"Apa pun rintangan yang menghadang, akan aku lewati.
Karena Ranu adalah sosok yang pantas untuk aku perjuangkan."
— Ranu
---
Ranu adalah gadis cantik berdarah Sunda. Wajahnya lembut, sikapnya santun, dan tutur katanya halus. Meskipun kadang sedikit menjengkelkan, justru itulah yang membuatku menyukainya. Ada sisi misterius dalam dirinya yang tidak mudah ditebak, tapi justru membuatku ingin mengenalnya lebih dalam lagi.
Ayah Ranu adalah seorang tentara aktif di TNI Angkatan Darat. Wajahnya tegas, khas pria Sunda dengan kumis tebal yang menghiasi garis wajahnya. Sekilas terlihat galak, tapi ternyata ia sosok yang ramah dan penuh humor. Aku masih ingat jelas percakapan pertamaku dengannya—dan betapa deg-degannya aku saat itu.
Suatu sore, saat aku sedang mengobrol santai di ruang tamu rumah Ranu, tiba-tiba beliau berkata dengan nada serius, sambil menatapku tajam:
> “Nak, kamu tahu nggak... sebenarnya aku tidak setuju kalau kamu menikah dengan anakku.”
Jantungku seperti berhenti sejenak. Suasana berubah hening.
> “E-eh... memang kenapa, Om?” tanyaku gugup, hampir kehilangan suara.
> “Karena kalian masih sekolah. Mana mungkin aku setuju?”
Ia terdiam sebentar, lalu tertawa terbahak-bahak.
> “Hahaha... becanda, Nak!”
Aku pun tertawa—setengah lega, setengah malu.
> “Ah, Om bisa aja. Saya juga nggak kepikiran ke situ dulu, kok. Masih mau sekolah, kuliah, dan berkarier dulu.”
Ayah Ranu mengangguk, lalu menepuk pundakku. Sejak saat itu, rasa segan berganti menjadi rasa hormat. Ia mungkin galak di luar, tapi hatinya sangat hangat.
Ibu Ranu, seorang guru swasta asal Jawa, tak kalah menawan. Sikapnya lembut, ramah, dan penuh perhatian tak heran Ranu mewarisi banyak sifat baik darinya. Bahkan cara Ranu tersenyum pun, mengingatkanku pada senyum ibunya.
Sebagai anak tunggal, Ranu memang sedikit manja. Tapi bukan manja yang menyebalkan lebih ke arah ingin dimengerti. Selain cantik, ia juga pintar. Nilainya selalu bagus, ia aktif dalam kegiatan sekolah, dan yang paling membuatku terpesona: Ranu pandai mengaji. Suaranya merdu saat bershalawat, seolah membuatku sedang mendengar bidadari dari langit.
Ranu juga punya bakat dalam menulis puisi. Suatu hari, ia memberiku selembar kertas kecil. Di situ, tertulis sebuah puisi yang ia tulis sendiri katanya, untukku:
> "Kamu"
Kamu adalah sajak terindah yang diberikan kepadaku.
Kamu adalah pelangi yang menghiasi ruang semu dalam hatiku.
Kamu adalah tetesan air hujan yang membasahi relung jiwaku.
Kamu adalah perjalanan panjang yang harus ku tempuh tanpa lelah.
Kamu adalah cahaya yang menerangi hari-hariku.
Kamu adalah hembusan angin lembut yang menyentuh tubuhku.
Kamu adalah bintang yang datang di malam hari, sebagai penghias gelap ku.
Dan kamu... adalah belahan jiwaku.
Aku membaca puisi itu berulang-ulang. Kata-katanya sederhana, tapi mengandung makna yang dalam. Bagiku, itu adalah hadiah terindah.
Ranu... gadis itu bukan sekadar teman sekelas, bukan sekadar teman ngobrol saat istirahat.
Dia adalah alasan mengapa aku semangat datang ke sekolah.
Dia adalah sosok yang kutunggu setiap pagi, dan kunanti saat bel pulang belum berbunyi.
Dia adalah sosok yang membuatku merindukan hari-hari, bahkan sebelum hari itu dimulai.
Mungkin belum semua tentang Ranu bisa ku ceritakan. Tapi satu hal yang pasti...
Dia adalah hadiah yang Allah kirimkan untukku.
Dan aku akan melakukan apa pun agar ia bahagia di bumi ini... dan semoga nanti, di akhirat juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments