Sebulan telah berlalu semenjak Nagato dirawat Sura. Saat ini Nagato sedang mendengar penjelasan Sura tentang cara mengontrol dan memanfaatkan aura sebaik mungkin.
“Kau sudah mempelajari tentang bela diri dan aura dari Hyogoro. Kau sudah mahir, Nagato. Dua tahun ini, aku akan mengajarimu cara menggunakan ilmu milik Klan Kagutsuchi dan mengendalikan Kutukan Kuno Dewa Kematian.”
Sura menjelaskan sedikit tentang Tenkai kepada Nagato. Di Benua Ezzo banyak pendekar pedang maupun orang yang dapat menggunakan Tenkai, tetapi tidak dapat mengembangkan potensinya dengan sempurna.
Tenkai adalah kekuatan aura untuk memperluas jangkauan aura disekitar tubuh dan juga bisa digunakan untuk memperkuat pertahanan tubuh dengan dilapisi aura. Jika seseorang menggunakan aura pertahanan sambil mengunakan Tenkai disaat yang bersamaan maka aura yang membungkus melindungi tubuhnya akan menghasilkan aura yang kuat berkali - kali lipat dari aura yang biasanya.
“Bagaimana jika aku bertarung melawan orang pengguna Air Suci yang mampu menggunakan Tenkai. Apakah aku bisa menang?” Nagato mengingat saat-saat dirinya tidak dapat memotong bagian tubuh Raido. Yang dia khawatirkan, Magma juga telah membangkitkan kekuatan Air Suci. Sehingga Nagato mencoba bertanya kepada Sura.
“Itu berlaku jika orang yang lebih kuat darimu, memiliki pemahaman aura lebih rendah darimu. Namun jika kau mempelajari seluruh tingkat pengembangan aura, itu akan membuatmu lebih banyak memiliki variasi serangan aura. Jangan terpaku pada satu pelatihan aura saja, pelajari semuanya.”
Selepas Sura berkata demikian. Hutan Kematian terasa begitu tenang, Nagato dan Sura saling menatap satu sama lain. Nagato tertarik ketika Sura menyuruhnya mengendalikan Kutukan Kuno Dewa Kematian.
“Air Terjun Hati memiliki energi kehidupan yang besar, sama seperti Gua Hati yang ada di Hutan Cakrawyuha.” Sura menatap Nagato yang memejamkan mata.
Terlintas di benak Nagato saat-saat dirinya berlatih bersama Litha. Gua Hati adalah tempat dimana dirinya bersama Litha melakukan meditasi selama empat belas hari. Masa-masa itu membekas di hati Nagato.
“Aku mengingatnya. Bagaimana aku menyembuhkan auraku yang lumpuh?” Nagato bertanya sambil menatap air jernih yang mengalir.
“Lepas bajumu. Aku akan memberikan rangsangan pada titik-titik penghubung dalam tubuhmu yang telah lumpuh.” Sura menaruh telapak tangannya di punggung Nagato. Ketika telapak tangannya berwarna emas, Nagato berteriak karena terkejut merasakan sakit yang membuatnya tersentak sesaat.
“Nagato, umuruku ini tidak akan bertahan lama. Apa kau memiliki tujuan hidup? Aku hanya berharap kau memiliki tujuan hidup yang mulia.” Sura berkata sambil terus memberi rangsangan pada aura Nagato yang telah lumpuh. Perlahan aura berwarna putih dan emas yang lumpuh mulai terbuka.
Nagato merasakan tubuhnya dibungkus oleh sesuatu yang tak kasat mata. Segera dia memfokuskan aura pada kedua bola matanya dan melihat jelas jika auranya telah kembali seperti sedia kala.
“Aku akan pergi dari benua ini setelah membunuh orang-orang di Azbec itu!” Perkataan Nagato mengacu pada Organisasi Disaster dan Black Madia.
Sura hanya tersenyum sebelum menyuruh Nagato duduk bersila. Kali ini dia akan menurunkan semua ilmu yang dimilikinya pada Nagato.
“Pernapasan seperti Sirih dan Cakra. Kau telah menguasai Pernapasan Sirih, tetapi kau belum mengetahui tentang Pernapasan Cakra.” Sura menjelaskan pada Nagato jika untuk menguasai Pernapasan Cakra harus mempunyai keinginan serta jiwa yang kuat.
Secara singkat, saat berlatih Pernapasan Cakra, Nagato harus memusatkan jiwanya pada satu titik untuk meningkatkan tujuan. Sama halnya seperti Satsuma, Takatsugu, Chosu dan Sura yang bertahan hidup dari racun gas belerang dan luka dalam berkat Pernapasan Cakra dengan keinginan bertahan hidup. Mereka memusatkan jiwa mereka untuk bertahan hidup demi ambisi masing-masing.
Nagato mengerti garis besarnya dan memulai latihan dasar-dasarnya dari mengolah pernapasan halus secara bertahap.
Nagato mengolah pernapasan sambil menenangkan dirinya. Menghirup udara murni dari Hutan Kematian yang tidak tercemar dan menyalurkannya ke seluruh bagian tubuhnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Nagato untuk menguasai Pernapasan Cakra. Setelah berlatih di bawah guyuran air terjun dengan melakukan kuda-kuda tengah sambil mengolah pernapasan. Nagato dapat menguasai Pernapasan Cakra sedikit demi sedikit.
Sura merasakan Nagato memiliki ambisi yang besar. Tentu saja dia juga mengetahui jika Nagato mempunyai penyakit jantung dan kutukan dari Dewa Kematian. Jika sudah saatnya, Sura berniat memberitahu cara untuk menyembuhkan penyakit Nagato.
Nagato mencoba mengolah pernapasan sambil melepaskan aura tubuhnya. Dia memanipulasi api secara bertahap karena sudah lama dirinya tidak merasakan kehangatan api yang membungkus tubuhnya.
Setiap manusia memiliki unsur bawaan sejak lahir seperti api, air, tanah, petir dan angin. Tetapi beberapa orang terlahir dengan kekuatan fisik yang kuat dan dapat membuat tubuh sekeras baja dan berlian. Nagato menyadari jika dirinya harus tumbuh lebih kuat. Tetapi obsesinya untuk menjadi kuat, mengingatkannya pada masa lalu.
“Nagato, sepertinya kau lebih cepat menguasai Pernapasan Cakra dari yang kukira.” Sura menatap Nagato yang sedang termenung ketika duduk bersila di bawah guyuran air terjun.
Sudah enam bulan berlalu, dan Nagato merasakan tubuhnya dapat menahan penyakit jantung dan Kutukan Kuno Dewa Kematian. Berkat dirinya yang memusatkan jiwanya pada satu titik yakni keinginan untuk mencari jawaban dari arti hidupnya. Nagato merasakan perbedaan dalam tubuhnya.
Sura menghampiri Nagato dan melempar ranting pada cucunya. Kemudian dia mengajak Nagato untuk melakukan latih tanding. Ilmu berpedang Nagato tidaklah buruk, bahkan Nagato sangat mahir sebagai seorang pendekar pedang.
Ketika Nagato dan Sura mulai bertukar serangan, Sura bisa melihat jika Nagato memiliki kemampuan berpedang lebih dari yang dia perkirakan.
“Aku akan menurunkan dua ilmu pedang padamua. Aliran Harimau dan Aliran Naga adalah dua ilmu pedang yang tercatat di Catatan Kuno. Pastikan kau mempelajarinya dan menguasainya. Jangan biarkan api padam di generasimu, Nagato.” Sura memberikan Catatan Kuno pada Nagato dan mulai memperagakan pola langkah Aliran Harimau secara bertahap.
Nagato melihat dengan seksama dan memperhatikan gerakan demi gerakan yang diperagakan Sura dengan baik. Tak lama Sura berhenti bergerak dan mengatur napasnya.
“Aku sudah tua. Sudah kuduga, ini terlalu berat bagi orang yang telah menua. Aku bisa mati kapan saja, tetapi aku ingin melihatmu memiliki seorang teman, Nagato.” Sura berkata sambil mengolah pernapasan untuk mengatur aliran napasnya yang tidak beraturan.
Nagato tersenyum tipis mendengar perkataan Sura. Tak lama dia mulai melatih pola langkah Aliran Harimau. Semua gerakan yang diperagakan Sura tidak terlalu sulit, tetapi ada perasaan hangat di dalam diri Nagato ketika melihat Sura mengajarinya.
Nagato sekilas dia mengingat Kakek Hyogoro. Lagi-lagi dia mengepalkan kedua tangannya karena dirinya terjebak dalam masa lalu yang memilukan.
Tak lama Sura memperagakan Aliran Naga kepada Nagato. Gerakan kali ini sulit dan membutuhkan banyak tenaga. Nagato bisa melihat kemampuan Sura sangat menakjubkan. Pantas saja banyak tokoh di Kekaisaran Kai yang menghormatinya bahkan memanggil Sura dengan sebutan Guru Besar.
Dalam waktu enam bulan ini, Nagato mempelajari setiap gerakan Aliran Harimau dan Aliran Naga. Ketika umurnya menginjak lima belas tahun, Sura memperlihatkan sebuah pedang pada Nagato.
“Pedang ini adalah Pedang Kusanagi.” Sura menjelaskan singkat jika pedang yang dia genggam telah menemani perjalanannya semasa muda.
Nagato mengingat saat Kaisar Orochi yang berada dalam wujud Arwah Suci Jenis Mythical : Yamata No Orochi pernah mengatakan tentang Pedang Kusanagi.
“Aku akan berikan pedang ini padamu, Nagato. Tetapi dengan satu syarat, kau harus dapat mengendalikan Kutukan Kuno Dewa Kematian agar penyakitmu tidak memburuk.” Sura berkata sambil menatap langit. Terlihat wajahnya sedang memikirkan masa lalu.
“Seorang yang bernama Kagutsuchi Mugen adalah kakak kandungku. Dia pergi ke luar Benua Ezzo dan membuat malapetaka di luar sana. Dia adalah orang yang terkena Kutukan Kuno Dewa Kematian sebelum dirimu, Nagato. Jadi aku hanya berharap kau tidak akan berakhir sama sepertinya.” Sura menjelaskan sesuatu tentang Kagutsuchi Mugen pada Nagato.
“Tenang saja, aku tidak akan membiarkan makhluk sialan itu mengambil alih tubuhku!” Nagato langsung melangkah kakinya menuju Air Terjun Hati untuk bermeditasi.
Sura tersenyum melihat kepercayaan diri Nagato. Tetapi dia khawatir dengan kondisi Nagato yang tidak pernah tidur lebih dari empat jam. Bahkan ketika tertidur, Nagato selalu berteriak memanggil nama Litha sebelum mengamuk, menghancurkan pepohonan yang ada di Hutan Kematian. Memang ironis melihat masa kecil dan pertumbuhan Nagato, tetapi Sura hanya bisa berharap yang terbaik untuk cucunya.
Nagato duduk di atas batu putih yang rata. Dia melakukan konsentrasi secara penuh, menghilangkan segala pikiran duniawi yang ada di dalam kepalanya. Kemudian dia memusatkan perhatiannya pada satu titik yakni melakukan konsentrasi secara penuh sambil mengolah pernapasan agar aliran napasnya tetap terjaga.
Perlahan-lahan Nagato tidak mendengar suara serangga ataupun hewan yang ada di Hutan Kematian. Kesadarannya perlahan mulai berada di alam bawah sadarnya. Nagato melihat kegelapan yang tak berujung. Terdengar suara rantai ditelinganya.
Sebuah gerbang berwarna hitam dengan rantai yang besar terbuka secara perlahan sebelum Nagato melihat bayangan wujud mengerikan.
Sesosok makhluk dengan wajah layaknya iblis, memiliki rambut putih yang panjang dengan dua tanduk berwarna putih. Ketika mulutnya membuka, terlihat giginya bergerigi serta lidah yang panjang seperti ular. Makhluk mengerikan itu memegang pedang yang berbentuk bulan sabit besar dan panjang. Disekeliling tubuhnya terdapat aura hitam pekat yang menyebar.
“Lama tidak berjumpa. Ternyata kau masih bertahan hidup setelah kejadian itu.” Suara Roh Dewa Kematian menyapa Nagato sebelum keduanya saling berpandangan menatap tajam satu sama lain.
Nagato menatap Shinigami yang tampak berbeda dari terakhir kali bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Putrakelana
90 up
2020-11-07
0
Salman Salam
gak up yah?
2020-09-12
1
wiralesmana1234567
mantap,up
2020-09-11
1