"By... Kenapa nggak dimakan?"
Aku menggeleng. Tidak bermaksud mengabaikan hanya saja aku terlalu lelah untuk diajak berbicara.
"Dede... Bunda istirahat dulu ya.."
Aku hanya mengangguk, sudah kubilangkan aku terlalu lelah, bahkan untuk berbicara saja malas.
"Bunda istirahat duluan ya Lan.. kamu juga.. udah malem"
"Iya bun.. ini nunggu Dani"
Bunda berlalu masuk ke kamar. Aku diam menonton kembali acara tv yang membosankan itu.
Landy diam juga, sepertinya dia tahu kalau aku sedang lelah. Melelahkan sekali menyiapkan makanan untuk teman-teman Abang, mereka seperti orang yang tidak makan selama berbulan-bulan tidak kenyang-kenyang. Aku dengan terpaksa ikut membantu Bunda menyiapkan makanan, aku tidak mungkin membiarkan Bunda dan Mba Resti kesusahan.
HP Landy yang tergeletak di meja depan sofa ruang tv yang kami duduki bergetar, namun Landy tak meliriknya sama sekali. Malah sekarang Landy menarik kakiku dan memangkunya.
"Kamu ngapain...."
Tangannya yang perlahan memijat kakiku membuatku sedikit nyaman.
"Kenapa nggak ikut barbeque di luar" tanyaku.
"Kamu juga nggak ikut.."
Dasar ****. Tidak ada sambungannya aku ikut atau tidak.
"Aku nggak mau bikin kamu cemburu trus minta putus lagi"
What?!
"Kenapa aku harus cemburu? Emang dia siapa?" Aku melihat Landy yang matanya masih tertuju ke arah kakiku yang terbungkus celana panjang bergambar beruang. Diluar memang ada 2 cewek yang tiba-tiba bergabung di tengah-tengah acara kumpul-kumpul teman Abang.
"Yakin... kamu nggak bakalan cemburu?"
Landy menaikkan satu alisnya sambil tersenyum miring menatapku.
Sial! Kok cakep sih!
"Kamu nggak jawab pertanyaanku... Kenapa aku harus cemburu sama dia.. dia itu siapa?"
Landy menaruh kembali kakiku ke bawah dan mengambil kotak martabak manis rasa coklat di meja. Dia memakan martabak manis itu dengan lahap tanpa menghiraukan kehadiranku, mengambil gadgetnya dan membalas pesan entah dari siapa.
Aku menggeser dudukku ke sebelah Landy mencoba mengintip apa yang sedang ia ketik di Hpnya.
Landy yang menyadari itu langsung meletakkan martabak yang sudah tinggal sepotong itu ke dalam pinggir kotak kemudian meminum air mineral langsung dari botolnya.
Aku terus mencoba mengintip apa yang dia ketik. Persetan dengan jual mahal, aku sudah terlanjur penasaran dengan siapa dia berkirim pesan selarut ini.
Landy terus memiringkan Hpnya memblokir penglihatanku yang ingin melihatnya.
"Tumben kamu cerewet..." Landy mengunci Hpnya dan menaruhnya masuk ke dalam saku celana jeansnya.
"Siapa yang ngechat..?"
Kami bertatapan selama beberapa detik, sampai aku tidak menyadari kalau tangan Landy sudah merangkul bahuku, memerangkapku ke dalam pelukannya.
"Aku seneng.. kamu mulai naruh perhatian lagi"
Landy berbisik di telingaku dan mengecup kepalaku terus menerus. Aku bingung harus bersikap bagaimana tidak tahu harus membalas pelukannya atau tidak, akhirnya tanganku hanya menggantung kaku di samping tubuh kami.
Landy merenggangkan pelukkannya, matanya mencari mataku tangannya menarik daguku untuk melihatnya.
"By...."
"Hmm..." Mataku nengerjap bingung melihat tingkah laku Landy.
Yang tidak aku sangka adalah bahwa perlahan Landy memiringkan kepalanya dan mencium bibirku lembut. Hatiku berdetak tidak karuan, sudah lama perasaan ini menghilang, baru bisa aku rasakan kembali. Landy menggigit bibir bawahku dan mencoba memasukkan lidahnya masuk. Damn. He's a good kisser. Aku lupa sudah berapa lama aku tidak merasakan ciuman sedalam ini, menutup mata aku membalas apa yang dilakukan Landy meskipun dengan buruk.
Bunyi seseorang yang berjalan masuk ke dalam rumah menghentikan kegiatan kami yang sedang bertukar saliva. Nafas kami bersahutan seolah berebut, tanganku mendorong Landy menjauh.
Aku langsung menjauh menjaga jarak.
"Apa gua.. ganggu sesuatu" Tanya Bang Rama kagok, dia terdiam berdiri tidak jauh dari kami yang di sofa, matanya menyipit curiga ke arah Landy. Bang Rama seolah mengerti apa yang sudah kami lakukan, dia berkacak pinggang menaikkan satu alisnya dan tersenyum misterius.
"Shit! Pergi sana!?" Landy melempar bantal sofa ke arah Bang Rama yang tentu saja langsung dijawab gelak tawa keras.
"Okey.. sorry sorry gua bakalan kunci pintu depan"
Bang Rama langsung lari menghindari lemparan kedua bantal sofa yang dilemparkan oleh Landy. Aku yang malu tidak mampu mengangkat wajahku sama sekali, tanganku meremas satu sama lain. Bodoh! Malu banget.
Landy berpindah ke sampingku, tangannya mencoba meraih wajahku.
"Hei... mending kamu pindah, sebelum aku... minta lebih By"
Aku terkesiap mendengar perkataannya, mataku mengerjap melihatnya yang tersenyum. Sial! Sial! Ganteng banget si ni orang!
Aku berlari ke lantai atas memasuki kamarku dan tidak lupa menguncinya. Oh shit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments