“Dimana aku?”
Itu adalah kata-kata pertama yang keluar dari dalam hati Nagato. Saat terbangun dia berada di sebuah tempat tidur dengan kursi dan meja disekelilingnya.
“Akhirnya kau bangun.”
Seorang lelaki tua datang menghampiri Nagato dengan tubuh yang dipenuhi dedaunan serta pakaian yang telah lusuh. Lelaki tua itu tampak berumur tujuh puluhan tahun dengan rambut yang memutih sepenuhnya dan kondisi tubuh yang memprihatinkan.
“Aku pernah menyelamatkanmu sekali sembilan tahun lalu. Apa kau ingat dengan Hutan Kematian?” Lelaki tua itu bertanya, menghampiri Nagato yang menatapnya penuh curiga.
‘Siapa kakek tua ini?’ Nagato mengubah posisinya dan segera berdiri, tetapi tubuhnya ambruk ke lantai. Dia melihat perutnya dibalut kain putih. Rasa nyeri dari lukanya membuatnya meringis kesakitan.
Nagato mengingat apa yang terjadi padanya, sehingga dia langsung mencari keberadaan Chibi.
“Chibi!” Teriakan Nagato membuat lelaki tua itu menutup matanya, sementara akar yang merambat di lantai perlahan melilit tubuh Nagato.
“Beristirahatlah. Hutan Kematian adalah tempat yang kubuat dengan kekuatanku, aku sudah lama menanti kedatanganmu, cucuku...” Lelaki tua itu duduk di kursi yang dekat dengan ranjang. Tempat Nagato berbaring.
Nagato menatapnya penuh keheranan ketika tubuhnya di angkat akar-akar yang melilitnya dan membaringkannya kembali ke atas ranjang yang agak kasar.
“Kau telah pingsan selama dua minggu. Aku menemukanmu di sungai. Jika kau mencari Kucing Manis, dia sedang makan ikan mentah di luar.” Lelaki tua menjelaskan, perkataannya membuat Nagato tenang.
“Aku harus ke Pulau Ryushima...” Nagato mencoba berdiri, tetapi tubuhnya masih lemah. Bahkan rasa sakit membuatnya terbaring tak berdaya.
‘Aku belum sepenuhnya pulih. Mungkin auraku telah lumpuh, tetapi tubuhku masih mengingat latihan keras yang kujalani selama beberapa tahun terakhir.’ Nagato memaksakan tubuhnya dan hendak mengunci leher lelaki tua itu. Tetapi tubuhnya melayang di udara ketika akar-akar melilitnya.
“Aku mungkin sudah tua, tetapi aku bisa memprediksi tindakanmu. Aku tahu kau hendak pergi ke Pulau Ryushima demi menepati janji pada seseorang.” Lelaki tua itu memejamkan matanya dan tersenyum tipis.
Sementara Nagato tersentak kaget sebelum tubuhnya kembali terbaring di atas ranjang, “Kenapa kau bisa mengetahui rencanaku, kakek tua?” Dengan sinis, Nagato menatap lelaki tua itu penuh curiga.
“Tenkai. Kau tahu, peningkatan aura. Tenkai adalah salah satunya. Aku mengetahui tindakanmu hanya dengan melihat gerak-gerikmu, lagipula kau yang mengatakan sendiri jika harus bergegas ke Pulau Ryushima.” Lelaki tua itu menjelaskan pada Nagato.
‘Begitu ya. Dia mengetahui Tenkai. Dan Hutan Kematian, bukankah...’ Nagato berpikir keras mengingat masa lalunya saat dirinya lari dari kejaran pembunuh suruhan Black Madia dan Kazan.
Hutan Kematian menyelamatkannya ketika Azai, Kuina dan Serlin masih berada disisinya untuk melindunginya. Mengingat itu, Nagato tersenyum kecut karena masa lalu tidak dapat diputar kembali.
“Makanlah ini. Aku membuat sup hangat.” Lelaki tua itu menyodorkan sendok berisi sup hangat pada Nagato.
‘Apa dia telah menaruh racun dalam makanan ini?’ Nagato menelan ludah, tetapi dia menahan agar tidak sembarangan memakan sup hangat yang ditawarkan oleh lelaki tua itu. Bagaimanapun orang yang ada dihadapannya sangat mencurigakan.
“Kau pasti berpikir jika aku meracuni sesuatu ke dalam sup hangat ini, bukan?” Lelaki tua itu tersenyum tipis.
Nagato menatap tajam lelaki tua itu dan mendecakkan lidahnya, “Kau pikir dirimu penyihir?!” Mendengar itu, Lelaki tua hanya tertawa pelan.
“Ibumu adalah seorang penyihir. Kemampuan meramal lewat sihir impian miliknya dapat menembus masa depan walau sekedar ilusi. Jangan keras kepala, dan makanlah ini.” Lelaki tua itu menarik napas dan memperkenalkan dirinya, “Namaku Kagutsuchi Sura. Aku adalah kakekmu. Aku mempunyai seorang adik yang bernama Kagutsuchi Shima. Bisa dibilang dia adalah nenekmu dan ayah dari Pandu.”
Nagato menahan napas ketika mendengar pengakuan lelaki tua itu. Matanya menatap tubuh lelaki tua itu dengan seksama. Tidak ada aura yang berbahaya, tetapi tidak ada salahnya untuk memastikan.
“Lalu kenapa kau masih hidup?” Nagato bertanya dengan sinisnya kepada Sura.
“Aku bisa mati kapan saja. Tetapi aku harus mewariskan ilmuku padamu. Kagutsuchi masih belum berakhir.” Sura kembali menyodorkan sendok berisi sup hangat pada Nagato.
Kali ini Nagato membuka mulutnya dan memakan sup hangat. Bawang yang digoreng dengan matang, serta sayuran yang ada didalamnya membuat Nagato meneteskan air mata ketika menelannya.
Selama beberapa hari terakhir dia tidak makan. Pengalaman pahit yang telah dilalui, membuat Nagato tidak menyisakan sedikitpun sup hangat buatan Sura.
“Sangat enak. Apakah kau yang membuatnya?” Nagato berbicara seolah-olah dia akrab dengan Sura.
“Kau sangat berbeda dengan Pandu. Dia sopan, baik hati dan menghormati...”
“Tetapi ayahku tidak dapat melindungi ibuku. Dia membuatku menderita seperti ini. Asal kau tahu, aku berbeda dengannya. Aku begini bukan berarti aku membencinya. Aku hanya membenci dunia. Dunia yang membuatku jadi seperti ini.” Nagato memotong perkataan Sura dan memalingkan wajahnya.
Sura mengetahui cucunya telah melewati masa sulit. Tatapan mata Nagato adalah tatapan orang yang pernah putus asa, merasakan kekejaman dunia. Sura tidak dapat memaksa Nagato agar seperti Pandu. Lagipula melihat kepribadian Nagato membuatnya lebih yakin jika cucunya dapat melampaui Pandu bahkan dirinya.
“Cepatlah sembuh dan aku akan melatihmu. Aku akan mengajari semua yang ada di Catatan Kuno Klan Kagutsuchi. Teknik pedang dan pernapasan yang pernah dipelajari Kagutsuchi Ashura.” Sura menjelaskan secara singkat pada Nagato tentang masa lalunya.
Saat malam berdarah yang menghanguskan Klan Kagutsuchi dan membinasakan semua orang yang ada didalamnya adalah perbuatan Ignist. Tetapi di malam itu, ada beberapa orang selain Ignist, Black Rhino, Karakurt, Vendom dan Raido.
Sura memang berhasil melukai Ignist yang berada dalam wujud Naga Merah, tetapi luka yang dialami Sura permanen. Beruntung saat itu Ophys bersama Yin Lingling dan Melody datang menghentikan pembantaian.
Motif kelompok Ophys datang ke Benua Ezzo hanya untuk menemui rekannya yang menjadi pemimpin dari Surat Kabar Burung Gagak. Saat itu Tosa memohon pada Ophys untuk menyelamatkan Sura.
Ophys menyelamatkan Sura tetapi dengan satu syarat. Cucu dari Sura harus menikah dengannya ketika dewasa. Sura berjanji akan memberitahu cucunya tentang hal ini. Dan sekarang dia telah menceritakan masa lalunya dan memberitahu permintaan Ophys kepada Nagato.
Nagato menghela napas panjang setelah mengetahui cerita masa lalu Sura. Dia sendiri tidak dapat membayangkan masa depannya, dia hanya bisa berusaha agar tidak ada penyesalan. Kehidupan yang diberikan Hound saat mengorbankan nyawanya membuat Nagato sadar. Ini adalah awal untuk membuktikan perjuangannya dan menghormati keinginan Hound.
“Baiklah, aku akan menikah dengan Ophys.” Nagato dengan santainya menjawab.
“Setelah sembuh. Aku akan melatihmu.” Sura berdiri setelah berkata demikian. Tak lama seekor kucing betina berwarna putih datang dari arah pintu dan melompat ke ranjang.
“Nagato!”
Sontak Sura menoleh ke belakang, sementara Nagato memegang tubuh Chibi dan terkejut mendengar Kucing Manis peliharaan Litha dapat berbicara.
“Meong-Meong.” Chibi menjilat pipi Nagato.
“Chibi, kau dapat berbicara?” Nagato tersenyum dan meneteskan air matanya. Dengan ini pengorbanan Hound tidak sia-sia. Walau penyakitnya belum disembuhkan, Nagato akan mencari cara agar lepas dari kutukan yang menggerogoti tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Cerry Chibi
Semua laki-laki mudah cemburu dan bego, tapi perempuan malah menyukainya. Orang jadi bodoh saat jatuh cinta.
2020-09-10
4
wiralesmana1234567
mantap,up
2020-09-10
1
Febrina Asti Aulia
lope yu......
like it
2020-09-10
1