4

Dosen yang sedang menerangkan mata kuliah statistik di depan sama sekali tak mendapat perhatian dari mahasiswa yang ada di kelas. Banyak yang hanya melamun, tidur, nge-game, bahkan ada yang masih sempat live ig.

Aku pun sama kerjaan ku hanya scrolling-scrolling twitter tidak jelas maksud tujuannya apa. Si kembar malah sedang live Ig. Dosen yang mengajar memang bukan tipe-tipe dosen yang akan dilirik dua kali. Diingat pun masih untung.

Aku menghitung detik-detik perkuliahan ini selesai, melirik ke samping kananku, aku melihat si kembar juga sedang berkemas-kemas, nampaknya kita memang sehati. Mata kuliah statistik tidak harus dibuat pusing cukup kerjakan semampu mu apabila beruntung kamu bisa mendapat nilai B kalau tidak ya mengulang saja.

Fasya menyeret tangan kananku sedangkan Tasya sudah mendekap tangan kiri ku kami langsung bergegas pergi setelah mendengar perkuliahan ini ditutup dan dipersilahkan keluar terlebih dahulu oleh Bu Dosen, sepertinya beliau paham kalau mahasiswanya sudah tidak bisa menunggunya lebih lama lagi, untuk berbenah.

Si kembar tidak mengetahui hubunganku dengan Landy, aku dekat dengan mereka selama aku dan Landy sedang ada masalah, jadi kurasa aku tidak perlu menjelaskan hubunganku dengan Landy dihadapan mereka. Biarlah, yang mereka tahu hanya aku yang diam-diam menyukai Landy.

Fasya menaruh pesanan baksoku di meja dan memberikan botol saus ke arahku. Kami memutuskan untuk makan di kantin saja.

"Ada berita heboh..." Tasya membuka pembicaraan, Tasya itu tipe-tipe anak yang akan selalu tahu tentang gosip yang ada di sekitarnya. Jadi kalau kalian butuh informasi apapun tanyakan saja padanya.

"Kemaren ada yang mergokin Landy lagi makan sam cewek di cafe..."

Deg.

"Huk...huk.." Aku terbatuk keras selagi menyeruput kuah bakso surga ini, dengan sigap Fasya mengangsurkan es teh manis milikku. Argh.. perih tenggorokanku, mataku mengawasi Tasya yang melihatku menyipit. Semoga saja yang mereka lihat bukan aku.

"Pelan-pelan ****!" Fasya mengusap punggungku. Dia memang keibuan, semuanya diurus dia merasa kesehatan dan keselamatan kawan dan kembarannya adalah tanggung jawabnya.

"Elu juga! Ngasih berita jangan waktu kita lagi makan... Udah tau Si Dani secinta itu sama Landy"

"I'm sorry mommy" Tasya mengangguk patuh meminta maaf.

"Kita makan dulu aja, gosipnya entar abis makan"

Akhirnya Fasya mampu mengalihkan perhatian, aku bersyukur setidaknya aku masih aman sampai selesai makan nanti, aku takut kalau yang mereka bicarakan itu aku. Aku harus menyusun alasan untuk menghindari perbincangan mereka.

Selesai makan, seperti yang sudah diprediksi Tasya memulai kembali acara ghibahnya.

"Ceweknya cakep..."

"Yang sama Landy..?" Fasya menimpali.

"Iya.. katanya mereka lagi doubledate, udah nyerah aja Dan... Fino anak sipil juga cakep"

Aku hanya tersenyum membalas usulan Tasya.

"Gua cabut dulu yak..."

Tanpa mendengar jawaban si kembar aku melipir pergi. Tak kuhiraukan Tasya yang memanggil-manggilku sedari tadi. Dapat aku dengar kalau mereka saling menyalahkan, merasa bersalah terhadapku mungkin. Padahal sebenarnya aku sudah takut setengah mati kalau-kalau mereka sadar bahwa yang sedang mereka bicarakan adalah diriku.

***

"De..."

"Berisik!"

Bang Denny menatapku berharap dari kursi teras kos ku, dia mengintip melalui jendela kaca. Aku masih dengan tenang memakan oreo kesukaanku sambil menonton salah satu drama korea yang baru selesai aku download.

"Dede..."

"Berisik abang! Pergi sendiri kan bisa" Bang Denny berdiri, mulai berani masuk ke dalam kos.

"Ayok.. ikut aja... toh libur kan"

Aku memutar mataku malas, tanganku memutar oreo rasa vanila ini dan memisahkannya menjadi dua bagian baru kujilat.

"De... ntar Abang traktir kamu sepuasnya.. gimana?"

Kepalaku langsung menoleh tanpa berpikir panjang aku langsung membuka lemari bajuku dan mengganti pakaianku dikamar mandi. Yes! Jarang-jarang Bang Denny mau mentraktirku apalagi sampai sepuasnya.

Setelah aku sedikit berbenah, dan membenarkan dandanan ku aku langsung bergegas turun. Bang Denny sudah menungguku di dalam mobil milik Ayah. Entah rayuan seperti apa yang dilakukan Bang Denny sehingga Ayah memperbolehkan mobilnya dipakai.

"Emang Kak Lena kapan ulang tahunnya? Kok Abang udah ribut dari sekarang"

Tanganku mencari-cari box jajanan milik Ayah, biasanya Ayah selalu menyimpan banyak ciki di mobilnya karena Ayah terlalu suka makan dan kalau dia menyetir tanpa ditemani sesuatu biasanya akan langsung mengantuk.

"Sebulan lagi si... Tapi Abang takut uangnya kepake mending dibeli sekarang"

Tanganku mengambil sebungkus Taro, membuka bungkusnya dan memakannya pelan sambil mengangguk membenarkan. Bang Denny kan boros, dia suka kalap kalau lihat onderdil motor. Setelah melewati kemacetan akhir pekan, kami memutuskan untuk mencarinya di Mall.

Kami berjalan memasuki toko satu dengan yang lainnya mencari barang yang kiranya disukai Kak Lena. Sampai kami berhenti di salah satu toko yang menjual berbagai macam perhiasan.

Aku yang niatnya hanya ingin membantu Bang Denny malah tertarik untuk melihat benda mengkilap lain yang dipajang di etalase.

Tanganku tanpa sadar menunjuk sebuah kalung berbandul huruf inisial namaku dengan dihiasi permata disekelilingnya, dan dilengkapi satu cincin indah yang simple namun terlihat mewah.

"Abang... Dede pengen itu"

Bang Denny hanya melirik benda yang aku tunjuk, dia sedang menunggu barang pesanannya dibungkus.

"Minta cowok sendiri lah buat beliin... Abang mana mampu beli yang kek gitu"

Bang Denny dan kepelitannya keluar kembali, dia bukannya tidak mampu, dia hanya tidak mau.

"Gua telfonin yak biar dia kesini"

"Abaaaang...."

Tanganku mencubit tangan Bang Denny. Bang Denny yang tidak siappun hanya mampu berteriak.

"Sakit dede...."

"Bodo amat... ayo makan!"

Aku menarik tangan Bang Denny keluar dari toko. Kami memutuskan untuk makan di tempat makan yang menyediakan ramen. Aku yang memaksa tentu saja. Bang Denny menolak awalnya namun karena dia sudah berjanji jadi hanya mampu menuruti.

Selagi kami makan, HP Bang Denny bergetar yang sungguh sangat menggangu.

"Yo bro... kenapa?"

"Lagi ama gua... tunggu aja di rumah"

Percakapan singkat itu membuatku mengernyit bingung, siapa kira-kira yang menelfon.

"Udahkan? Ayok balik"

"Anterin ke kos..." Seruku sambil memakan suapan ramen terakhirku.

"Pulang ke rumah, nggak ke kos, besok toh libur.. Bunda masak banyak ntar"

Aku mengangguk mengiyakan. Setelah membelikan ku es krim dan beberapa jajanan Bang Denny menyeret ku pulang dia kapok katanya mentraktirku. Tidak lagi-lagi dia berjanji untuk mentraktirku sampai puas, nyatanya aku tidak pernah puas.

Drrt.

Kamu mau aku beliin apa by?

Landy

Aku mengernyit bingung. Apa maksudnya? Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu, mencoba mengabaikan aku kembali fokus memperhatikan jalanan yang sudah aku lalui jutaan kali untuk pulang ke rumah. Rumahku bukan di komplek mewah, hanya rumah sederhana. Ayah dan Bundaku juga hanya karyawan biasa di salah satu Bank, hanya saja mereka membuka toko besi dan mebel kecil-kecilan.

Mulai memasuki daerah rumahku, dapat aku lihat dari kejauhan kalau banyak motor dan beberapa mobil yang berjejeran rapi didepan rumahku. Sepertinya teman-teman Bang Denny sedang berkumpul di rumah. Bang Denny memiliki perkumpulan teman yang lumayan banyak, ada yang dari komunitas motornya, teman kuliah, teman UKM MAPALA, sampai teman ngeronda komplek yang isinya didominasi Bapak-bapak biasanya kalau teman-teman Bang Denny berkumpul Bunda akan pulang cepat turut menyiapkan makanan. Pantas saja Abang bilang kalau Bunda masak banyak, temannya sedang berkumpul semua.

Aku malu harus lewat pintu depan, tapi Abang akan memarahiku kalau aku tidak ikut salim dengan teman-temannya, jadi dengan terpaksa aku menunggu Abang yang sedang mencari celah untuk memarkirkan mobil Ayah.

Tanpa menunggu lama, Abang menyeret ku masuk, sepertinya dia paham kalau aku malu jika masuk sendirian, lagian tuan rumah macam apa yang temannya sudah berkumpul di rumah malah sendirinya masih keluyuran di jalan.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam.. kemana aja si Lu?"

Aku menunduk mengekor Abang yang masuk.

"Biasa nurutin bocah main... salim dulu dek"

Gelak tawa mewarnai kedatangan kami apalagi setelah tanganku mencubit pinggang Abang. Wajah-wajah teman Abang sudah lumayan aku hafal, rupanya ini merupakan teman kampusnya.

"Kok cakep si adek Lu Den.." Celetuk cowok yang duduk di depan sofa rupanya jejeran sofa yang ada tidak dapat menampung tubuh mereka semua. Aku hanya menyalaminya sekilas dan mencoba meredam rasa maluku sendiri.

"Ati-ati.. Ada hardernya ngawasin noh..."

Semua langsung menoleh ke arah yang di tunjuk Abang. Landy sedang berdiri di ambang pintu ruang tamu yang menyambungkan dengan ruang keluarga.

"Aish... Nyerah gua kalo saingannya itu"

Disaat semua tertawa mendengar jawaban cowok itu. Landy hanya diam muka datarnya yang mengesalkan membuat tawa teman-teman Abang jadi terasa canggung.

Aku berjalan menunduk, sialan! Kenapa dia harus disitu, mengganggu jalanku saja.

"Disalamin atuh cowoknya.. Masa mo dilewatin aja"

Celetukan Bang Denny terpaksa menghentikan ku yang berusaha tenang untuk melewati Landy. Dengan terpaksa aku mengulurkan tanganku menyalami Landy dan menempelkan punggung tangannya di bibirku. Yang tidak aku sangka adalah respon Landy yang mengusap kepalaku pelan yang seketika saja mendapat sorakan heboh dari teman-teman Abang yang melihat interaksi kami.

"Landy takluk.. Hahaha"

Aku yang malu luar biasa hanya menunduk menyembunyikan rona merah di wajahku dan berlari memasuki rumah.

Ish. Dasar! Tangnnya nggak harus gitu kan bisa! Landy ****!

Terpopuler

Comments

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Next.
Ditunggu kehadirannya di Mantan Terindah

2020-11-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!