Samuel tidak percaya dengan apa yang dia katakan barusan, bagaimana bisa dia keceplosan mengatakan alasannya, mau tidak mau dia harus menjelaskan apa yang di maksud dari perkataannya tadi.
"Hmmm sebenarnya Bu Diana sangat mirip dengan ibu kandung saya, ketika saya datang ke desa ini untuk pertama kalinya dengan ayah saya, dan untuk pertama kalinya juga saya melihat ibu, saya tidak dapat memercayai apa yang saya lihat, bagaimana bisa ada orang semirip ini di dunia, saat itu saya benar-benar tidak percaya dengan apa yang saya lihat, ayah saya sudah menyadari itu sejak lama, tetapi memilih untuk tidak memperdulikannya, apalagi sekarang ayah sudah punya istri baru, tetapi bagi saya ini hal yang sangat luar biasa, perasaan yang mengingatkan saya kepada ibu kandung saya, setelah itu saya mencari tahu tentang Ibu Diana, dan untuk pertama kali saya datang ke toko tempat ibu bekerja dengan membawa baju yang sengaja saya rusak agar punya alasan untuk datang ke toko ibu, saya merasa rindu saya kepada ibu kandung saya terobati saat itu, dan ketika saya merasa sangat merindukan ibu saya, saya akan ke sini dengan alasan yang sama, hingga beberapa bulan yang lalu saya tidak bisa datang karena pekerjaan yang sangat padat, dan hingga saat ini saya ke sini masih dengan alasan yang sama, saya merindukan ibu saya". Jelas Samuel kepada Bu Diana.
Samuel menjelaskan alasannya dengan panjang lebar kepada Bu Diana dan Lylia yang juga ada di hadapannya akan maksudnya datang ke desa kecil ini dengan mata berkaca-kaca, Bu Diana dan Lylia tidak sadar pipinya sudah basah di karenakan air mata, mendengar alasan Samuel yang selalu datang ke desa kecil ini sangat mengharukan sekaligus menyedihkan.
Bu Diana mendekat menghampiri Samuel lalu memeluknya, sembari mengelus punggung Samuel dengan lembut.
"Mulai sekarang aku adalah ibumu, tidak perlu merusak bajumu yang mahal ini hanya untuk datang menemui ibu, datanglah kapan saja nak”.
Mendengar perkataan Bu Diana seketika membuat air mata yang tadinya terbendung kini mengalir tak tertahankan, pertahanan Samuel benar-benar runtuh dan berada dalam kesedihan akan kerinduan kepada sosok ibunya, Lylia yang melihat Samuel yang menangis di pelukan ibunya pun ikut menangis, dia tidak menyangka bahwa pria yang tadinya terlihat gagah dan kuat itu juga bisa menangis tersedu-sedu seperti itu.
"Terima kasih bu, maafkan aku ini sangat memalukan, aku jadi menunjukkan sisi lemah ku seperti ini".
Jawab Samuel yang merasa malu, sambil menyeka pipinya Samuel memperbaiki penampilannya, dia sadar di depannya ada Lylia yang sedang duduk dan ikut menangis, ini adalah hal yang tidak ingin Samuel tunjukkan kepada siapa pun, namun dia tidak dapat mengontrol perasaanya jika menyangkut ibunya.
Lylia memperbaiki penampilannya juga dan mulai mencairkan suasana agar keluar dari zona haru biru ini, dan mulai membuka pembicaraan.
"ibu.. ada yang ingin aku sampaikan mengenai hal yang aku sampaikan tadi"
Lylia membuka pembicaraan memecahkan suasana haru biru tadi.
"Ya... katakanlah" jawab bu diana.
"Ibu, sebelumnya aku sudah menyampaikan niatku untuk bekerja di kota Appenzel, dan seperti yang ibu tahu minggu depan aku akan mulai bekerja, maka dari itu aku akan berangkat dalam dua hari ini, senin nanti aku harus segera masuk kerja, dan ini hari Rabu adapun mengenai tempat tinggal aku sudah mengurusnya, ibu jagan khawatir, dan beruntungnya samuel ikut membantu ku dalam mencari tempat tinggal, jadi semua sudah selesai, aku harap ibu mendukung dan mendoakan ku untuk memulai kembali semuanya". jelas lylia kepada ibunya.
Mendengar hal itu ibunya tidak merespon banyak, Bu Diana paham akan kondisi Lylia, jika dia terus di sini tidak ada harapan untuknya untuk memulai kehidupan barunya, terlalu banyak kenangannya dengan Jiordan di desa ini.
"Baiklah, jika itu keputusanmu, ibu selalu berdoa yang terbaik untukmu anakku, dan Samuel bukankah kau juga tinggal di kota Appenzel? ibu minta tolong jagalah Lylia seperti adikmu sendiri, seperti yang kamu tahu Lylia memiliki kakak laki-laki di sana, tetapi dia tinggal di barak kemiliteran, Lylia jika kau menemui Jonathan perkenalkan kakakmu kepada Samuel". jelas Bu Diana kepada Lylia dan Samuel,
“Ya bu, aku akan senang hati menjaganya seperti adikku sendiri” Ucap Samuel sambil tersenyum bahagia karena merasa di andalkan oleh Bu Diana.
Merasa terlalu lama berada di rumah Bu Diana Samuel pun berpamitan, hari pun mulai gelap dan langit terlihat mendung, “sepertinya hujan akan turun dengan lebat”. Batin Samuel.
"Baiklah Bu, saya harus pergi sekarang, mala mini saya akan mengunjungi kerabat saya, mungkin saya akan kembali ke kota Appenzel besok pagi, ini kartu nama saya, di situ ada nomor telepon saya, Lylia... hubungi saya ketika hendak berangkat ke kota Appenzel, saya akan meluangkan waktu untuk menjemput mu" jelas Samuel.
"Ahh, tidak saya tidak ingin merepotkan anda lagi, saya sudah banyak merepotkan anda hari ini" jawab Lylia yang tampak sungkan.
"Tidak.. ini sama sekali tidak merepotkan, bukankah kau belum pernah ke kota Appenzel? kau bisa tersesat di sana jika sendirian, jadi aku mohon hubungi aku ketika kau hendak berangkat atau sesampainya ke terminal Bus, atau bolehkah aku minta nomor telepon mu saja?"
Tanya Samuel yang merasa akan lebih cepat jika dia memiliki nomor telepon Lylia, bisa saja Lylia tidak menelponnya karena merasa sungkan.
"nomor telepon? Tentu saja" Lylia menulis nomor teleponnya di secarik kertas karena telepon Samuel kehabisan baterai.
"Baiklah, aku menantikan hari itu, ibu, Lylia, saya pergi dahulu". ucap samuel, dan bergegas pergi keluar menuju mobilnya yang diparkirkan di bawah pohon ek seberang jalan rumah Lylia.
"Yaa, berhati-hatilah di jalan, datanglah lagi lain waktu". Ucap Bu Diana sambil melambaikan tangan yang di balas lambaian tangan dari Samuel sambil tersenyum dan berjalan menuju mobilnya.
“mengapa dia memarkirkan mobilnya begitu jauh? Aku yakin halaman rumah kita ini muat untuk memarkirkan mobil walau hanya satu mobil saja”. Ucap Lylia yang keheranan dengan Samuel.
"Lylia... sejak kapan kau mulai dekat dengan Samuel?"
Tanya Bu Diana yang penasaran dengan kedekatan Lylia dan Samuel, padahal mereka baru berkenalan.
"Aku juga tidak tahu ibu, ini hanya mengalir begitu saja, Samuel sangatlah ramah dan baik, bicara dengannya terasa nyaman mungkin karena itu kami menjadi mudah untuk berinteraksi, dan juga Samuel mengatakan kalau dia sering melihatku di toko bunga paman Will apa ibu tahu itu? hampir setiap kali dia datang ke desa ini dia melihatku di toko bunga paman" Cerita Lylia kepada ibunya.
"Benarkah?? sepertinya ada alasan lain mengapa dia sering datang ke desa ini, dan ibu melihat dia merasa nyaman berbicara denganmu, mungkin dia tertarik kepadamu Lylia".
jawab Bu diana sambil bergurau, yang di balas senyum tidak percaya oleh Lylia.
Lylia dan Bu Diana masuk ke dalam rumah sambal melanjutkan pembicaraannya.
"tetapi ibu tidak heran jika itu kamu, karena kamu selalu merasa nyaman ketika berbicara dengan siapa pun, mungkin karena pekerjaanmu ketika menjual bunga yang mudah berinteraksi dengan siapa pun, tetapi seingat ibu Samuel berbeda, selama ibu mengenalnya dia terlihat tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, ketika Samuel datang ke toko ibu juga dia hanya memandangi ibu yang sedang sibuk memperbaiki bajunya, dan ibu baru tahu hari ini alasan mengapa dia memandangi ibu seperti itu, ibu ikut sedih akan kehilangannya, tetapi ibu juga senang jika ibu bisa menjadi obat rindunya, rindu yang paling menyakitkan itu ketika kita merindukan orang yang sudah tiada lagi di dunia ini, ibu mengerti akan kerinduannya itu". Ucap Bu Diana sambil mengenang mendiang suaminya yang gugur di Medan perang.
"Benar ibu, walaupun tidak seperti ibu dan Samuel aku juga pernah merasakan kerinduan seperti itu, mungkin aku tidak tahu bagaimana merindukan ayah karena saat itu aku masih terlalu kecil untuk memahaminya, namun aku juga sangat paham akan sakitnya menahan kerinduan itu sekarang".
jawab Lylia terlihat sedih, Bu Diana paham apa yang di maksudkan Lylia, tidak bisa di pungkiri bahwa Lylia masih merindukan Jiordan.
"Ibu aku masuk ke kamar dahulu, sepertinya kepalaku sedikit pusing".
Lylia pergi masuk ke kamarnya, Bu Diana terlihat mengerti dengan perasaan Lylia.
"baiklah, istirahatlah nak, ibu akan mengantarkan obat ke kamarmu" ucap Bu Diana.
“Tidak apa-apa bu, aku akan mengambilnya sendiri, ibu istirahatlah juga” Ucap Lylia kepada ibunya.
Di kamar Lylia langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, sambil memeluk bantal di wajah kecilnya, Lylia menangis karena kerinduannya kepada Jiordan masih belum pudar, ada saat-saat di mana Lylia sangat merindukan Jiordan, dan di saat yang sama dia juga merasa hatinya hancur tidak bersisa, dia benci saat air matanya jatuh hanya karena mengingat laki-laki itu, namun di saat yang sama dia juga tidak mampu mengontrol perasaannya, dengan alunan musik di kamar membuat suasana hati Lylia makin sendu, di tambah di luar terlihat hujan turun dengan deras membasahi tirai jendela kamarnya, dengan berat Lylia bangun untuk menutup jendela kamar agar tidak membasahi lantai, ketika hendak menutup jendela Lylia membiarkan air hujan membasahi wajahnya, dia mengulurkan tangannya keluar jendela untuk merasakan dinginnya air hujan, Lylia menutup mata dan membiarkan air matanya mengalir bersamaan dengan air hujan, setengah tubuhnya sudah basah, Lylia belum berniat untuk pindah dari jendela, dia terus membiarkan dirinya di basahi hujan, dan di saat yang sama alat pemutar musiknya memutarkan lagu kesukaannya yang entah mengapa sangat cocok dengan keadaannya sekarang.
~musik~
Jangan sembunyi
Kumohon kepadamu, jangan sembunyi
Sembunyi dari apa yang terjadi
Tak seharusnya hatimu kau kunci
Bertanya
Cobalah bertanya pada semua
Di sini kucoba untuk bertahan
Ungkapkan semua yang kurasakan
Kau acuhkan aku
Kau diamkan aku
Kau tinggalkan aku
Lumpuhkan Lah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentangnya
Hilangkan Lah ingatanku
Jika itu tentang dia
Kuingin kulupakannya
Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Kuingin kulupakannya
Mendengar lagu ini membuat Lylia tak sanggup lagi berdiri dan seketika Lylia terjatuh terduduk di lantai, sambil menangis tersedu-sedu, suara tangisnya tertutupi oleh derasnya suara hujan, tak ada yang mendengar tangisan kesedihannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
red_rubby
titik diakhir kalimat jangan lupa KK. tanda titik dulu, baru tanda kutip ya. 😉
2023-02-27
1