Helena memarkir mobilnya sedikit jauh beberapa meter dari Ralph’s Coffee supaya ia dapat berjalan-jalan melihat keramaian di sana. Seperti sekarang ini, menjadi pejalan kaki tanpa melihat siapa dirimu membuat ia bebas menyapa siapapun. Dia melirik jam tangan yang menunjukkan pukul 1 siang dan...
“Dammit… I’m late!” desisnya. Eros sialan! Pria itu sangat memakan waktunya cukup lama dengan obrolan ringan makanya ia terlambat.
Saat Helena mengangkat kepala, matanya langsung bertemu dengan dua anak buah si lintah darat yang sedang berlari menuju ke arahnya.
“Argh shit… Shit… Shit!”
Helena mulai berlari ke arah yang berlawanan. Sesekali ia melihat ke belakang, dimana dua orang itu masih setia mengejar Helena. Beberapa menit kemudian Helena mulai tidak sanggup berlari lagi. Bagaimana tidak? Dia berlari menggunakan stiletto setinggi 15 senti! Dan tiba-tiba saja tangannya digenggam membuat ia memejamkan matanya, berpikir positif.
Aku harap bukan mereka…
Saat Helena menoleh, benar saja salah satu dari mereka sudah memegang tangannya dengan erat. Sebuah ide seketika melintas di kepalanya.
“WATCH OUT!!!” Helena berjongkok memegang kepala. Refleks mereka-pun mengikuti Helena berjongkok sambil memegang kepala masing-masing.
Sedetik mereka terlena, Helena langsung berlari. Belok sebelah kiri dan memasuki salah satu butik terdekat mengambil kardigan panjang, setelah itu topi pantai dan kacamata gelap di manekin. Memakainya lalu menghadap kaca seluruh badan. Helena memandang dua orang itu dari kaca sedang memasuki butik tapi tidak melihat Helena. Saat salah satunya meliriknya, ia langsung mengajak dua orang wanita di sampingnya berbicara. “Bagaimana penampilanku, girls?”
Kedua wanita itu menatap Helena lalu mengangguk, memuji pilihan Helena. Butuh beberapa detik bagi Helena menoleh dan mendapati pintu depan kosong. Ia langsung mengembalikan barang yang dikenakannya di salah satu meja kecil terdekat. Saat Helena keluar dari toko, ia mendengar ada yang berteriak memanggil nama samarannya dari belakang.
“Hey Sarah!!!”
Oh Shit! Apa mereka punya tenaga 1000 kuda?!
Tanpa menoleh ke belakang, Helena kembali berlari ke arah kiri jalan dan melihat ada pohon dan seorang pria yang menggunakan coat besar di samping pohon.
Tameng yang sempurna!
Helena menghampiri pria itu dan memeluknya disela-sela coat pria itu, terengah di dada pria itu.
Hening...
Tak lama kemudian Helena bisa mendengar suara sepatu sedang berlari semakin dekat, dan ia-pun memeluk pria itu lebih erat seolah dengan begitu tubuhnya bisa mengecil. Dua orang itu berhenti tidak jauh dari posisinya, Helena berjinjit di sepatu si pria supaya ia bisa melirik mereka dari bahu si pria. Dan benar saja mereka menghadap ke belakang seolah ada yang mencurigakan. Secara naluriah Helena menurunkan wajah pria itu sehingga wajah mereka hampir sejajar.
Jika di lihat dari sudut pandang dua orang yang mengejar Helena tadi, sepasang kekasih di bawah pohon itu seperti sedang berciuman. Seakan tak ambil pusing, mereka kembali berlari mencari sosok ‘Sarah’ daripada menonton pasangan yang sedang mabuk kebayang.
Dan disitulah Helena bisa melihat mata abu-abu gelap yang sangat arogan, tegas, dan dominan. Hidung mancungnya, rahang yang tegas, hingga bibir yang segaris. Ditambah lagi wangi musk yang bisa membuat Helena basah. Satu kata untuk pria di depannya ini. Berbahaya…
Dan dering alarm di kepalanya mengatakan ia tidak boleh berurusan dengan pria seperti ini.
“Sudah selesai mengagumi wajahku? Atau kau ingin mengagumi bagian yang lainnya, baby?”
Helena mengerjapkan matanya, tersadar dari lamunannya sendiri saat mendengar suara yang dalam dan juga sangat seksi menurutnya. Mendapati pria itu sedang melihat Helena dengan mata abu-abu gelapnya, Helena tidak bisa bicara seakan lidahnya mati rasa.
“Apa kau bisa turunkan sepatu lancipmu dari sepatuku?”
‘Sepatu lancip?’ Helena mengangkat sebelah alisnya dan tertawa kecil.
“Ada yang lucu, nona?” tanyanya sedikit menyipitkan mata.
Adam tidak terima. Ia merasa direndahkan. Ayolah… Dia seorang billionaire muda dan tidak seharusnya wanita di depannya itu menertawakannya. Walaupun Adam tahu wanita itu bisa menjadi salah satu teman tidurnya.
Helena menggeleng lalu menatap Adam disela-sela bulu matanya yang di mana membuat jantung Adam berhenti sebentar.
“Maafkan aku. Dan terima kasih untuk yang barusan… apapun itu,” kata Helena sambil mundur beberapa langkah dan berjinjit lagi untuk melihat kearah belakang bahu si pria, tak ada batang hidung dua orang tadi, ia langsung memutar badannya kearah seharusnya ia pergi.
Tiba-tiba saja tangannya ditarik. Detik berikutnya Helena sudah berada di dalam pelukan pria itu. Hampir tidak ada jarak diantara mereka dan Helena bisa merasakan nafas hangat Adam. Helena menegang saat Adam memeluknya. Jantungnya juga ikut berpacu tak seperti biasanya. Helena membenci reaksi tubuhnya ini tapi menyukainya disaat yang bersamaan.
Adam terdiam sebentar lalu merutuki kebodohannya yang refleks memeluk tubuh seksi itu. Tubuhnya sangat pas saat Adam peluk. Lekuk tubuhnya sangat menggoda. Rambut panjang bergelombang coklat keemasan. Mata coklat berpadu kuning seperti macan. Lebih tepatnya macan betina. Dan bibir berisi yang menggoda.
Sangat seksi…
“Siapa kau berani-beraninya memelukku di tengah jalan, baby?” tanya Adam dengan suara serak sedangkan Helena hanya diam. “Atau kau sengaja memelukku supaya kau dapat membuat berita ekslusif dengan berkicau di media massa, huh? Jadi dimana para media sewaanmu? Katakan saja berapa yang kau minta. Aku partner yang sangat hebat dalam hal berbisnis.”
Helena menggeram. Oke, pria tampan ini pasti sudah gila. Padahal Helena hampir menargetkan pria didepannya menjadi salah satu mesin uangnya.
“Apa kau keberatan melepas tanganmu karena aku tidak punya waktu lagi,” Helena menatap tepat di manik mata Adam, datar. “Baby?” lanjut Helena mengejek mengikuti nada Adam mengatakan ‘baby’.
Adam mengangkat sebelah alisnya, merasa suka dengan permainan balas-membalas panggilan ‘baby’. Adam semakin merapatkan tubuh mereka hingga tidak ada jarak diantara mereka. “Kau tahu, berjabat denganku saja kau harus bayar, baby,” ujar Adam sama seperti Helena, berbisik.
Tiba-tiba Helena terkekeh. Memangnya dia seorang aktor? Bukan, Helena tidak pernah melihat wajah pria di depannya di televisi. Helena menilai pria itu dari atas hingga bawah. Wangi mahal, memakai coat dari salah satu desainer ternama yang diperagakan di New York Fashion Week minggu lalu. Tuksedo, dasi, kemeja, dan jas buatan italia. Belum lagi sepatu kulit yang dijahit dengan rapi. Dan hanya satu pekerjaan menurut Helena yang bisa membeli barang mahal dengan usaha yang tidak terkenal.
Helena membesarkan kedua mata dengan mulut membulat penuh dengan berlebihan dan mendramatisir, seperti Candy. “Are you a porn star?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
lee ailee
kenapa yang like dikit padahal ceritanya seru
2022-12-21
0