Chapter 4

Ponsel Helena bergetar menandakan pesan masuk dari Jules, wanita yang menjahit beberapa rancangannya. Ia membaca pesan Jules yang mengatakan pakaiannya sudah jadi dengan menyertakan beberapa foto dan Helena langsung membalas pesan Jules. Setelah itu Helena menyimpan ponselnya. Ia sedikit bingung saat melihat Venus yang sedang semangat bergosip.

“Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya menarik.”

“Hera mengajukan kontrak kerja sama dengan perusahaan terbesar di Amerika,” kata Diana terlewat antusias. Padahal yang ia ceritakan adalah Hera.

“Perusahaan siapa?”

“Pallas. Pallas Corporation,” jawab Hera.

“Oohh. Aku yakin pria tua itu pasti akan menandatangani kontrakmu.”

Hera dan Inanna tertawa terbahak-bahak seakan Helena idiot. Venus tahu bahwa Helena tidak tahu apa-apa tentang suatu usaha yang bukan bergerak di bidang fashion.

Di dalam 'Venus', mereka akan bercerita apa yang mereka lakukan kemarin atau mendatang. Bila ingin ceritanya dilanjutkan, mereka akan berkata 'Red'.

“Wow kau hebat, Beauty!” kata Diana dengan mata berbinar. “Oh aku lupa, RED!”

“Aku baru mengajukan, belum tentu pria itu terima.”

“Bila dia menolak penawaranmu, aku akan menidurinya hingga dia mau menandatangani kontrakmu,” kata Helena bercanda.

“Ya, aku yakin sekali dia pasti mau,” kata Hera terkikik geli.

“Apa dia seorang playboy?”

Inanna menggeleng menjawab pertanyaan Diana. “Dia hanya memiliki isu kedekatannya dengan A, B, C, atau D. Tapi tidak ada pernyataan yang sebenarnya dari mereka. Dan yang aku tahu dia hanya memiliki 2 mantan kekasih seumur hidupnya.”

Helena hanya mengatakan oh tanpa suara. Helena tidak tahu nama-nama pengusaha minyak bumi, real estat, pembangunan, transportasi dan lain-lain di New York, apalagi di dunia. Helena lebih mengenal desainer-desainer terkenal. Helena lebih suka mengoleksi gaun, tas, sepatu, aksesoris daripada kertas tebal yang isinya tulisan semua. Helena lebih suka menggambar 1.000 pakaian atau gaun daripada membaca 1.000 lembar kertas. Helena lebih suka menata rambut daripada menandatangani tumpukan kertas di meja.

“Aku ingin melihat tubuh telanjangnya. Memegang bahu dan perut kotak-kotaknya. Dia pasti sering olahraga,” kata Hera menerawang dengan kedua tangan seolah sedang menyentuh seorang pria.

“Kau meneteskan air liur, Beauty,” tegur Helena.

“Apa dia se-panas itu? Se-seksi itu? Kau pernah bertemu dengannya, Beauty?” Diana memasang mata besarnya.

“Belum. Tapi akan. Segera.”

“Dia menjadi pebisnis kondang sekarang. Selain pendiri Pallas Corporation, dia juga memiliki banyak gedung pencakar langit. Dia menjadi pemegang saham terbesar di dunia 3 tahun terakhir. Dan juga orang terkaya menurut majalah Forbes,” ujar Inanna.

Hera mengangguk, membenarkan. “Pertambangan minyak bumi di Arab, real estate, belum lagi perusahaan database, perdagangan elektronik multinasional, dan hal yang kecil lainnya. Hampir 30% wilayah Amerika adalah gedungnya. Aku masih ingat moto hidupnya, work until you don’t have to introduce yourself.”

“Terdengar ambisius. Sepertinya dia menikahi pekerjaannya,” ujar Helena ngilu membuat Venus terkikik. Siapa yang bisa mengerjakan itu semua dalam satu tubuh? Bagaimana bisa satu orang mampu mengendalikan semua itu yang astaga... Helena tidak bisa berkata-kata lagi.

“Dia seorang pebisnis sejati dengan uang yang mengelilingi langkahnya” Hera bergumam dengan kagum. “Dan juga memiliki limusin.”

“Aku yakin dia juga memiliki helikopter dan kapal pesiar.” Inanna bergumam. “Dan ia lebih terkenal dari Justin Timberlake versiku.”

“Well, aku masih heran. Apa untungnya membicarakan orang tua itu?”

Hera memandang Helena agak lama, “Apa aku belum mengatakan jika si Pallas ini masih muda?”

Helena terdiam sebentar lalu mengedikkan bahu.

“Beauty sudah mengatakannya, Sexy.” Diana berkata.

“Umurnya di bawah 30 tahun,” ujar Inanna.

Helena menaikkan alisnya dan terkekeh. “Serius? Aku rasa kalian bercanda. Dari yang aku dengar kalian bercerita, mana mungkin pria muda bisa mendirikan gedung pencakar langit. Kecuali itu turun-temurun dari keluarga.”

“Apa aku lupa mengatakan jika dia seorang investor terkaya di dunia? Dia pandai bermain uang. Sangat hebat.”

“Yang terpenting si Pallas ini sangatlah hot. Lebih hot dari-”

“Dari Justin Timberlake. Aku tahu itu.” Helena berkata dengan jengah membuat mereka tertawa.

“So, bagaimana dengan pacar barumu ini?” Tanya Hera mengalihkan topik. Dan semua mata menatap Helena dengan minat.

Hera, Inanna, maupun Diana sudah tahu mengenai sikap Helena yang gemar menguras harta para pria. Tidak memiliki identitas, maka tidak ada pekerjaan yang akan kau hasilkan. Itulah yang terjadi pada Helena. Hidup di kota besar tanpa identitas sangatlah menakutkan. Namun Helena berjuang dengan keras. Dan juga dengan adanya bantuan dan dukungan sahabat-sahabatnya, Helena bisa melalui semua rintangan.Melihat kondisi Helena yang sekarang membuat mereka hanya bisa mendukungnya.

Helena berdeham. Mencondongkan tubuhnya lalu berbisik. “Kaya, pastinya.” Venus terkikik. “Ayahnya merupakan pemilik hotel dan kondominium Plaza.”

“Holy crap. Seriously?” desis Hera.

Helena tertawa. “Yes. Tapi dia hanya seminggu di sini.”

“Apa dia akan kembali ke Qatar?” Tanya Inanna berfikir logis.

“Entahlah. Setidaknya dalam seminggu ke depan aku tidak mati kelaparan berkatnya. Tapi, tunggu- ada apa dengan Qatar?”

“Pemilik hotel Plaza adalah Katara Hospitality, pemilik hotel terbesar di Qatar.” Hera menjawabnya. “Jadi apa yang akan kau lakukan jika dia pulang ke kampung halamannya?”

“Well, aku sudah mendapatkan korban selanjutnya tadi pagi. Entah Dewi apa yang berada di pihakku hari ini.”

Venus berseru. “Terlalu cepat…”

Helena mengangguk. Mereka bercerita panjang lebar hingga melupakan waktu. Helena berpamitan dengan sahabatnya dan meninggalkan mereka.Setelah Helena pergi, Venus masih setia di tempat duduknya. Tidak ada yang berbicara. Semuanya sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing.

Diana berdeham sebelum berbisik, “Err... Apa dia masih takut dengan Matthew?”

“Maybe...” jawab Hera.

“Dia masih takut. Buktinya ia belum berani melepaskan beban di pundaknya,” Kata Inanna disambut helaan nafas Hera dan Diana.

Hera menyandarkan tubuhnya di kursi, memijit pelipisnya yang sedikit pusing. “Menurut kalian, apa traumanya akan hilang?”

Suasana kembali hening tanpa perlu menjawab pertanyaan Hera.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!