Aku terdiam. Mendiamkan diri lebih tepatnya. Aku terpaksa meninggalkan si kembar di cafe beralasan kurang enak badan, dan melipir pergi mengikuti kemauan si brengsek ini. Damn.
"By.... "
"Berhenti manggil aku kaya gitu"
Landy hanya bisa menghela nafas, aku meliriknya malas, menepis tangannya yang mencoba menggenggam tanganku meskipun begitu dia masih terlihat santai saja, tidak menunjukkan kemarahan apapun. Matanya kembali fokus melihat jalan raya.
Mengusap kepala, heran sendiri. Aku benar-benar bodoh, bagaimana bisa aku terjebak kembali bersama cowok ini. HPku yang bergetar sedari tadipun aku hiraukan. Rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Menyesakkan sekali kembali terjebak bersamanya.
"Denny lagi di cafe dekat gor.. mau kesitu?"
Landy menoleh, dan jangan lupa senyum yang menghiasi bibirnya. Dia benar-benar berlaku seolah tidak terjadi apa-apa diantara kita.
"Aku mau pulang..."
"Kamu yakin?" Aku memutar mataku malas mendengar pertanyaannya.
"Iya.. kenapa aku harus nggak yakin pulang ke rumah sendiri..?"
"By..."
"Stop it! Aku nggak mau dipanggil kaya gitu lagi!"
Aku menghela nafas kasar. Dia benar-benar tidak mau mendengarkan.
"Oke.. kalo gitu"
Sisa perjalanan itu berakhir dengan keheningan. Yah.. setidaknya dia mau mendengarkanku untuk tidak berbicara atau membahas apapun. Aku memfokuskan kembali perhatianku keluar jendela mobil. Aku harap semua akan baik-baik saja.
***
Sampai di rumah, mataku menelusuri garasi yang kosong, jelas Bang Denny tidak dirumah motornya tidak ada. Dan.. ah iya si brengsek itu juga bilang kalau kakakku ada di cafe di daerah dekat gor. Tapi yang lebih mengherankan lagi, mobil Ayah tidak terlihat sama sekali.
Landy mengikutiku di belakang. Aku langsung menghadangnya yang ingin ikut masuk ke dalam rumah.
"Di rumah nggak ada siapa-siapa... kamu ngga boleh masuk"
Kami berdiri berhadapan, aku terpaksa menghadapnya demi menghadang dia yang ingin ikut masuk. Landy masih menatapku, senyum miring menghiasi bibirnya tangan kirinya yang masuk kedalam saku menambah kadar ketampanannya itu.
Aku menunduk tidak berani menatapnya. Tanganku meremas tali tasku keras. Damn. Aku tidak bisa menghilangkan kegugupanku dihadapannya sama sekali. Selalu seperti ini, menyebalkan.
"Oke... aku tunggu diteras"
"Hah? kok gitu?"
Aku langsung menatapnya tidak terima. Aku kan inginnya dia pulang. Pergi, tidak usah mampir. Dasar!
"Nah.. enakkan kalau ngobrol sambil lihat orangnya, nggak nunduk terus kaya gitu..." Sial dia menyindirku. Aku melengos.
"Segitu nggak pengennya ya kamu liat aku... maaf kalo gitu, aku cuma kangen banget sama kamu..."
Landy mengusap pipiku yang sekarang memanas tidak karuan. Aku merasa semakin tidak enak mendengar ucapannya. Yah setidaknya dia sudah mengantarku pulang, baiklah untuk kali ini saja aku menerimanya, sebagai ucapan terima kasih.
"Nggak gitu... hmm.. yaudah kamu duduk disitu, aku ambilin minum"
Senyum kemenangan langsung tercetak di bibir Landy. What the f***! Aku tertipu lagi, dasar playboy sialan.
Ya sudahlah sudah terlanjur mau bagaimana lagi. Menghentakkan kaki marah aku memasuki rumah, tidak lupa menutup pintu takut dia mengikutiku masuk. Aku sengaja berlama-lama berganti baju dan membuat minum. Biar saja dia menunggu lama, daripada aku harus terjebak lama dengannya. Setidaknya aku bisa menghabiskan waktu sedikit demi sedikit sampai Bang Denny pulang. Tapi mau dilambatkan bagaimana lagi aku tetap harus menemuinya.
Aku menaruh kopi dan kue buatan Bunda di meja tanpa menengok ke arahnya. Ikut duduk disampingnya dan diam, tidak ingin memulai pembicaraan. Landy masih memperhatikanku, matanya tidak pernah melepas perhatiannya terhadapku yang sungguh membuatku risih.
"Jangan liatin aku kaya gitu..." Aku menunduk tidak nyaman.
Menghela nafas aku mengalihkan fikiranku ke beberapa rumus statistik yang tadi aku pelajari. Tapi naas, kehadirannya yang ada disampingku benar-benar mengganggu.
"Kenapa liatin aku terus..." Dengan terpaksa aku menoleh dan menatapnya serius. Landy hanya tersenyum miring, dan mulai meminum kopi buatanku tanpa mengalihkan tatapannya dariku.
Jantungku berdetak tidak karuan, dengan tiba-tiba Landy berpindah, jongkok dihadapanku tangannya menyingkirkan nampan yang sedari tadi aku remas ke atas meja, digantikan tangannya yang menggenggamku.
Wajahku memanas, keringat dingin seperti terus mengalir keluar dari tubuhku. Aku mengerjap bingung.
Landy menunduk mengecup kedua tanganku yang langsung membuatku seperti tersengat arus listrik. Landy mengusap pipiku dan mengecup dahiku lama.
"I miss you.. by... i really do.. i love you"
Aku mengerjap bingung, melihat kelakuannya. Landy brengsek!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Indah Wahyu Susanti
oh jadi dania mantannya landy 😅 baru ngeh
2020-11-12
5
❤️YennyAzzahra🍒
Aku like dulu 5 bab yaa
2020-11-12
2