Bibir Adam berkedut melihat ekpresi Helena yang terlihat sekali dibuat-buat. “Kau berfikir seperti itu?”
Helena mengedikkan bahunya acuh dan kembali mencoba melepaskan pelukan Adam yang semakin merambat ke bawah. “Lupakan. Dan lepaskan, bung. Aku bisa menuntutmu atas tindakan pelecehan terhadap wanita.”
Bukannya takut dengan gertakkan Helena, Adam malah mendekatkan bibirnya di telinga Helena. Memberikan nafas panas di sana sebelum berbisik, “Maka dari itu katakan berapa yang kau minta dan jangan menyebarkan berita palsu yang bisa merusak pamorku.”
Helena merasa tersinggung. ia tidak serendah itu dengan mengandalkan skandal dan menguras harta mereka hingga tidak ada yang menetes. Dan siapa yang tidak mengenal seorang Ariadne Helena Alexandras? Wanita yang mempunyai sisi menggoda yang mampu membuat para pria bertekuk lutut di kakinya.
“Listen. Berpelukan saja kau harus membayarku, baby,” bisik Helena menggoda sambil menggigit bibir penuhnya.
Adam terpana, ia mematung tanpa menyadari jika Helena sudah melepaskan pelukanya. Helena berjalan santai ke arah yang ia tuju masih tertawa kecil lalu berhenti, berbalik menghadap Adam yang masih mematung.
“Oh, sekali lagi maaf atas kakimu… Baby boy.”
Helena menunjuk ujung sepatu Adam dan terus berjalan dengan senyum. Ia melirik jam tangannya langsung memaki karena keterlambatannya. Helena berlari kecil menuju tempat tujuannya meninggalkan Adam dengan segala pemikirannya tentang wanita seksi itu.
'Yeah, Sexy.'
Hanya itu yang bisa Adam gambarkan sekarang tentang wanita misterius itu.
“Sir, Mr. Wrington sudah ada di ruangan Anda,” kata Lucas Brooks tiba-tiba.
Adam hanya menganggukan kepala tanda ia mendengar lalu berjalan menuju kantor.
“Good morning, Mr. Pallas.”
“Have a good day, Sir.”
Begitulah sapaan ramah para pekerja untuknya saat ia memasuki lobi Pallas Corporation dan Adam hanya membalasnya dengan mengangguk dingin.
***
“Saya sangat berharap untuk kerja sama ini.”
Seorang pria gempal dengan setelan jas mahal mengulurkan tangan kanannya.Adam membalas jabatan itu, tersenyum tapi tidak sampai ke mata. Setelah itu pria gempal tersebut pergi meninggalkan Adam sendiri di dalam ruangannya.
Adam duduk di kursi kekuasaannya, menekan tombol di telepon kabel. “Setelah ini apa jadwalku?”
“Jadwal Anda kosong hingga pukul 12:45, Sir,” jawab sekretarisnya berasal dari pengeras suara berbentuk bulat kecil di dua sudut atas ruangan, di belakang.
Adam melirik jam tangan, masih ada waktu luang 30 menit. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi. Memutar kursi tersebut ke belakang menghadap dinding kaca. Ia menatap bangunan-bangunan yang lumayan tinggi hampir setinggi perusahaannya lalu melihat ke bawah, jalan raya yang dilalui banyak kendaraan. Dan ia sangat suka saat-saat seperti ini.Bersandar di kursinya dan menatap ke bawah...
Bukankah ini namanya hidup? Selalu ada yang di atas dan di bawah. Dan Adam termasuk orang yang berada di atas. Perlu di garis bawahi, di atas dari segala yang berada di atas.
Adam termasuk pebisnis paling kaya di usia muda, 28 tahun. Dengan asset yang ia miliki hingga detik ini memudahkannya untuk mendapatkan apapun yang ia mau. Mulai dari barang langka hingga wanita. Hanya perlu memakai pakaian buatan ternama mampu membuat semua wanita suka rela mengangkang di bawah Adam.Bukan hanya uang saja, wajah tampan seperti Dewa Yunani, badan kekar tanpa lemak berlebihan, dan kemampuannya dalam hal membuat wanita orgas*e berkali-kali sangat melengkapi dirinya. Menurutnya, apapun bisa dibeli dengan uang. Siapapun, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun pasti tidak pernah lepas dengan kata uang.
***
Helena berlari memasuki café menuju ke meja Venus.
“Hai Venus, maaf terlambat.”
Helena melihat ketiga temannya yang mengelilingi meja bundar, mengangguk memaklumi. Mereka sudah paham siapa Helena. Wanita yang tidak pernah tepat waktu.Tak lama kemudian seorang pria manis berusia 20 tahun dengan memakai seragam pelayan café tersebut membawa menu, memo, dan bolpoin menghampiri meja untuk mencium pipi Helena. Namanya Simon.
“Hi Sexy, terlambat lagi?” katanya sambil memberikan menu.
Helena tersenyum manis. “Eggs benedict, french fries, and lemonade, please.”
“Segera datang.” Simon mengedipkan mata kanannya membuat Helena tertawa kecil.
Kemudian Helena menatap tiga wanita dengan keperawakan yang berbeda di depannya. Ada yang girly, casual, dan anggun dengan kemewahan yang tidak pernah lepas.Mereka berempat sudah berteman dari 9 tahun silam hingga sekarang. Dari lamanya pertemanan itu membuat mereka satu sama lain sangat mengenal luar dalam dibandingkan menilai diri sendiri.Dan tempat ini menjadi tempat langganan mereka semenjak beberapa tahun lalu.
“So, bagaimana kabar para Christian's junior?” Helena membuka suara, menatap Inanna, wanita yang menelponnya tadi.
Wanita yang paling cerdas diantara mereka. Sampai semua guru saat masa mereka sekolah sangat mengenalnya. Bekerja menjadi kepala divisi di salah satumedia group stasiun televisi di New York. Memiliki kasus MBA yang menghasilkan dua jagoan lucu dan juga pintar sepertinya, atau karena gen si Christian Fuckin' Mckalle? Who's care? Intinya ia mempunyai dua jagoan yang sangat mengidolakan Helena. Menurut Helena, dengan otak yang Inanna punya, wanita itu bisa bekerja di kedutaan atau semacamnya yang berhubungan dengan Gedung Putih. Tapi dia tidak. Untuk masalah fashion, Inanna cukup casual, simple, dan nyaman untuknya. Inanna juga selalu menutup diri untuk pria. Ia selalu menggunakan cincin di jari manisnya supaya tidak ada pria yang mendekatinya. Dan ia akrab di panggil Clever.
“Helena...” Diana menegurnya dengan lembut seperti ingin menina-bobokan balita.
Helena melirik Diana lewat bulu matanya. Wanita dengan senyum manis dan juga dengan segudang kepolosan yang melekat di tubuhnya. Terpendek diantara mereka, berambut coklat gelap. Dan ia bekerja menjadi guru TK. Sangat drama queen. Tapi dia sudah mempunyai kekasih yang sudah berjalan 1 tahun. Yup, wanita polos itu mendahului yang lainnya. Ada apa dengan kata polos? Cukup mudah untuk para manusia di muka bumi ini menebaknya jika berada dalam budaya Amerika. Untuk urusan fashion, ia sangat girlydan feminim dengan selalu memakai rok di atas lutut dan high heels setinggi heels koleksi Helena. Dan mempunyai panggilan Sweety di Venus.
“Maaf. Jadi, bagaimana kabar Aaron dan Raymond?”
“Mereka baik-baik saja. Mereka ingin bertemu denganmu terus,” jawab Inanna.
“Aku akan menemui mereka besok.”
“Bagaimana keadaan ayahmu?” tanya Hera.
Wanita yang satu ini hampir sejalan dengan pikiran Helena untuk masalah fashion dan pria. Dia mempunyai karir yang cemerlang sebagai Presiden di perusahaan ayahnya yang pensiun. Tapi dia yang paling unik di Venus. Wanita yang tidak ingin mempunyai hubungan khusus. Bahasa halusnya, 'wanita bebas'. Dan ia mempunyai julukan sebagai Mother of Venus. Wanita itu selalu memikirkan Venus dari masih sekolah hingga sekarang. Dan saat 'kejadian Inanna' dulu, ia langsung menjadi over protective terhadap Diana. Helena dan Inanna pun melakukan hal yang sama karena mereka semua tidak ingin gadis kecil mereka dikotori pria ********.
“Seperti biasa,” jawab Helena seadanya dan mereka bertiga hanya menganggukkan kepala.
Dan mereka adalah Venus. Empat wanita karir yang hidup di kota yang tidak pernah tidur, New York.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Vlink Bataragunadi 👑
ky sex in the city ya (♥ω♥*)
2022-09-25
0
Ratna Novita Sari
kak .. agak ada yang beda sama yg d sebelah dulu ya .. tp tetep sukaa
2020-09-22
1