan apa? Bahkan Jung Lian tidak mampu melanjutkan perkataannya, karena dia memang tidak marah pada Risa yang tak memberitahunya, dia hanya khawatir, ada perasaan takut yang membuatnya gelisah,
“hallo” akhirnya, Lian menarik nafas lega.
“kamu dimana?” suara itu terdengar begitu jelas, dahi Lian mengerut.
“aku berada di pasar malam dekat apartemenku“
“untuk apa pergi kesana?“
Lian melonggarkan dasinya,tapi tangannya tiba-tiba saja berhenti, dia teringat kejadian tadi pagi saat Jennie merapikan dasinya didepan Risa, apa Risa baik-baik saja dengan semua ini? Apa yang Lian harapkan dari seorang gadis berumur 21 tahun.
“menemani Kevin, awalnya aku hanya ingin mengajaknya makan es krim tapi dia terlihat begitu senang melihat beberapa pertunjukan disini”
Tanpa sadar bibir Lian tersenyum, Risa sepertinya memang mengenal Kevin lebih dekat dibandingkan dirinya sendiri,
"Lian”
“hm?”
“aku dan Kevin tidak pulang malam ini”
“kenapa“
“tidak kenapa-kenapa, aku hanya merindukan kamarku”
‘Tapi aku juga merindukanmu’ gumam Lian dalam hati, rasanya ingin sekali berkata seperti itu, tapi dia tahu Risa takkan menyukai ini, bahkan umurnya dengan Risa terlampau cukup jauh 6 tahun, Lian tidak pernah berpikir akan menyukai gadis yang usianya jauh lebih muda darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Aqiyu
6 tahun ga tua kalau itu laki-laki
2022-03-08
0
Isrotin Setia
lanjut dulu💪
2022-02-24
0
mojang banten
lanjut dan semangat
2021-02-28
0