Menjemput Ranu, Menjemput Semangat

Hari ini hari Sabtu, dan ada pertandingan futsal persahabatan antara sekolahku, SMA Negeri 10 Bandar Lampung, dengan SMA 21. Aku bukan hanya semangat karena aku kapten tim futsal, tapi yang membuatku paling bahagia adalah karena Ranu kekasihku akan datang menyemangati ku.

Sebelum berangkat, aku sempatkan diri untuk menjemput Ranu di rumahnya. Dengan hati riang, kuambil kunci "belalang tempurku" Honda C70 kesayanganku dan langsung melaju menuju rumah Ranu. Setibanya di sana, aku mengetuk pintu.

"Tok tok tok... Assalamualaikum."

Pintu dibuka oleh sosok gagah berbaju loreng. Ternyata ayah Ranu yang membukakan pintu. Wajahnya penuh wibawa, tapi tetap ramah.

"Waalaikumsalam. Oh, kamu temannya Ranu ya?"

"Iya Om, saya Rian. Ranu-nya ada?"

"Ada, sebentar ya, Om panggilkan. Ranu, ada temen sekolahmu datang nih!"

Dari dalam terdengar sahutan, "Iya Yah, suruh tunggu bentar."

Ayah Ranu mempersilakan aku duduk di teras.

"Duduk dulu, Rian. Biasa, perempuan kalau dandan lama, sama aja kayak ibunya, hahaha."

Aku tersenyum canggung. "Iya Om, nggak apa-apa kok."

"Om pamit ya, mau tugas negara. Jaga Ranu baik-baik." Katanya sambil menaiki kendaraan dinas.

Beberapa menit kemudian, aroma parfum yang lembut mulai tercium. Ranu keluar mengenakan seragam rapi dan senyum manis yang selalu sukses membuat degup jantungku tak beraturan.

"Hai... lama ya nungguin aku, Sayang?"

"Nggak kok, masih lebih lama nungguin Neil Armstrong balik dari bulan," jawabku menggoda.

"Hahaha, Kakak bisa aja. Yuk, berangkat."

"Siap, Tuan Putri."

Kami pun berangkat ke sekolah.

Tepat pukul 07.00 WIB kami sampai. Setelah menurunkan Ranu di kelas, aku pamit untuk ke ruang ganti dan menemui tim futsal.

"Sayang, aku ganti baju dulu ya, sekalian persiapan pertandingan."

"Iya, Sayangku. Semangat ya! Semoga kamu dan tim menang hari ini," ucapnya sambil mengusap rambutku.

Doanya membuatku makin bersemangat.

Di ruang ganti, aku dan tim mulai menyusun strategi. Pertandingan dijadwalkan mulai pukul 08.00, masih ada waktu untuk briefing.

Saat pertandingan dimulai, kami berdoa terlebih dahulu. Aku memimpin doa tim, dan begitu masuk ke lapangan, mataku langsung mencari-cari Ranu di tribun. Benar saja, ia duduk di barisan depan bersama Susi, teman sebangkunya. Ia melambaikan tangan dan tersenyum padaku. Energi semangatku langsung naik sepuluh kali lipat.

PRIIIIT!

Peluit dibunyikan. Babak pertama berjalan sengit, dan kami sempat tertinggal dua poin. Tapi di babak kedua, semangat tim bangkit. Sorakan Ranu dari tribun membuatku bermain lebih fokus. Akhirnya, kami berhasil membalikkan keadaan dan menang.

Setelah bersalaman dengan tim lawan, aku langsung menuju Ranu. Ia menyambut ku dengan air minum dan mengusap keringatku.

"Selamat ya, Sayangku. Akhirnya menang juga," ucapnya lembut.

"Makasih, Sayang. Berkat dukungan kamu. Karena kita menang, kamu, Susi, dan seluruh tim aku traktir makan di warung Mang Ujang!"

"Waaah!" seru seluruh tim dengan semangat.

Kami pun konvoi menuju warung Mang Ujang. Aku dan Ranu berboncengan dengan belalang tempurku. Di sepanjang jalan, angin sore dan senyum Ranu menambah kesempurnaan hari itu.

Sesampainya di warung, kami disambut hangat oleh Mang Ujang.

"Waduh rame banget nih, habis tanding ya?" sapa Mang Ujang.

"Iya Mang, dan kita menang!" seruku.

"Wih mantap! Sini, duduk dulu. Yang biasa ya?"

"Iya Mang, kayak biasa. Tapi hari ini traktir semua!" jawabku semangat.

Suasana warung pun ramai dengan canda tawa kami. Ranu duduk di sebelahku, sesekali tertawa, sesekali menyandarkan kepala di pundakku.

Hari itu terasa seperti hadiah dari semesta. Aku punya tim yang hebat, sahabat yang solid, dan kekasih yang selalu mendukung. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu.

Sore menjelang, kami pun satu per satu berpamitan. Aku kembali mengantar Ranu pulang. Di jalan, kami tak banyak bicara. Hanya suara angin, suara motor, dan senyuman kecil yang membuat hatiku penuh.

Sebelum turun dari motor, Ranu menatapku.

"Hari ini seru banget, Kak. Makasih ya."

"Aku yang harusnya bilang makasih. Kamu bawa semangat buat aku, Ran."

Ia tersenyum, lalu mencium pipiku sekilas. "Untuk keberanian kamu hari ini."

Aku hanya bisa terdiam. Bahagia. Penuh.

Ya Allah, terima kasih untuk hari ini. Untuk Ranu. Untuk semuanya.

Episodes
1 Pertemuanku Dengan Ranu
2 Tentang Ranu
3 Saat Kita Jadi "Kita"
4 Menjemput Ranu, Menjemput Semangat
5 Janji di Bawah Hujan
6 Hari Sabtu di Pantai
7 Film, Popcorn, dan Detak Jantung
8 Tawa di Rumah Susi
9 Sepucuk Surat di Laci Meja
10 Setelah Hujan, Cerita Kita
11 Cemburu Satu Sisi
12 Kejutan Manis dari Ranu
13 Seragam yang Sama, Tatapan yang Berbeda
14 Obrolan di Bawah Bintang
15 Hadirmu Obat Bagiku
16 Kembali ke Bangku Sekolah
17 Diam-Diam Aku Takut Kehilanganmu
18 Taman Kecil, Cerita Besar
19 Pesan yang Membuat Gelisah
20 Study Tour, Cemburu, dan Keyakinan
21 Perjalanan Pulang, Perasaan yang Semakin Dalam
22 Pelukan Malam dan Cerita yang Tertinggal
23 Pagi yang Dingin, Tatapan yang Tajam
24 Diam-Diam Rindu di Tengah Pelajaran
25 Peluk dari Jauh
26 Senyummu, Hariku
27 Jeda yang Bikin Rindu
28 Nasi Uduk dan Tangan Kecilmu
29 Novel, Ngakak, dan Sedikit Deg-Degan
30 Tanda Tanya di Hati
31 Ngobrolin Masa Depan di Bangku Belakang
32 Langkah Awal Penulis dan Kekasihnya
33 Inspirasi dari Masa Lalu
34 Hari Baru, Semangat Baru
35 Pesta Ulang Tahun Susi
36 Chat Misterius dari Sosok Lama
37 Ranu Jujur di Waktu yang Tak Terduga
38 Ulang Tahunmu, Ranu
39 Satu Hati di Tengah Kota
40 Kata-kata yang Tak Bisa Didiamkan
41 Pagi dan Janji yang Tak Diucapkan
42 Detektif Ranu Sang Ahli Filling
43 Satu Meja, Satu Ide
44 Raan Kateci — Nama yang Akan Diingat
45 Idola Sekolah Baru
46 Seblak Hadi Dulu, Kak...adek laper
47 Langkah Kita di Pasir Pahawang
48 Misi Cinta untuk Si Ratu Jomblo
49 Yang Dulu Hanya Candaan, Kini Jadi Kenyataan
50 Bab Baru, Buku Baru
51 Novel kedua "Langkah Dua Rasa"
52 Mantan Kakak Kelas Itu Sekarang Jadi Editor
53 Bisik Tawaran dalam Diam
54 Di Antara Dua Pilihan, Aku Milih Kita
55 Peluncuran Rasa di Rak Buku
56 Saat Rasa Butuh Bicara
57 Surat Tanpa Nama, Cinta Tanpa Suara
58 Jejak Tinta Tanpa Nama
59 Jejak Kertas dan Nama Pena R.T
60 Wajah di Balik Tulisan
61 Janji yang Ditulis Tanpa Tinta
62 Suara Kita di Dunia Maya
63 Bayangan di Antara Kata
64 Surat Terbuka untuk Masa Depan Kita
65 Rayakan dengan Kail dan Tawa
66 Salah Paham Manja (Ngambek Level Cium Kening Pun Gak Mempan)
67 Di Antara Diam dan Pelukan Hangat
68 Cemburu Tipis dan Promo Gedean
69 Suara yang Tak Akan Kembali
70 Pelukan, Doa, dan Kehangatan yang Datang Terlambat
71 Pelan-Pelan Sembuh
72 Dua Novel, Satu Senyum
73 Setelah Makan Malam Itu
74 Kata yang Tertinggal, Kini Tersambung
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Pertemuanku Dengan Ranu
2
Tentang Ranu
3
Saat Kita Jadi "Kita"
4
Menjemput Ranu, Menjemput Semangat
5
Janji di Bawah Hujan
6
Hari Sabtu di Pantai
7
Film, Popcorn, dan Detak Jantung
8
Tawa di Rumah Susi
9
Sepucuk Surat di Laci Meja
10
Setelah Hujan, Cerita Kita
11
Cemburu Satu Sisi
12
Kejutan Manis dari Ranu
13
Seragam yang Sama, Tatapan yang Berbeda
14
Obrolan di Bawah Bintang
15
Hadirmu Obat Bagiku
16
Kembali ke Bangku Sekolah
17
Diam-Diam Aku Takut Kehilanganmu
18
Taman Kecil, Cerita Besar
19
Pesan yang Membuat Gelisah
20
Study Tour, Cemburu, dan Keyakinan
21
Perjalanan Pulang, Perasaan yang Semakin Dalam
22
Pelukan Malam dan Cerita yang Tertinggal
23
Pagi yang Dingin, Tatapan yang Tajam
24
Diam-Diam Rindu di Tengah Pelajaran
25
Peluk dari Jauh
26
Senyummu, Hariku
27
Jeda yang Bikin Rindu
28
Nasi Uduk dan Tangan Kecilmu
29
Novel, Ngakak, dan Sedikit Deg-Degan
30
Tanda Tanya di Hati
31
Ngobrolin Masa Depan di Bangku Belakang
32
Langkah Awal Penulis dan Kekasihnya
33
Inspirasi dari Masa Lalu
34
Hari Baru, Semangat Baru
35
Pesta Ulang Tahun Susi
36
Chat Misterius dari Sosok Lama
37
Ranu Jujur di Waktu yang Tak Terduga
38
Ulang Tahunmu, Ranu
39
Satu Hati di Tengah Kota
40
Kata-kata yang Tak Bisa Didiamkan
41
Pagi dan Janji yang Tak Diucapkan
42
Detektif Ranu Sang Ahli Filling
43
Satu Meja, Satu Ide
44
Raan Kateci — Nama yang Akan Diingat
45
Idola Sekolah Baru
46
Seblak Hadi Dulu, Kak...adek laper
47
Langkah Kita di Pasir Pahawang
48
Misi Cinta untuk Si Ratu Jomblo
49
Yang Dulu Hanya Candaan, Kini Jadi Kenyataan
50
Bab Baru, Buku Baru
51
Novel kedua "Langkah Dua Rasa"
52
Mantan Kakak Kelas Itu Sekarang Jadi Editor
53
Bisik Tawaran dalam Diam
54
Di Antara Dua Pilihan, Aku Milih Kita
55
Peluncuran Rasa di Rak Buku
56
Saat Rasa Butuh Bicara
57
Surat Tanpa Nama, Cinta Tanpa Suara
58
Jejak Tinta Tanpa Nama
59
Jejak Kertas dan Nama Pena R.T
60
Wajah di Balik Tulisan
61
Janji yang Ditulis Tanpa Tinta
62
Suara Kita di Dunia Maya
63
Bayangan di Antara Kata
64
Surat Terbuka untuk Masa Depan Kita
65
Rayakan dengan Kail dan Tawa
66
Salah Paham Manja (Ngambek Level Cium Kening Pun Gak Mempan)
67
Di Antara Diam dan Pelukan Hangat
68
Cemburu Tipis dan Promo Gedean
69
Suara yang Tak Akan Kembali
70
Pelukan, Doa, dan Kehangatan yang Datang Terlambat
71
Pelan-Pelan Sembuh
72
Dua Novel, Satu Senyum
73
Setelah Makan Malam Itu
74
Kata yang Tertinggal, Kini Tersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!