"Dasar wanita angkuh! Baiklah kalau kau tidak menginginkan tanggung jawab dariku! Ngomong-ngomong semalam itu kau terlalu kaku!" ucap pria itu dengan nada meledek.
"Apa kau bilang?! Kaku katamu?! Kau itu yang amatiran!" balas Ameena ketus.
"Terserah kau saja. Yang jelas aku adalah seorang pria, kau yang akan menjadi orang yang paling di rugikan dengan kejadian semalam karna kau adalah seorang wanita. Bagaimana kalau kau hamil?" pria itu menakut-nakuti.
Ameena terdiam, yang dikatakan pria itu memang ada benarnya. Apalagi mereka tidak menggunakan pengaman apapun semalam.
"Ah, aku lupa! Kau kan tidak butuh tanggung jawab dariku. Jadi bukan urusanku kalau kau sampai hamil."
Kemudian pria itu bangkit dari ranjang, dan mengenakan pakaiannya secara kilat sebelum mata Ameena melompat keluar saat melihat tubuh polosnya secara sadar.
"Aku ambil uang ini, aku anggap uang ini sebagai konpensasi karna kau telah merenggut keperjakaanku semalam." pria itu memunguti uang-uang yang berserakan di atas ranjang. Tapi diam-diam pria itu meletakan kartu namanya di sana, siapa tahu Ameena akan berubah pikiran dan menuntut tanggung jawab darinya.
"Memangnya hanya kau yang kehilangan keperjakaanmu? Aku juga kehilangan keperawananku tahu!" balas Ameena dalam hatinya. Sedangkan bibirnya terkunci rapat.
"Aku pergi sekarang." pamit pria itu tanpa berani menatap ke arah Ameena lagi.
"Ya, ambilah uang itu! Aku tahu pria miskin sepertimu sangat membutuhkan uang!" hardik Ameena setelah pria itu keluar dari kamar hotel. Meninggalkan Ameena seorang diri.
Ameena sangat membenci pria miskin, karna kebanyakan pelaku kejahatan terhadap anak-anak dan wanita yang ia tangani adalah pria miskin yang memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Hingga melampiaskan semuanya pada anak-anak dan wanita yang tak berdaya.
"Semua pria sama saja! Miskin ataupun kaya, sama-sama suka menyakiti wanita!" Mata Ameena tiba-tiba terasa panas. Cairan bening lolos begitu saja membasahi pipi polosnya.
"Tidak Ameena! Ini bukan saatnya untuk menangis. Hari ini adalah sidang pertama kasus Yenny, aku harus bisa memberikan keadilan pada Yenny." Ameena berkata pada dirinya sendiri.
Yenny adalah siswi kelas 2 SMP yang menjadi korban pencabulan pamannya sendiri.
Beberapa bulan terakhir ini. Ameena sedang gencar-gencarnya menuntuk keadilan untuk gadis malang itu.
Tapi entah kenapa Ameena yang paling bisa diandalkan untuk memberikan keadilan pada orang lain. Malah tidak bisa melindungi dirinya sendiri hingga ada seseorang yang menaruh obat dalam minumannya.
***
Dengan langkah tergesa, bergegas Ameena pergi ke gedung pengadilan karna persidangan kasus Yenny akan segera dimulai.
Beruntungnya Ameena bisa tiba 10 menit sebelum sidang dimulai, jadi Ameena bisa bicara dengan Yenny terlebih dahulu.
"Yenny, kau jangan takut ya sayang. Kau harus berani memgatakan semua perbuatan bejat pria brengsek itu di hadapan hakim. Kalau kau tidak berani, maka usahaku untuk menegakan keadilan untukmu akan menjadi sia-sia." Ameena memberikan semangat pada Yenny.
"Baik kak." gadis malang itu menganggukan kepalanya dengan lirih.
Singkat cerita sidang pun telah dimulai, Ameena dan tim pengacara yang menangani kasus Yenny membela gadis itu mati-matian. Berkat bukti dan kesaksian Yenny, akhirnya pria bejat itu mendapat hukuman 15 tahun penjara.
"Yenny, berani sekali kau melakukan semua ini padaku! Dasar tidak tahu diri! Sejak orang tuamu meninggal, aku yang telah memberimu makan dan tempat tinggal!" marah pria bejat itu pada sang keponakan.
"Camkan satuhal Yenny! Setelah aku keluar dari penjara nanti, aku akan menuntut balas!" ancam pria itu lagi.
Yenny yang ketakutan, hanya bisa bersembunyi di belakang tubuh Ameena.
"Tidak usah takut! Aku akan melindungimu." Ameena memeluk Yenny untuk menguatkan.
"Petugas! Cepet seret pria itu ke dalam penjara!" titah Ameena.
Pria itu tak bisa berkata-kata lagi saat 4 orang petugas menyeretnya secara paksa ke dalam penjara.
"Dera, aku titipkan Yenny untuk tinggal bersamamu sampai kondisi mental Yenny membaik." pinta Ameena pada sahabatnya yang merupakan seorang pisikolog.
Yenny mengalami trauma berat karna pelecehan yang dilakukan pamannya selama ini, gadis malang itu akan berteriak histeris tiap kali ada suatu kejadian yang mengingatkan pada traumanya.
"Kau tenang saja. Serahkan Yenny padaku." balas Dera.
"Ngomong-ngomong, kemana kau semalam? Kenapa meninggalkan acara pesta lebih awal? Semua orang mencarimu untuk memberimu penghargaan." tanya Dera penuh selidik.
"Tadi malam tiba-tiba kepalaku terasa sakit. Jadi aku memutuskan untuk istirahat di kamar." dusta Ameena. Ameena tidak mau menceritakan apa yang terjadi padanya semalam pada siapapun, termasuk pada sahabatnya sendiri.
"Oh begitu ya." Dera percaya saja dengan ucapan Ameena.
"Apa paketnya sudah kau terima?" tanya Dera lagi.
"Paket apa?" Ameena balik bertanya.
"Astaga Ameena, bukannya sudah aku bilang akan mengirimkan bukti foto dan rekaman CCTV dari ruangan kepala sekolah Cahaya ke kamar hotel tempatmu menginap." Dera mengingatkan.
Selain menangani kasus Yenny, mereka juga sedang menangani kasus tentang kepala sekolah Cahaya yang diduga telah melakuka pelecehan pada murid-muridnya yang berkebutuhan kusus.
"OMG! sepertinya aku meninggalkan paket itu di kamar hotel." Ameena menepuk dahinya sendiri.
Dera hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Ameena.
"Kau tenang saja, aku akan kembali ke hotel itu untuk mengambil paketnya." ucap Ameena.
"Baiklah. Aku juga harus kembali ke kantor sekarang. Karna jam praktekku sudah di tunda selama 3 jam. Aku tidak mau membuat para pasienku lebih lama menunggu." ujar Dera.
"Hem. Hati-hati ya." kata Ameena. Kedua wanita cantik yang sudah bersahabat sejak bangku sekolah itupun berpisah karna tujuan mereka berbeda.
Ameena terpaksa harus kembali ke hotel tempat dirinya menginap semalam. Padahal Ameena tidak mau menginjakan kakinya di hotel tersebut lagi karna tidak ingin kembali teringat dengan apa yang terjadi padanya semalam.
Tapi Ameena tidak punya pilihan lain karna harus mengambil paketnya.
Setibanya di hotel tersebut, Ameena langsung menghampiri pegawai hotel yang bertugas untuk menyimpan barang-barang milik pelanggan yang tertinggal.
"Ini barang-barang anda yang tertinggal nona." seorang pegawai hotel menyerahkan sebuah paket serta kartu nama pada Ameena.
"Terima kasih." Ameena meraihnya diiringi senyuman ramah.
"Apa ini? Sepertinya ini kartu nama milik kurir tadi malam." cicit Ameena dengan bibir yang mencebik.
"Aku tidak mau berurusan dengan pria itu lagi!" Ameena membuang kartu nama tersebut ke tempat sampah.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Cantika
jangan begitu ameena, siapa tahu satria jodohmu
2025-04-23
0