Bab 3. Terkuak

Saka menggenggam tangan Rayya dan membawanya masuk ke dalam Kantor Urusan Agama. Hanya mereka berdua, tanpa keluarga, tanpa wali dari pihak Rayya maupun Saka. Pernikahan ini berlangsung sunyi, tanpa saksi dari orang-orang terdekatnya, tanpa doa restu dari kedua orang tua mereka masing

Rayya menunduk, hatinya terasa kosong. Beberapa jam lalu, ia berdiri di sebuah pesta pertunangan dengan pria yang sangat dia cintai, Namun pada akhirnya berakhir dengan penghianatan. Tunangannya, Putra, lebih memilih adiknya sendiri, Livia, di depan banyak orang. Penghinaan dan penghianatan itu masih terasa di dadanya, seperti bara api yang belum padam.

Namun di saat yang sama ada sosok Saka yang tiba-tiba datang dan menyelamatkannya. Entah kenapa pria itu memilihnya. Mereka bahkan tidak saling mengenal satu sama lain. Namun, kini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri meski tanpa restu orang tua.

Di dalam mobil yang membawa mereka pulang dari Kantor Urusan Agama, Rayya akhirnya bertanya, "Kenapa kamu mau menikah denganku, Saka?"

Saka yang sedang fokus mengemudi, meliriknya sekilas. Hening sesaat sebelum dia menjawab, "Karena aku kasihan melihatmu dihina di depan banyak orang. Dan... aku juga butuh istri."

Rayya menoleh, matanya menyipit, "Butuh istri?"

Saka mengangguk. "Aku sudah cukup umur untuk menikah, dan orang tuaku menuntutku segera memiliki pasangan. Tapi Aku belum menemukan wanita yang tepat. Lalu aku melihatmu hari ini, dalam keadaan paling buruk. Aku berpikir, mungkin kita bisa membantu satu sama lain."

Rayya terdiam. Sekarang semuanya masuk akal. Ini adalah pernikahan yang didasari kebutuhan, bukan cinta. Dia tidak tahu harus lega atau justru sedih. Karena bagaimana pun juga Saka sudah menyelamatkan nya dari penghianatan dan penghinaan itu.

Saka mengantar Rayya sampai di depan rumahnya dan, mereka sepakat berpisah sementara untuk mengambil barang-barang pribadi sebelum mulai hidup bersama dirumah yang sudah mereka sepakati.

Namun, saat Rayya membuka pintu rumahnya, keempat orang yang paling tidak ingin dia temui sudah berdiri di sana.

Ayah dan ibunya, serta saudaranya Livia dan Putra. Heh, apa wanita seperti Livia masih pantas untuk di panggil saudara.

Mereka menatapnya dengan pandangan merendahkan.

"Kamu masih punya muka untuk kembali ke sini?" suara ibunya, tajam seperti belati.

Rayya tidak menjawab, Dia hanya berjalan lurus melewati mereka menuju kamarnya. Dan mengabaikan tatapan mereka yang penuh ejekan dan kebencian.

Begitu masuk kamar, ia langsung mengemasi barang-barangnya. Pakaiannya, dokumen penting, dan barang-barang yang benar-benar ia butuhkan. Setelah semuanya siap, Rayya menarik koper dan berjalan keluar.

Namun, begitu hendak melewati ruang tamu, kembali ayahnya menghadang.

"Kau pikir bisa pergi begitu saja?" suara pria paruh baya itu terdengar dingin.

Rayya menatap ayahnya dengan penuh luka. "Aku sudah menikah. Aku tidak punya alasan lagi untuk tetap di rumah ini."

Ibunya tertawa sinis. "Menikah tanpa wali? Tanpa restu? Kau pikir itu pernikahan yang sah?"

Rayya mengepalkan tangannya. "Sah atau tidaknya, itu bukan urusan kalian lagi. Kalian sudah membuangku, menghinaku dan mempermalukanku di depan semua orang."

"Karena kamu pantas mendapatkannya. " jawab Livia dengan nada mengejek.

Putra yang sejak tadi diam, kini ikut berbicara. "Kau memang pantas dipermalukan. Dari dulu kau selalu bertingkah seperti anak baik-baik padahal kau adalah wanita munafik, dan sekarang kita semua tau pada akhirnya kau hanya wanita murahan yang menikah sembarangan bahkan dengan pria yang tidak kamu kenal sama sekali–."

Sebuah tamparan dari Rayya mendarat di pipi Putra sebelum pria itu sempat melanjutkan kata-katanya. Semua orang terdiam melihat hal itu.

"Jangan berani menghinaku lagi, kau tidak berhak sama sekali, " Tunjuk Rayya di wajah Putra dan berkata dengan suara bergetar menahan amarah.

Livia menyeringai. "Kamu marah? Kamu pantas mendapatkan ini, Rayya. Ayah dan ibu saja tidak peduli padamu." cibirnya

Rayya menatap orang-orang yang selama ini ia anggap keluarganya. Matanya berkaca-kaca, tetapi ia tidak ingin menangis. Tidak di hadapan mereka.

Lalu ayahnya, dengan nada penuh kebencian, berkata, "Memangnya siapa kau sampai berani bicara seperti itu kepada kami dan Livia? Kau bukan siapa-siapa di keluarga ini. Jadi kamu tidak berhak menuntut apapun dari kami."

Rayya menegang, " Apa maksud kalian? " tanyanya dengan suara tercekat tak percaya dengan apa yang dia dengar.

Ibunya melanjutkan dengan suara dingin, "Kami menemukanmu di pinggir jalan saat ada kecelakaan. Tidak ada yang peduli padamu, karena itu kami membawamu pulang. Kami mengasihanimu dan membesarkanmu, tapi kau tidak pernah benar-benar menjadi bagian dari keluarga ini."

Rayya merasa dunianya runtuh setelah mendengar kebenaran dari kedua orang tuanya. Dia tidak menyangka jika dia bukanlah dari darah daging dari mereka. Pantas saja–

Selama ini, ia selalu bertanya-tanya mengapa ia diperlakukan berbeda. Mengapa ia selalu menjadi anak yang dikucilkan. Sekarang, semuanya jelas.

Ia bukan bagian dari mereka.

Air mata akhirnya mengalir di pipinya. Namun, ia segera menghapusnya dan menarik napas dalam-dalam.

"Terima kasih karena sudah memungutku dari jalanan, terima kasih karena sudah memberiku makanan walau itu makanan sisa kalian, memberiku pakaian walau tidak layak dan membesarkanku sampai aku menjadi seperti sekarang. Dan aku rasa aku tidak perlu membalas budi kepada kalian lagi atas apa yang sudah kalian berikan padaku. Karena selama ini aku juga bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan dirumah ini, bahkan membiayai kuliah Livia, aku yang melakukannya. Jadi, aku anggap semuanya impas." ucap Raya dengan dingin.

"Kau–, "

Ibunya seolah tidak terima dengan semua ucapan Rayya, tapi apa yang dikatakan olehnya itu benar. Rayya selalu mendapatkan jatah makanan jika semua orang sudah makan dan dia hanya diperbolehkan untuk makan makanan yang tersisa di meja.

Pakaian pun Rayya dapatkan dari tetangga yang memberikan pakaian sisa kepada Arin untuk anak angkatnya itu. Dengan alasan sedekah. Sedangkan untuk Livia mereka selalu memberikan pakaian yang masih baru dan bagus.

Dengan wajah dingin dan tanpa sepatah kata pun, Rayya mengambil kopernya dan berjalan keluar.

Mereka sama sekali tidak mencoba menghentikannya lagi. Karena memang itu yang mereka inginkan sejak dulu. Mengusir Rayya pergi dari rumah mereka.

Begitu keluar dari rumah itu, Rayya merasa udara di luar lebih ringan. Beban yang selama ini menghimpit dadanya perlahan menghilang.

Ternyata Saka sudah menunggunya di mobil. Saat melihat wajah istrinya yang pucat dan mata yang sembab, pria itu tidak bertanya apa pun. Ia hanya membuka pintu mobil dan membiarkan Rayya masuk.

Di dalam perjalanan, Rayya menatap keluar jendela, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi. Kejutan besar dalam hidupnya.

Saka akhirnya berbicara, dengan suaranya yang lembut. "Apa kamu baik-baik saja?"

Rayya menggeleng pelan. "Tidak. Tapi mungkin nanti aku akan baik-baik saja."

Saka tidak memaksa Rayya bercerita. Ia hanya mengemudi dalam diam, membiarkan wanita itu menghadapi lukanya dengan caranya sendiri. Jika ingin, Rayya pasti akan bercerita kepadanya.

Mereka telah menikah. Namun, pernikahan ini bukan tentang cinta. Ini tentang dua orang asing yang saling membutuhkan. Dan perjalanan mereka baru saja dimulai.

NB ; Bantu Likenya jika kalian suka cerita ini. Karena Like dari kalian adalah penyemangat othor 🌹

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Semoga Rayya dan Saka pernikahannya langgeng meskipun diawali dari ketidak sengajaan dan Saka sebagai penolong Rayya semoga menjadi kebahagiaan .

2025-04-06

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

semangat rakyat semoga Kel saka BS menerima mu dan km BS balas dendam KPD org2 yg sdh menghina mu

2025-04-03

1

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

lanjut

2025-05-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penghianatan
2 Bab 2. Pria Asing
3 Bab 3. Terkuak
4 Bab 4. Rumah Baru
5 Bab 5. Rencana Licik Livia
6 Bab 6. Keputusan Rayya
7 Bab 7 Kantor Polisi
8 Bab 8 Belanja
9 Bab 9 Mama Mertua
10 Bab 10 Tentang Sebuah Perasaan
11 Bab 11 Rencana Arin
12 Bab 12 Tamu Tak Di Undang
13 Bab 13 Keputusan Rayya
14 Bab 14 Perdebatan
15 Bab 15 Pergi Ke Kantor Polisi
16 Bab 16 Syarat Kebebasan
17 Bab 17 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
18 Bab 18 Menemui Putra
19 Bab 19 Rencana Balasan
20 Bab 20 Ajakan Makan Siang
21 Bab 21 Dia Istri ku
22 Bab 22 Wanita Pilihan Saka
23 Bab 23 Rumah Tempat Pulang
24 Bab 24 Awal Yang Indah
25 Bab 25 Dua Wajah Berbeda
26 Bab 26 Di Usir
27 Bab 27 Bertemu Papa Mertua
28 Bab 28 Pindah
29 Bab 29 Pikiran Penuh Racun
30 Bab 30 Senjata Makan Tuan
31 Bab 31 Keputusan Putra
32 Bab 32 Konferensi Pers
33 Bab 33 Niken
34 Bab 34
35 Bab 35 Berita Yang Di Sembunyikan
36 Bab 36 Hasil Tes
37 Bab 37 Resepsi
38 Bab 38 Dua Keluarga
39 Bab 39 Kehangatan Keluarga
40 Bab 40 Ibu, Aku Pulang
41 Bab 41 Tamu Tak Diundang 2
42 Bab 42 Kembali Ke Rumah
43 Bab 43 Hamil
44 Bab 44 Periksa Kehamilan
45 Bab 45
46 Bab 46 Rujak
47 Bab 47 Kecelakaan
48 Bab 48 Maaf Yang Masih Menggantung
49 Bab 49 Maaf Yang Menemukan Jalan.
50 Bab 50 Tujuh Bulanan
51 Bab 51 Biru Untuk Twins
52 Bab 52 Tanda Kehadiran
53 Dua Cahaya Dua Harapan (End)
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1. Penghianatan
2
Bab 2. Pria Asing
3
Bab 3. Terkuak
4
Bab 4. Rumah Baru
5
Bab 5. Rencana Licik Livia
6
Bab 6. Keputusan Rayya
7
Bab 7 Kantor Polisi
8
Bab 8 Belanja
9
Bab 9 Mama Mertua
10
Bab 10 Tentang Sebuah Perasaan
11
Bab 11 Rencana Arin
12
Bab 12 Tamu Tak Di Undang
13
Bab 13 Keputusan Rayya
14
Bab 14 Perdebatan
15
Bab 15 Pergi Ke Kantor Polisi
16
Bab 16 Syarat Kebebasan
17
Bab 17 Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
18
Bab 18 Menemui Putra
19
Bab 19 Rencana Balasan
20
Bab 20 Ajakan Makan Siang
21
Bab 21 Dia Istri ku
22
Bab 22 Wanita Pilihan Saka
23
Bab 23 Rumah Tempat Pulang
24
Bab 24 Awal Yang Indah
25
Bab 25 Dua Wajah Berbeda
26
Bab 26 Di Usir
27
Bab 27 Bertemu Papa Mertua
28
Bab 28 Pindah
29
Bab 29 Pikiran Penuh Racun
30
Bab 30 Senjata Makan Tuan
31
Bab 31 Keputusan Putra
32
Bab 32 Konferensi Pers
33
Bab 33 Niken
34
Bab 34
35
Bab 35 Berita Yang Di Sembunyikan
36
Bab 36 Hasil Tes
37
Bab 37 Resepsi
38
Bab 38 Dua Keluarga
39
Bab 39 Kehangatan Keluarga
40
Bab 40 Ibu, Aku Pulang
41
Bab 41 Tamu Tak Diundang 2
42
Bab 42 Kembali Ke Rumah
43
Bab 43 Hamil
44
Bab 44 Periksa Kehamilan
45
Bab 45
46
Bab 46 Rujak
47
Bab 47 Kecelakaan
48
Bab 48 Maaf Yang Masih Menggantung
49
Bab 49 Maaf Yang Menemukan Jalan.
50
Bab 50 Tujuh Bulanan
51
Bab 51 Biru Untuk Twins
52
Bab 52 Tanda Kehadiran
53
Dua Cahaya Dua Harapan (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!