09:45AM.
Waktu yang pas untuk seorang wanita murahan turun dari ranjang pria yang tinggal di salah satu hotel milik keluarganya di Upper East Side. Wanita berambut blonde bob itu memasuki kamar mandi. 15 menit kemudian ia keluar mengenakan pakaiannya dengan santai, sedikit membuat suara dengan bersenandung, berharap pria yang masih di ranjang akan bangun secepat mungkin untuk memberikan uangnya.
Ia duduk di depan meja rias dan mulai menyisir rambutnya. Suara erangan yang berasal dari ranjang membuatnya melirik pria itu lewat cermin meja rias. Kemudian ia mengenakan high heels berwarna nude dan mengambil Kelly bag-nya yang berwarna orange.
“Kau ingin pergi, Candy?”
Wanita yang dipanggil Candy tidak menjawab, ia hanya tersenyum nakal menatap pria itu di cermin. Jason Johnston, keluarganya merupakan salah satu keluarga berpengaruh di Amerika. Candy tidak peduli dengan pekerjaan pria itu, ia hanya peduli dengan uangnya, uang yang bisa memberikannya kehidupan.
“Buka nakas itu.”
Candy mematuhi perintah Jason. Dia membuka nakas di meja rias lalu mengambil amplop manila yang tebal. Saat ingin menutup kembali nakasnya, ia tidak sengaja melirik satu set perhiasan mahal.
“Apakah ini milik ibumu?” Candy mengangkat kalung berlian tersebut dengan wajah terpesona dan kagum yang berlebihan.
“Ambilah.” Jason sudah berdiri dengan boxer menggantung rendah di pinggulnya seraya menghidupkan pemantik api untuk cerutunya.
Well, bonus!
Candy membalikkan tubuhnya menatap Jason dengan senyum selebar yang ia bisa, terlihat antusias. Dengan sigap ia menyimpan perhiasan tersebut dalam tas beserta dengan amplop manila. Ia bergerak mendekati Jason dan mecium pria itu.
“Padahal aku tidak memintamu mengganti uangku yang dicuri.”
“Itu bukan masalah, sweetheart. Kau kekasihku. Apa itu cukup?”
“Lebih dari cukup. Thanks, my hero.”
Jason tersenyum saat mendengar panggilan Candy untuknya. Panggilan yang sama saat mereka di ranjang tadi malam. “Jika mengalami musibah lagi jangan pernah menangis dan mengurung diri di apartemenmu. Hubungi aku. Aku akan menyelesaikannya.”
Candy mengangguk. Saat ia ingin pergi, pria itu memeluknya.
“Aku ingin membawamu ke tempat yang indah malam ini.”
Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Candy. Ia hendak menjawab dengan nada ala ****** bodoh yang menerima hadiah mahal tepat saat suara deringan ponsel berbunyi. Jason mengambil ponselnya dan membaca pesan singkat dengan kerutan di dahi.
“Maaf, sweetheart. Sepertinya malam ini aku sibuk,” gumamnya seraya mengetik sesuatu di ponsel. Dan menatapnya dengan rasa bersalah. “Sebagai permintaan maaf, aku akan mengirimkan beberapa hadiah ke rumahmu.”
Candy menghela nafas dengan sedih namun ia mengangguk dengan enggan. “Fine.”
Candy memberikan ciuman selamat tinggal hendak keluar namun ditahan Jason, lagi.
“Kau masih menggunakan mobilmu?”
Candy mengangguk. Jason mengambil jemari halusnya lalu meletakkan remote mobil di sana membuatnya tersenyum lebar. Ia memberikan kecupan singkat di rahang Jason lalu pergi.
Saat di lift, Candy menghubungi seseorang.
“Kau sudah tiba… Temui aku di basement... Bye.”
Lift terbuka. Ia berjalan keluar menuju lobi dan matanya menangkap seorang pria yang sibuk dengan ponselnya. Sedang menuju jalannya. Seakan adapendeteksi mata uang di matanya, ia bisa melihat harga pada setelan pria itu. Jas -buatan italia- Brioni Vanquish II, tuksedo Ralph Lauren, dasi Stefano Ricci, rolex, sabuk –oh my God- my Gucci! Dan sepatu formal coklat mengkilap dari Salvatore Ferragamo,
Total \= the next target.
Candy mulai melepaskan kaitan gelangnya. Tepat saat pria itu semakin mendekat, ia menunduk. Alhasil menabrak pria itu. Aromanya… Yikes. Dia benci bau ini! Ia mendongak dan memasang senyum kharismatiknya kemudian kembali berjalan keluar hotel. Meninggalkan si pria yang masih menatapnya terpesona.
Candy sudah memperhitungkan hal ini. Beberapa detik lagi pria itu akan menyusulnya. Dan saat ia membuka pintu Audi-nya, ia bisa mendengar suara pria di belakangnya.
“Aku yakin ini milikmu.”
Candy menoleh menatap si pria cukup lama lalu turun ke jas yang dimana gelangnya masih melekat di sana. “Oh Tuhan… sepertinya gelangku lepas saat aku menabrakmu.” Candy melepaskan gelangnya sendiri dari jas si pria lalu bergumam terima kasih.
Eros membantunya memakai gelangnya. “Eros, by the way.”
Candy menatapnya dengan senyum mautnya. “Candy.”
“Oke, Candy… Apa kau bebas malam ini?”
See? Mudah bukan? Candy mendongak, menggigit bibir bawah, dan memasang kembali senyum yang bisa menghentikan detak jantung semua pria. “I’m free tonight.”
Setelah basa-basi hingga bertukar nomor, akhirnya Eros pergi karena urusannya yang tertunda di hotel ini. Helena masuk ke mobil dan mulai mengeluarkan amplop manila dari Jason. Menghitung lembaran uang di dalamnya. Ponselnya berdering, ia melirik nama Inanna di sana membuatnya menggeser ikon hijau dengan loudspeaker.
“Kau tidak lupa hari ini bukan, Helena?”
Ya, Helena. Bukan Candy. Ia melepaskan wig -yang menyebabkan kepalanya sakit karena sepanjang malam ia tidak melepaskannya- dan menampilkan rambut panjang bergelombang coklat keemasan. Well, mereka memang satu tubuh, namun mereka sangat berbeda. Candy sangatlah periang yang mendekati kata bodoh, seorang j*lang, dan kerjanya hanya menghabiskan uang teman kencannya. Sedangkan Helena adalah seorang wanita berwajah latin yang sedikit menutupi dirinya. Dan mereka juga memiliki persamaan. Yaitu, materialistis.
Ia memutar kedua mata seraya merapikan rambutnya lewat kaca mobil. “Aku tidak selupa itu, Clever.”
“Bagaimana dengan kata terlambat?”
Tepat saat itu seorang pria kepala empat mendekatinya. Helena membuka kaca mobil lalu memberikan remote mobil Jason. “Jesus. Aku tidak akan telat. Aku berada tidak jauh dari Ralph’s Coffee.”
“Paul akan mengirimkan uangnya setelah melihat mobil ini.” Pria itu bergumam dengan hangat.
Paul adalah seorang Ayah hebat menurut Helena. Dia membesarkan dua laki-laki dan empat gadis tanpa seorang istri dengan membuka bursa mobil.
“Sampaikan salamku padanya.”
Helena mendengar gelak tawa dari seberang telepon. “Good to know. See yah, Sexy!”
“Bye.”
“Paul mempunyai pesan untukmu…”
Helena menghela nafas. Ia sudah tahu isi pesan tersebut selama 3 tahun ia menjual mobil kepada Paul. Dan pesan itu tidak akan pernah berubah. “Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan memilih antara kedua anaknya. Katakan padanya, aku ingin menjadi biarawati. Transfer soon. Bye, Rob.”
Helena mulai mengendarai mobilnya dengan suara Jessie J yang menemaninya. Berhenti di lampu merah, ia membuka kaca mobil dan membiarkan matahari menerpa wajahnya. Saat membuka matanya, ia dapat melihat bagaimana beberapa sosialita berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan ternama. Melirik papan nama tempat tersebut cukup lama hingga bunyi klakson dari belakang membuat ia mengalihkan pandangan ke depan seraya tersenyum.
Well, ini bukan cerita mengenai Jason atau Eros. Tapi ini tentang kisahnya, Candy a.k.a Ariadne Helena Alexandras. Wanita yang memiliki ketakutan pada masa lalu…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Danty Indria
well,menarik
2022-10-11
0
Evi 060989
up
2022-08-22
0
Eka PS
Awal yg peniuh misteri .. .
2021-07-23
1