Lelaki tua itu membangunkan Robbin sebab sebentar lagi akan berangkat ke kota.
Robbin yang bertubuh tinggi dan kekar perlahan membuka kelopak matanya serta meregangkan otot-otot yang kaku karena berbaring dengan posisi menekuk kaki.
Robbin
Oh... maaf, Pak. Ketiduran.
Peternak Sapi
Tidak apa-apa... sudah sore, kita balik sekarang agar tidak kemalaman di jalan!
Robbin
Ouh iya, Pak!
Lelaki itu membangunkan peri hutan yang tertidur pulas.
Robbin
Forena, bangun... Forena!
Kedua netra bak semburat pelangi menyesuaikan dengan bias cahaya. Sejenak ia terdiam memandangi wajah Robbin yang berewok.
Robbin
Ayo, bangun! Kita berangkat!
Peri Hutan (FORENA)
Iya, Iya!
Sebuah sedan antik berwarna hijau army berjalan pelan melewati jalan tanpa aspal, hanya tanah kering yang gundul. Mungkin karena sering terinjak ban mobil rerumputan itu kering dan mati.
Peri Hutan (FORENA)
Ini apa namanya? asyik sekali!
Peri hutan itu berbisik di telinga Robbin yang duduk di sebelahnya.
Robbin
Mobil!
Peri Hutan (FORENA)
Apa itu mobil?
Robbin
Ya... ini mobil!
Peri Hutan (FORENA)
Oh! Iya...
Lelaki tua menikmati adrenalin menyetir di medan gersang berdebu . Namun, sesekali asap mengepul dari mulutnya, satu tangannya mengapit rokok.
Peternak Sapi
Rumah kalian di mana, Den?
Robbin
Kota Denin, Pak!
Kalau Bapak di mana?
Peternak Sapi
Kenzul, Den!
Robbin
Wah! Keren tuh, kotanya terkenal dengan Museum Flora!
Peternak Sapi
Iya, tapi bapak belum pernah ke Museum itu
Forena menatap pepohonan dari balik jendela mobil. Tampak hewan-hewan kecil dan burung di sana menatapnya tertegun.
Robbin
Biasanya berapa jam bisa tembus kota, pak?
Peternak Sapi
Sekitar tiga jam!
Kurang lebih lima kilometer menempuh jalan tanah, akhirnya mereka sampai di jalan beraspal yang sempit. Sisi kirinya berupa bukit, sedangkan sisi kanannya jurang tampak tidak dalam. Bapak tua itu mamacu mobilnya sedikit lebih cepat.
Peri Hutan (FORENA)
Roubbin!
Robbin
Kenapa?
Peri Hutan (FORENA)
Kepalaku pusing!
Robbin
Hah?
Peri Hutan (FORENA)
Pusing!
Wanita itu bersandar di kursi mobil. Kedua matanya tertutup
Robbin
Tidur saja! kalau sudah sampai, nanti aku bangunkan.
Peri Hutan (FORENA)
Iya....
Peri Hutan (FORENA)
Hueeaaakkkk!
Roti yang sudah dicerna usus beraroma khas itu muncrat keluar dari mulut Forena.
Robbin
Oh my God! Muntah enggak bilang-bilang!
Robbin memandangi jaketnya yang disembur muntah Forena. Sekilas lelaki tua memandang ke arah belakang.
Peri Hutan (FORENA)
Haaa... tolong!
Robbin
Pak, berhenti sebentar! Istri saya mabok!
Pria tua itu menepikan mobil. Baru saja satu kaki Forena menyentuh tanah, mulutnya kembali menyemburkan muntah.
Peri Hutan (FORENA)
Aku tidak sanggup lagi!
Robbin
Ini, minum!
Robbin menyodorkan sebotol air
Peri Hutan (FORENA)
Tidak usah naik benda itu!
Robbin
Kota masih jauh... kamu mau jalan kaki?
Peri Hutan (FORENA)
Kita menghilang saja, pakai kekuatanku!
Robbin
Kenapa enggak kepikian dari tadi?! Ah ngeselin...
Peternak Sapi
Gimana, Den? Sudah mendingan?
Robbin
Duluan saja, Pak! Kami turun di sini saja.
Peternak Sapi
Kota masih jauh, Den!
Robbin
Enggak apa-apa, Pak! Istri saya tidak sanggup kalau harus lanjut...
Peternak Sapi
Baiklah! Bapak lanjut dulu...
Robbin
Terima kasih, Pak!
Peternak Sapi
Iya, hat-hati! Biasanya ada truk yang lewat. Kalian numpang saja!
Sedan tua itu kembali berjalan, hingga benar-benar hilang. Robbin dan Forena duduk bersandar di sisi bukit sebelah kiri jalan menunggu perasaan gadis itu kembalu normal.
Comments
ABCD 1234
kalo ad yg lbh cept knp hars repot 😆
2020-10-07
1
tang san
hahaha lucu deh aku ketawa pas dia mu.tag di mobil sambil bayangin kejadiannya hehehe bagus banget deh ceritanya
2020-10-06
1
Renne
muntah, dihari pertama naik mobil
2020-10-04
2