Bab 4. Rumah Baru

Rayya dan Saka tiba di sebuah perumahan dengan deretan rumah sederhana dari golongan menengah ke atas yang tertata rapi. Mobil yang mereka kendarai berhenti di depan rumah minimalis dua lantai yang terlihat sangat modern. Saka mengajak Rayya masuk, dan menunjukkan satu-satunya kamar di rumah itu yang ada di lantai atas.

"Kenapa cuma satu kamar? Rumah ini kosong sekali,” tanya Rayya heran.

Saka tersenyum, "Ini rumah baru,aku sengaja membelinya untuk aku tinggali saat aku sudah menikah dan akan membawa istiku ke rumah ini. Kita akan tidur bersama malam ini, tapi aku tidak akan melakukan apa-apa. Aku ingin kamu merasa nyaman.”

Rayya merasa kagum kepada Saka,karena pria itu ternyata memiliki pemikiran yang jauh tentang pernikahan dan ingin mmebuat pasangannya nyaman.

Saka lalu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu ATM, tanda nafkah pertama. "Kamu boleh isi rumah ini sesukamu, aku percayakan semua yang terbaik kepadamu sebagai nyonya rumah ini." ucapnya lembut.

Rayya benar-benar tak percaya ini, pernikahan, rumah dan sekarang nafkah dari suaminya yang tidak pernah dia duga sama sekali. Andai dia menikah dengan Putra, apakah dia akan mendapatkan hal yang sama seperti ini.

Rayya menggeleng, dia tidak boleh membandingkan Saka dengan Putra mereka adalah pria yang sangat berbeda.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu? " tanya Rayya hati-hati.

"Katakanlah, kalau aku bisa menjawab akan aku jawab dengan baik. " kata Saka sambil membuka kancing kemeja yang seperti mencekik lehernya.

"Apa sebenarnya pekerjaanmu?"

"Apa saja, asal halal dan cukup untuk makan.” jawab Saka sambil terkekeh.

" Mas, aku nggak bercanda."

Saka terkejut mendengar panggilan Rayya padanya. wanita itu memanggilnya, Mas. Dia tidak salah dengarkan? Begitu juga dengan Raya yang terkejut dengan panggilannya sendiri kepada Saka.

"Maaf tapi apakah aku boleh memanggilmu dengan kata itu. Bagaimana pun kau adalah suamiku, aku tidak pantas memanggilmu dengan nama saja bukan? " ujar Rayya meminta persetujuan Saka.

"Tentu saja, dengan senang hati jika kamu mau memanggilku seperti itu. " ucap Saka dengan senyuman lebar.

Rayya tersenyum dan duduk di pinggir tempat tidur, menggenggam kartu ATM yang baru saja diberikan Saka padanya. Perasaan campur aduk memenuhi hatinya senang, lega, tetapi juga cemas. Ia berharap pernikahan ini bukan sekadar permainan, bukan sesuatu yang hanya dijalani tanpa tujuan.

Sejak awal, ia dan Saka memang menikah tanpa benar-benar saling mengenal. Namun, hari ini adalah langkah pertama mereka untuk memahami satu sama lain. Setelah Saka menceritakan sedikit tentang pekerjaannya, kini giliran Rayya yang memperkenalkan dirinya.

Rayya menarik napas dalam sebelum berkata, “Aku ingin memberitahumu sesuatu tentang diriku.”

Saka yang sedang bersiap untuk membersihkan tubuhnya menoleh dan menatap istrinya dengan penuh perhatian.

“Apa itu?” tanyanya dengan nada lembut.

"Aku punya pekerjaan, dan aku pemilik sebuah bakery, namanya Ray's Bakery,” ujar Rayya.

Saka mengerutkan, tampak terkejut. "Bakery? Maksudmu, toko roti? toko roti yang ada di samping kafe Matahari? "

Rayya mengangguk pelan. "Ya. Tapi keluargaku tidak tahu aku pemiliknya. Mereka hanya menganggapku seorang pelayan di sana.”

Saka semakin terkejut. “Kenapa mereka berpikir seperti itu?”

Rayya menunduk sejenak sebelum menjawab, "Karena mereka tidak percaya aku bisa menjalankan bisnis sendiri. Mereka selalu menganggap aku tidak cukup mampu, jadi aku membiarkan mereka berpikir seperti itu.”

Saka mengamati wajah Rayya yang terlihat begitu tenang, meski ia bisa merasakan bahwa ada luka yang sangat dalam masih membekas di hatinya.

"Kamu ingin tetap bekerja di bakery-mu?” tanya Saka akhirnya.

Rayya mengangguk. "Aku ingin tetap menjalankannya. Aku akan pergi pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan kembali sore hari. Aku tidak ingin meninggalkan sesuatu yang sudah kubangun dengan susah payah.”

Saka tersenyum. "Aku tidak akan melarangmu. Aku justru bangga karena kamu mau terbuka padaku tentang pekerjaanmu.”

Rayya menatapnya, mencoba mencari tanda apakah Saka benar-benar tulus atau hanya berbasa-basi. Tapi yang ia lihat hanyalah ketulusan di mata suaminya.

Saka melanjutkan, "Aku bahkan tidak menyangka kalau kamu adalah pemilik bakery itu. Kamu tahu? Mamaku sering membeli roti dan kue dari sana. Dia selalu memuji rasanya.”

Rayya terkejut. “Serius? Ibumu sering ke sana?”

Saka mengangguk. “Bisa dibayangkan betapa bahagianya nanti jika beliau tahu bahwa menantunya adalah pemilik toko roti langganannya.”

Rayya tersenyum kecil. Ternyata dunia ini memang sempit. Tanpa ia sadari, bisnis yang ia jalankan ternyata memiliki hubungan dengan keluarga Saka.

“Terima kasih karena mengizinkanku bekerja,” ucap Rayya akhirnya.

“Ini pernikahan kita berdua. Aku ingin kita saling mendukung,” jawab Saka dengan tulus.

Setelah percakapan itu, Saka menyuruh Rayya untuk beristirahat terlebih dahulu, sementara ia akan membersihkan tubuhnya. Rayya setuju. Hari ini sangat melelahkan, dan sepertinya masih banyak yang harus ia lakukan untuk rumah ini.

Rumah mereka masih kosong, nyaris tanpa perabotan. Ia harus mulai mengisinya agar tempat ini benar-benar terasa seperti rumah.

Sambil berbaring di tempat tidur, Rayya memandangi kartu ATM yang diberikan Saka. Hatinya terasa hangat. Ini adalah pertama kalinya ia menerima sesuatu dari seorang suami. Nafkah pertama yang diberikan Saka adalah bukti bahwa lelaki itu ingin bertanggung jawab atas pernikahan mereka.

Namun, di balik kebahagiaan kecil itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Bagaimana pernikahan ini akan berjalan? Apakah Saka benar-benar serius? Ataukah ini hanya sesuatu yang dijalani tanpa makna?

Ketika Saka keluar dari kamar mandi, Rayya langsung menanyakan hal yang membuatnya gelisah.

"Mas, aku ingin bertanya sesuatu.”

Saka menatapnya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Tentu. Apa itu?”

Rayya menunduk sesaat sebelum mengangkat wajahnya dan bertanya dengan hati-hati, "Pernikahan ini… akan menjadi seperti apa?”

Saka tampak sedikit terkejut, tetapi ia segera mengerti maksud Rayya.

"Apa maksudmu?” tanyanya lembut.

Rayya menelan ludah, mencoba mengumpulkan keberanian. "Aku hanya ingin tahu apakah pernikahan ini… bukanlah sebuah permainan.”

Saka terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum dan duduk di sampingnya.

"Rayya, aku ingin kamu tahu satu hal,” katanya, menatap mata istrinya dengan serius. "Aku tidak menganggap pernikahan ini sebagai permainan. Aku serius dengan hubungan ini, walaupun kita adalah dua orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya.”

Rayya masih diam, mencoba mencerna kata-kata Saka.

Saka melanjutkan, "Aku tahu kita belum saling mencintai, tapi pernikahan bukan hanya tentang cinta di awal. Ini tentang bagaimana kita membangun sesuatu bersama. Aku ingin kita menjalani ini dengan niat baik dan saling menghargai.”

Rayya menatap Saka, mencari tanda-tanda kebohongan di matanya, tetapi yang ia lihat hanyalah ketulusan.

"Aku tidak akan memaksamu untuk langsung mencintaiku atau sebaliknya,” lanjut Saka. "Tapi aku ingin kita belajar mengenal satu sama lain, memahami, dan membangun rumah tangga yang baik. Bagaimana menurutmu?”

Rayya terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Dia menarik napas dalam. Mungkin ini bukan pernikahan yang ia impikan, tapi setidaknya ia tidak sendiri dalam menjalani ini. Saka, dengan segala ketulusannya, membuatnya merasa lebih tenang.

"Baiklah,” ujarnya pelan. "Aku akan mencoba.”

Saka tersenyum lega. "Itu sudah cukup bagiku.”

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

semoga saka dan rayya selalu di limpah kan kebahagian .rayya yg mempunyai toko kue dn di sayg mertua serta saka pemilik perusahaan .dan lambat Laun mencintai rayya dan menerima apa adanya.sedangkn NNT putra akan menyesal Krn mencintai adik rayya berdasarkan nafsu..dan rumh tangga mrk akan slalu ribut dan tdk bahagia serta ortu rayya akan menyesal klu tau ternyata pemilik toko kue jg PNY suami kaya raya..

2025-04-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penghianatan
2 Bab 2. Pria Asing
3 Bab 3. Terkuak
4 Bab 4. Rumah Baru
5 Bab 5. Rencana Licik Livia
6 Bab 6. Keputusan Rayya
7 Bab 7 Kantor Polisi
8 Bab 8 Belanja
9 Bab 9 Mama Mertua
10 Bab 10 Tentang Sebuah Perasaan
11 Bab 11 Rencana Arin
12 Bab 12 Tamu Tak Di Undang
13 Bab 13 Keputusan Rayya
14 Bab 14 Perdebatan
15 Bab 15 Pergi Ke Kantor Polisi
16 Bab 16 Syarat Kebebasan
17 Bab 17 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
18 Bab 18 Menemui Putra
19 Bab 19 Rencana Balasan
20 Bab 20 Ajakan Makan Siang
21 Bab 21 Dia Istri ku
22 Bab 22 Wanita Pilihan Saka
23 Bab 23 Rumah Tempat Pulang
24 Bab 24 Awal Yang Indah
25 Bab 25 Dua Wajah Berbeda
26 Bab 26 Di Usir
27 Bab 27 Bertemu Papa Mertua
28 Bab 28 Pindah
29 Bab 29 Pikiran Penuh Racun
30 Bab 30 Senjata Makan Tuan
31 Bab 31 Keputusan Putra
32 Bab 32 Konferensi Pers
33 Bab 33 Niken
34 Bab 34
35 Bab 35 Berita Yang Di Sembunyikan
36 Bab 36 Hasil Tes
37 Bab 37 Resepsi
38 Bab 38 Dua Keluarga
39 Bab 39 Kehangatan Keluarga
40 Bab 40 Ibu, Aku Pulang
41 Bab 41 Tamu Tak Diundang 2
42 Bab 42 Kembali Ke Rumah
43 Bab 43 Hamil
44 Bab 44 Periksa Kehamilan
45 Bab 45
46 Bab 46 Rujak
47 Bab 47 Kecelakaan
48 Bab 48 Maaf Yang Masih Menggantung
49 Bab 49 Maaf Yang Menemukan Jalan.
50 Bab 50 Tujuh Bulanan
51 Bab 51 Biru Untuk Twins
52 Bab 52 Tanda Kehadiran
53 Dua Cahaya Dua Harapan (End)
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Penghianatan
2
Bab 2. Pria Asing
3
Bab 3. Terkuak
4
Bab 4. Rumah Baru
5
Bab 5. Rencana Licik Livia
6
Bab 6. Keputusan Rayya
7
Bab 7 Kantor Polisi
8
Bab 8 Belanja
9
Bab 9 Mama Mertua
10
Bab 10 Tentang Sebuah Perasaan
11
Bab 11 Rencana Arin
12
Bab 12 Tamu Tak Di Undang
13
Bab 13 Keputusan Rayya
14
Bab 14 Perdebatan
15
Bab 15 Pergi Ke Kantor Polisi
16
Bab 16 Syarat Kebebasan
17
Bab 17 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
18
Bab 18 Menemui Putra
19
Bab 19 Rencana Balasan
20
Bab 20 Ajakan Makan Siang
21
Bab 21 Dia Istri ku
22
Bab 22 Wanita Pilihan Saka
23
Bab 23 Rumah Tempat Pulang
24
Bab 24 Awal Yang Indah
25
Bab 25 Dua Wajah Berbeda
26
Bab 26 Di Usir
27
Bab 27 Bertemu Papa Mertua
28
Bab 28 Pindah
29
Bab 29 Pikiran Penuh Racun
30
Bab 30 Senjata Makan Tuan
31
Bab 31 Keputusan Putra
32
Bab 32 Konferensi Pers
33
Bab 33 Niken
34
Bab 34
35
Bab 35 Berita Yang Di Sembunyikan
36
Bab 36 Hasil Tes
37
Bab 37 Resepsi
38
Bab 38 Dua Keluarga
39
Bab 39 Kehangatan Keluarga
40
Bab 40 Ibu, Aku Pulang
41
Bab 41 Tamu Tak Diundang 2
42
Bab 42 Kembali Ke Rumah
43
Bab 43 Hamil
44
Bab 44 Periksa Kehamilan
45
Bab 45
46
Bab 46 Rujak
47
Bab 47 Kecelakaan
48
Bab 48 Maaf Yang Masih Menggantung
49
Bab 49 Maaf Yang Menemukan Jalan.
50
Bab 50 Tujuh Bulanan
51
Bab 51 Biru Untuk Twins
52
Bab 52 Tanda Kehadiran
53
Dua Cahaya Dua Harapan (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!